Sinopsis Nilai moral tokoh aku dalam novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMA

mengatakan bahwa ada sembilan puluh sembilan butir jagung di timur. Namun seisi rumah tak mengerti maksud dari perkataan tersebut. Kemudia bapak berkata: “cukup anakku, sekian dulu. Pergilah engkau semua. Tinggalkan aku sendirian.” 17 Semua pergi meninggalkan beliau sendirian. Dan menjelang magrib adik tokoh aku yang keempat berlari-lari menghampiri dan mengatakan bahwa ayah sudak tidak ada. Malam itu ayah yang sudah tidak ada lagi dibaringkan di bale dalam kerumunan orang banyak. Di antara pelawat seorang pelawat Tionghoa menyeletuk sebagai berikut: Ya, mengapa kita ini harus mati seorang diri? Lahir seorang diri pula? Mengapa kita ini harus hidup di satu dunia yang banyak manusianya? Mengapa kalau kita sudah bisa mencintai seorang manusia, dan orang itu pun mencintai kita. 18

C. Unsur Intrinsik 1. Tema

Menurut Hartoko dan Rahmanto dalam Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro mengatakan bahwa, tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra, dan terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan- perbedaan. 19 Tema merupakan makna yang terdapat di dalam teks karya sastra. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang 17 Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasarmalam, Jakarta: Lentera Dipantara, 2004, h. 89. 18 Ibid., h. 95. 19 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, h.68. mendukungnya. 20 Tema berasal dari penggabungan seluruh isi teks di dalam sebuah karya sastra secara utuh, inti dari seluruh cerita, bukan sebagian cerita. Tema yang terdapat dalam novel Bukan Pasarmalam yaitu “perjalanan seorang pemuda revolusi”, kutipan yang melukiskan bahwa tema pada novel Bukan Pasarmalam adalah “perjalanan seorang pemuda revolusi” adalah sebagai berikut: Sesungguhnya surat itu takkan begitu menyayat hatiku, kalau saja sebelumnya aku tak mengirim surat yang berisi sesuatu yang tak enak untuk dibaca. Begini surat yang kuterima itu: Blora, 17 Desember 1949 Anakku yang kucintai Di dunia ini tak ada sesuatu kegirangan yang lebih besar daripada kegirangan seorang bapak yang mendapatkan anaknya kembali, anak yang tertua, pembawa kebesaran dan kemegahan bapak, anak yang beberapa waktu terasing dari masyarakat ramai, terasing dari cara hidup manusia biasa. … Kutipan tersebut merupakan surat dari seorang ayah yang ditujukan kepada anaknya, anak yang tertua. Dalam surat tersebut dituliskan bahwa surat tersebut ditulis pada tahun 1949, tahun pada masa revolusi bangsa Indonesia. Surat itu ditujukan untuk tokoh aku yang menjadi tokoh utama dan sebagai pemuda revolusi. Surat itu adalah sebuah permulaan yang membuka cerita novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Tokoh dan Penokohan

Menurut Aminuddin, penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi. Penokohan yang paling sederhana adalah pemberian nama atau sebutan. Lebih lanjut penokohan dapat diidentifikasi dalam penggambaran fisik, jenis kelamin, umur, karakter, status sosial, dan lain-lain, yang dapat menghidupkan tokoh dalam cerita fiksi. Penokohan pada novel ini yaitu:

