11
b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan
kepustakaan.
13
Bahan hukum yang terdiri dari atas buku-buku textbooks yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh de herseende leer,
jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan
topik penelitian skripsi ini c. Bahan hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.
14
3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Berisi uraian logis prosedur pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, serta bagaimana bahan hukum
tersebut diinvetarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang dibahas.
Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari hal-hal atau variabel berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, media online, majalah, prasasti, notulen,
13
Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992, h. 51.
14
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, h. 296.
12
rapat, agenda, dan sebagainya.
15
b. Metode Interview wawancara atau interview merupakan Tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara lansung.
Dalam proses interview ada dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai berfungsi sebagai pencari informasi atau
interviewer sedangkan pihak lain baerfungsi sebagai pemberi informasi atau informan responden
16
Proses wawancara ini diajukan kepada beberapa nara sumber diantaranya Hakim Pengadilan Agama Metro.
4. Teknik Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum merupakan langkah-langkah yang berkaitan dengan pengelolahan terhadap bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan
untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Pada penelitian hukum normatif, pengelolahan bahan hukum
hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi
terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
Dalam analisis Bahan Hukum ini kegiatan yang dilakukan antara lain:
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 201.
16
Soemitro Romy H. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, h. 71.
13
a. Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang hukum aborsi dan sebab-sebab putusnya perkawinan dalam
peraturan perundang-undangan. b. Membuat sistematik dari pasal-pasal atau kaidah-kaidah hukum tersebut
sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. Sistematika Penulisan
Pendahuluan dalam sub bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Studi
review terdahulu, metode penelitian, teknik dan sistematika penulisan. Kedua dalam Bab ini tinjauan tentang aborsi menjelaskan tentang
pengertian Aborsi abortus macam-macam aborsi, kemudian tentang Hukum Aborsi dalam pandangan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia dan Sebab-
sebab putusnya Perkawinan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam KHI.
Ketiga dalam bab ini penulis menjelaskan tentang Profil Pengadilan Agama Metro kemudian tentang Histori pembentukan Pengadilan Agama Metro dan yang
14
terakhir tentang Struktur organisasi Pengadilan Agama Metro. Keempat dalam bab ini menjelaskan Analisis Aborsi bisa menjadi alasan
Putusnya suatu Perkawinan, kemudian tentang Analisis Interpretasi Hakim Terhadap Cerai Thalaq Akibat Istri Aborsi Studi Putusan Nomor 0749 Pdt .G
2011 PA.Mt dan yang terakhir Analisis Penulis. Kelima dalam bab terakhir ini adalah penutup berisikan tentang kesimpulan
dari penulis beserta saran-saran penulis dan penutup.
15
BAB II TINJAUAN TENTANG ABORSI
A. Pengertian Aborsi abortus
1. Menurut Fiqih
Aborsi dalam literatur fiqih berasal dari bahasa Arab al-Ijhadh, merupakan mashdar dari ajhadha atau juga dalam istilah lain bisa disebut
isqath al-haml, keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut
juga lahirnya janin karena dipaksa atau dengan sendirinya karena belum waktunya. Sedangkan makna gugurnya kandungan, menurut ahli fikih tidak
keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah menjatuhkan isqath, membuang tharh, melempar
ilqaa‟, dan melahirkan dalam keadaan mati imlaash.
1
Aborsi dalam agama Islam jelas dan terang-terangan dilarang serta diharamkan. Dikatakan bahwa membunuh sesama manusia itu sama saja
dengan membunuh seluruh manusia di muka bumi ini. Menurut Mazhab Syafi’i aborsi dalam Islam seorang wanita yang membuang janin pada saat
masa kehamilannya belum sempurna, sehingga janin tidak dapat merasakan kehidupan di dunia ini. Di dalam kitab
“Qodhayu fiqhiyyah al-Mu‟aassarah”. Para pakar undang-undang fiqih kriminal menetapkan bahwa aborsi dalam
1
Maria Ulfa, “Fikih Aborsi, Wacana penguatan hak reproduksi perempuan”, Jakarta:
KOMPAS, t.t , h.22-28.
