Aborsi Dalam Pandangan Hukum Positif

21 kejahatan diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut haknya melakukan pekerjaannya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan itu. Secara singkat dapat dijelas kan bahwa yang dapat dihukum, menurut KUHPidana dalam kasus aborsi adalah: a. Pelaksana aborsi, yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman maksimal 4 tahun ditambah sepertiganya dan bisa dicabut hak hak untuk berpraktek. b. Wanita yang menggugurkan kandungannya, dengan hukuman maksimal 4 tahun. c. Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi dihukum dengan hukuman bervariasi. Sedangkan aborsi juga diatur dalam undang-undang kesehatan UU No. 23 Tahun 1992 adalah sebagai berikut: Aborsi yang secara substansial berbeda dengan KUHPidana. Dalam undang- undang tersebut aborsi diatur dalam pasal 15. Menurut undang-undang ini aborsi dapat dilakukan apabila ada indikasi medis. Pasal 15 UU No. 23 Tahun 1992 1 Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2 Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan: 22 a. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. b. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya. c. Pada Sarana tertentu Dalam penjelasan resmi ayat 1 itu dikatakan: Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan, Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu. Adapun dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang reproduksi kesehatan diantaranya dalam pasal 75 adalah: 1 Setiap orang dilarang melakukan aborsi. 2 Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dikecualikan berdasarkan: a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau 23 b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 3 Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling danatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dan Dalam pasal 76 undang-undang reproduksi kesehatan Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 enam minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. Dalam pasal 77 undang-undang reproduksi kehamilan Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 2 dan ayat 3 yang tidak bermutu, tidak aman, 24 dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundangundangan. Adapun Dalam PP Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun 2014 kesehatan reproduksi dalam pasal 31 yaitu: 1 Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan: a. Indikasi kedaruratan medis; atau b. kehamilan akibat perkosaan. 2 Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 empat puluh hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Dalam pasal 32 PP Peraturan Pemerintah no 61 tahun 2014 disebutkan: 1 Indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 1 huruf a meliputi: a. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; danatau b. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita penyakit genetik berat danatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. 2 Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan standar. 25

2. Aborsi Dalam pandangan Hukum Islam

Islam menganut pandangan bahwa setiap bayi yang lahir ke dunia adalah suci dari segala noda dan dosa. Pengguguran berarti merusak dan menghancurkan janin, calon manusia yang dimuliakan oleh Allah, karena ia berhak survive dan lahir dalam keadaan hidup, sekalipun melalui hubungan yang tidak sah. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: سّ ي ّ ي ي بأف ط ل ى ع ل ي ل “Setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi. 10 Maka jelas dari perspektif moral keislaman tindakan pengguguran kandungan itu seperti praktek kaum jahiliyah yang menguburkan setiap balita yang lahir karena takut miskin dan takut lapar, atau mereka sudah putus harapan atas bencana kemiskinan parah yang melanda. Setelah Islam datang, Islam mengharamkan adat keji nan buruk seperti ini, melalui turunnya Firman Allah Ta’ala ً ي ك ًطخ ك تق إۚ ك يإ ق ح ۖ إ يشخ ك ل أ تقت ل “Dan Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. ” Q.s. Al- Isra’ : 31 Ulama sepakat untuk mengharamkan pengguguran kandungan yang dilakukan pada waktu janin sudah diberi nyawa nafkh al-ruh perbuatan itu dipandang sebagai tindak pidana dalam Islam, karena pengguguran seperti itu 10 Hadist Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Imam Muslim, “Shalih Muslim juz XIV”, Mesir. Mathba‟at al Mishiyyat, h. 207 26 sama dengan pembunuhan terhadap manusia yang telah sempurna wujudnya. Sedangkan terhadap pengguguran kandungan di mana bayi telah diberi nyawa, para ulama berbeda pendapat. Pada prinsipnya pengguguran kandungan dalam Islam dilarang, namun demikian para jumhur ulama mazhab dan ulama kontemporer diantaranya Mahmoud Syaltoun, dan Yusuf al-Qadrhawi. Memperbolehkan pengguguran dalam keadaan terpaksa guna menyelamatkan jiwa si ibu. Namun hal demikian itu hanya diperkenankan apabila kehamilan terjadi secara sah, artinya kehamilan yang terjadi karena hubungan seksual suamim istri yang sah. Namun bagaimana hubungan tidak sah? Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthni mengatakan, haram menggugurkan kandungan yang terjadi karena hubungan seksual diluar nikah. Keharaman ini berlaku dalam keadaan apapun termasuk aborsi akibat perkosaan. 11 Aborsi menurut Abdurrahaman Al Baghdadi menyebutkan aborsi dalam sebelum atau sesudah ruh nyawa ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 empat bulan masa kehamilan, maka semua ulama fiqih fuqoha sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. 12 Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain 11 Saifullah, ”Aborsi dan Persoalannya”, ibid 134 12 Abdurrahman Al-Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, h. 127-128 27 Muhammad Ramli w. 1596 M dalam kitabnya An Nihayah dengan alas an karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. 13 Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar w. 1567 M dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al- Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum sel telur maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh. 14

D. Sebab

– Sebab Putusnya Perkawinan 1. Putusnya Perkawinan Menurut Undang-Undang Dalam pasal 38 UU No. 1 1974 tentang perkawinan disebutkan beberapa hal yang bisa dijadikan alasan putusnya hubungan perkawinan sebagaimana berikut : a. Kematian 13 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: Hajimasagung, 1993, h. 81 14 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 57