Metode Penelitian Pendekatan Objektif

1 analisis komponen atau unsur secara menjelimet berkecenderungan untuk menyebabkan masalah estetika dikorbankan, 2 pendekatan objektif lebih bersifat diakronis, ia lebih cocok untuk analisis karya sastra pada satu masa, tetapi sukar digunakan untuk analisis perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu, 3 pendekatan objektif memerlukan dukungan pengetahuan teori sastra yang lebih dalam agar dapat berbicara lebih dalam tentang aspek-aspek yang membangun karya sastra, 4 pendekatan objektif mengesampingkan konstelasi sosial budaya, padahal sastra merupakan sesuatu yang berada dan lahir dalam suatu konstelasi sosial budaya, sehingga pendekatan ini dinilai mengesampingkan manusia yang berada di sekitar sastra. 10 Pendekatan karya sastra yang berpusat pada karya sastra sebagai kesatuan yang utuh disebut juga sebagai pendekatan objektif. Dalam pendekatan objektif yang diteliti adalah unsur-unsur yang membangun karya tersebut, seperti tema, alur, latar, gaya penulisan, penokohan, dan gaya bahasa.

H. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu sastra khususnya di bidang karya sastra yang berbentuk novel, dan dalam teori sastra khususnya pada nilai moral dengan pendekatan objektif, serta membantu penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan nilai moral. 1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dalam hal membuat perencanaan pengajaran, untuk memberikan lebih lebih banyak pilihan bahan bacaan atau rujukan. 10 M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, Bandung: CV Angkasa, 2012, h. 88-89. BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Moral 1. Pengertian Moral

Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana dapat disamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. 1 Orang yang baik adalah orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Franz Magnis mengatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik- buruknya manusia sebagai manusia. Bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain bulutangkis atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. 2 Baik buruknya manusia sebagai manusia, karena setiap manusia pada dasarnya adalah manusia yang sama dengan manusia yang lain, dalam hal ini profesi yang diperankan oleh setiap manusia, tidak masuk dalam ukuran moral. Moral selalu menuju pada pribadi yang dibentuk dari dalam hati, bukan aturan- aturan yang diikuti secara terpaksa. Moral dalam cerita, menurut Kenny dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro biasanya dimaksud sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat 1 Purwa, Moral dan Masalahnya, Yogyakarta: Kanusius, 1990, h. 13. 2 . Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius, 1989, h. 19. 11 diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. 3 Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan moral yang disampaikan. Semi mengatakan moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat untuk menentukan kebaikan atau keburukan. Oleh karena itu, moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan atau kehidupan sebuah masyarakat. 4 Muh. Said mengatakan bahwa norm norma = jamaknya berarti ukur- ukuran atau kaidah bagi pertimbangan dan penilaian. 5 Norma merupakan suatu kaidah yang menentukan atau mempertimbangkan baik atau buruknya moral seseorang. Zakiah Drajat berpendapat bahwa moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri bukan paksaan dari luar, rasa tanggung jawab atas tindakan itu, dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. 6 Misalnya moral yang terdapat dalam agama Islam yang mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW seperti sifat yang benar, adil, jujur, dan dipercaya. Moral sangat penting bagi setiap orang, tiap bangsa, bahkan ada seorang penyair Arab berkata bahwa ukuran suatu bangsa adalah akhlaknya. Jika mereka tidak berakhlak, maka bangsa itu tidak berarti. 3 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, Cet. 5, h. 321. 4 M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, Bandung: CV Angkasa, 2012, h. 89. 5 Muh. Said, Etik Masyarakat Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1980, h. 25. 6 Zakiah Darajat, Membaca Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1973, h. 8. Antara akhlak dengan moral dapat dibedakan, akhlak menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah budi pekerti, yang mengacu pada kelakuan orang yang berpendidikan 7 , apabila akhlak seseorang baik, maka tingkah laku orang tersebut dapat dikatakan terpuji mahmudah, sedangkan akhlak yang buruk, maka tingkah lakunya tidak baik atau tidak terpuji mazmumah. Berbeda halnya dengan moral, yaitu ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai tingkah laku. 8 Nilai moral dalam masyarakat menjadi sesuatu yang penting. Apabila suatu bangsa memiliki moral yang baik maka kehormatan bangsa itu akan baik di mata dunia, dan kesejahteraan pun akan terjadi di dalam bangsa yang memiliki moral yang baik. Maka dari itu untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera dan terhormat, maka sangatlah perlu memperhatikan pendidikan moral bagi generasi penerus bangsa, agar menjadi generasi yang mampu membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih besar di masa yang akan datang. Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Secara umum moral mengandung pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan sikap kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. 9 Karya sastra yang memiliki moral baik adalah karya sastra yang berusaha meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai mahkluk yang berbudaya, berpikir, dan berketuhanan. Memang karya sastra tidak saja gagasan, tema, dan pesan-pesan tertentu. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi adalah karya sastra yang mengandung moral yang tinggi, yang dapat mengangkat harkat martabat umat 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Ed. 3, h. 20. 8 Ibid., h. 754. 9 Ibid., h. 766.