demikian memang benar tapi ada kelanjutannya, yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan pengetahuan bisa disebut sebagai karya serius.
2. Jenis Novel
Burhan menggolongkan jenis novel menjadi dua, yaitu; a.
Novel Populer Novel populer adalah novel populer pada masanya dan banyak
yang penggemarnya, khususnya pembaca dari kalangan remaja. Novel jenis ini selalu menampilkan permasalahan yang aktual selalu sesuai
dengan zamannya, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens,
tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab apabila demikian novel populer akan menjadi berat dan berubah menjadi novel serius, dan boleh
jadi akan ditinggalkan pembacanya. Oleh karena itu, novel populer pada umumnya bersifat artificial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan
zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia, biasanya, cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel
baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.
24
Novel populer akan terus bermunculan dan akan terus menutupi novel-novel populer yang sudah
lebih dahulu diterbitkan, dan akan hilang seiring berubahnya zaman. Sastra populer adalah perekam kehidupan, dan tidak banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan
pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya itu.
sas tra populer hanya setia memantulkan kembali “emosi-emosi asli”, dan
bukan penafsiran tentang emosi itu. oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.
25
24
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, Cet. 5, h. 18.
25
Ibid.
Sastra populer tidak banyak mengeksplorasi berbagai kemungkinan- kemungkinan yang kiranya akan terjadi dalam kehidupan, biasanya sastra
populer selalu memantulkan keadaan batin pengarang yang sesungguhnya secara mendasar.
b. Novel Serius
Novel serius adalah novel yang “harus” sanggup memberikan yang serba kemungkinan, dan itulah sebenarnya makna sastra yang sastra.
Membaca novel serius, jika kita ingin memahaminya dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu.
pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang
bersifat universal. Novel serius di samping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada
pembaca, atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang
dikemukakan. Hakikat kehidupan, boleh dikatakan, tetap bertahan sepanjang
masa. Ia tidak pernah ketinggalan zaman. Itulah sebabnya, antara lain, novel dan pada umumnya sastra serius tetap menarik sepanjang masa,
tetap menarik untuk dibicarakan. Kita dapat mengambil contoh, misalnya, Hamlet, Romeo dan Juliet, dan lain-lain karya Shakespeare, Madame
Bovary karya Gustave Flaubert, atau bahkan yang lebih tua lagi misalnya La Divina Commedia karya Dante, atau beberapa karya Homerus,
Sophocler, dan lain-lain pada masa Yunani Klasik. Karya-karya tersebut adalah sejumlah contoh karya yang tetap menarik untuk dibaca dan
dibicarakan sampai sekarang. Contoh karya sastra Indonesia misalnya, Belenggu, Atheis, Jalan Tak Ada Ujung, atau karya klasik seperti
Mahabrata dan Ramayana.
26
Permasalahan kehidupan yang tak pernah berubah dan abadi sepanjang masa membuat novel serius dapat dinikmati
26
Ibid., h. 18-19.
sepanjang masa, bahkan novel yang telah berusia ribuan tahun masih dapat dijadikan sebuah perbincangan sastra. Novel jenis ini merupakan novel
yang bermutu sastra. Novel serius umumnya bermaksud menyajikan pengalaman
manusia melalui fakta-fakta, tema-tema, dan sarana-sarana kesastraan. Untuk memahaminya kadang harus melakukan analisis terhadap bagian-
bagian tersebut dan relasinya satu-sama lain.
27
dalam novel serius, pengarang cenderung memanfaatkan kebebasan kreasi. Dengan kebebasan
itu, pengarang akan selalu berusaha menampilkan hal yang baru dengan tetap menjaga keorisinalitasannya.
Berdasarkan teori di atas, novel Bukan Pasarmalam termasuk dalam kategori novel serius. Novel ini menceritakan permasalahan kehidupan yang tak
pernah berubah dan abadi sepanjang masa, banyak mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang kiranya terjadi dalam kehidupan, dan memantulkan keadaan
batin pengarang yang sesungguhnya secara mendalam. Novel Bukan Pasarmalam tidak hanya memberikan hiburan kepada pembacanya, namun juga memberikan
pengetahuan yang berharga, mengajak meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
3. Unsur-unsur Novel a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Novel terdiri dari beberapa unsur yaitu:
27
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Terj. dari An Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. 1, h. 13.