16
Islam adalah menyingkirkan kehamilan secara sengaja tanpa sebab yang pasti, dan berbahaya bagi wanita yang ingin menggugurkan janinnya.
2
2. Menurut Medis
Dari segi medis sendiri, pengertian aborsi adalah keluarnya hasil konsepsi pembuahan sebelum usia kehamilan 20 minggu lima bulan
dengan berat mudigah kurang dari 500 gram. Mudigah yang dikeluarkan dari kandungan sebelum usia kandungan 20 minggu dapat dikatakan tidak punya
harapan hidup. Sedangkan keluarnya hasil konsepsi pembuahan setelah usia kehamilan 20 minggu dapat dikatakan sebagai persalinan mengingat janin
yang dikeluarkan sudah mempunyai harapan hidup walaupun amat tipis. Hanya saja, disini juga tetap dibedakan antara abortus yang terjadi karena
adanya campur tangan provokasi oleh manusia.
3
Oleh karena itu dalam buku ini digunakan istilah abortus provocatus dalam bahasa latin untuk menyebut
pengguguran kandungan yang disengaja oleh manusia. Penggunaan istilah ini bertujuan untuk menunjukkan makna sebenarnya yang dimaksud penulis agar
tidak terjadi kerancuan makna dalam bahasa permasalahan yang ada, mengingat bermacam-macamnya jenis abortus.
3. Menurut Undang-Undang
Menurut hukum positif di Indonesia mengenai aborsi, baik menurut kitab undang-undang hukum pidana Indonesia, tindakan aborsi tidak selalu
2
http:www.anneahira.comaborsi-dalam-islam.htm diakses tanggal 21-11-2013
3
Suryono Ekotama dll , “ABORTUS PROVOCATUS”. Bagi korban perkosaan. Persvektif
Viktimilogi, kriminalogi dan hukum pidana”, Yogyakarta: Atmajaya, 2000, h. 90.
17
merupakan perbuatan jahat atau merupakan tindakan pidana, hanya aborsi provocatus criminalis saja yang dikategorikan sebagai suatu perbuatan tindak
pidana, adapun aborsi yang lainnya terutama yang bersifat spontan dan medicalis bukan merupakan suatu tindak pidana.
4
Abortus provocatus berasal dari bahasa latin yang berarti keguguran karena kesengajaan.
5
Abortus Provocatus merupakan salah satu dari berbagai jenis macam abortus. Dalam kamus latin Indonesia sendiri, abortus diartikan
sebagai wiladah sebelum waktunya atau keguguran.
6
Pada dasarnya kata abortus dalam bahasa latin sama artinya dengan kata aborsi dalam bahasa
Indonesia yang merupakan terjemahan dari kata abortion dalam bahasa Inggris. Jika ditelusri dalam kamus Inggris
– Indonesia, kata abortion memang mengandung arti keguguran anak.
7
Kata Abortus atau aborsi diatas masih mengandung arti yang amat luas sekali. Hal ini dengan jelas ditegaskan dalam
Black „s Law Dictionary. Kata Abortion Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi aborsi
mengandung dua arti sekaligus:
4
Mien Rukmini, “Penelitian Tentang Aspek Hukum Pelaksanaan Aborsi Akibat Perkosaan”,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kehakiman dan HAM RI, h. 31
5
Suryono Ekotama dll, “ABORTUS PROVOCATUS”. Bagi korban perkosaan. Persvektif
Viktimilogi, kriminalogi dan hukum pidana”, Yogyakarta: Atmajaya, 2000, h. 31
6
K. Prent Cm dan Adisubarta, “Kamus Latin - Indonesia”, Yogyakarta:Kanisius,1969, h. 4
7
S Wojowasito dan WJS Purwadarmaminta, “ Kamus Lengkap Inggris-Indonesia-Inggris”,
Hasta, Bandung, h.1