a. Aku

Novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya adalah sebuah semi autobiografi Pramoedya sendiri, kehidupan yang diceritakan dalam buku ini 20 Ibid., h.68. melukiskan tentang kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga Pram. Tokoh aku adalah tokoh utama dalam novel ini, maka jika dikatakan sebuah semi autobiografi dapat dikatakan bahwa tokoh aku sebagai pencerita adalah perwujudan dari seorang Pram, tokoh aku adalah pemeran sentral dalam menjalankan cerita dalam novel Bukan Pasarmalam. walaupun tokoh aku merupakan seorang pejuang muda yang gagah berani di medan peperangan, namun di balik itu keberaniannya ia juga mendapatkan penokohan tokoh orang yang memiliki perasaan sensitif dan halus. Secara tersurat dituliskan bahwa tokoh aku memang orang yang perasa, jelas tergambarkan bahwa tokoh aku merupakan seorang yang mempunyai hati yang dan mudah tersayat. Sepertinya perasaan halus yang dimilikinya adalah sesuatu yang diwariskan dari lingkungan keluarganya, tokoh aku mengatakan bahwa keluarganya adalah mahkluk yang perasa, dan ia menyadari itu. Sikap perasa sebenarnya merupakan sesuatu yang lumrah terjadi pada setiap manusia, tokoh aku merupakan tokoh yang paling sering tampil dan merupakan pencerita dalam cerita Bukan Pasarmalam, dan karena itu juga maka semakin membuat perasaan tokoh aku menjadi sebuah bahan eksplorasi untuk membangkitkan perasaan para pembaca. Perasaan halus yang dimiliki oleh tokoh aku dapat terlihat dalam kutipan: “Aku mengeluh. Hatiku tersayat. Aku memang perasa. Dan keluargaku pun terdiri dari mahkluk-mahkluk pera sa” 21 Dalam kutipan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa tokoh aku adalah tokoh utama yang berada dalam cerita. Tokoh aku merupakan pencerita dan juga merupakan bagian dari cerita karena ia ikut perperan. Dalam novel Bukan Pasarmalam, tokoh aku merupakan tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Dilihat dari fungsinya, penokohan tokoh aku adalah tokoh protagonis, karena di dalam cerita Bukan Pasarmalam tokoh aku mendapat simpati dan empati seperti pada kutipan tersebut, tokoh aku dapat menarik simpati dan empati dari pembaca lewat keluhan batinnya. Sedangkan jika dilihat dari perwatakannya tokoh aku 21 Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasarmalam, Jakarta: Lentera Dipantara, 2003, h. 15. merupakan tokoh bulat, kompleks, tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi dan jati dirinya. Tokoh aku yang merupakan seorang pejuang muda di jaman revolusi yang yang pada awalnya memiliki perwatakan keras namun pada akhirnya melunak ketika mendapati ayahnya yang sedang sakit keras di kampung. Tokoh aku adalah simbol yang dipakai oleh Pram untuk mengutuk bobroknya moral para petinggi Negara yang selalu sibuk memperkaya diri tanpa memikirkan rakyat kecil selayaknya negarawan yang baik.

b. Istri

Tokoh istri adalah tokoh yang memiliki watak cerewet dan terkesan masa bodoh. Sikap sang istri seharusnya dapat menjadi sosok perempuan yang memberikan ketenangan kepada tokoh aku yang sedang ditimpa masalah, namun yang terjadi adalah ketika tokoh aku sedang dilanda musibah, dia malah menjadi istri yang cerewet yang seolah tidak mengerti akan tekanan yang sedang dialami oleh tokoh aku sebagai suaminya. Sikap cerewet tokoh istri merupakan sebuah permasalahan yang juga menambah beban di dalam pikiran tokoh aku. Karakter tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini: “Jangan terlalu lama di Blora,” kata istriku itu. aku rasai keningku jadi tebal oleh kerut-mirut. Dan aku men jawab pendek: “kita melihat keadaan dulu. ” Sebentar bayangan kenangan pada ayah hilang. “barang kali kalau terlalu lama, aku terpaksa pulang dahulu”. 22 Sikap cerewet tokoh istri terlihat karena ia merasa kebutuhan finansialnya kurang terpenuhi, hal tersebut terjadi karena memang tokoh aku bukanlah seorang pejabat dengan penghasilan tinggi. Sikap cerewet karena finansial yang kurang terpenuhi dapat dilihat seperti pada kutipan berikut: “Lebih baik kita pulang dulu. Engkau harus ingat pada keuangan kita,” kata istriku. 23 Dalam cerita novel Bukan Pasarmalam tokoh istri merupakan tokoh tambahan, tokoh istri disebut sebagai tokoh tambahan karena tokoh istri hanya 22 Ibid., h. 14. 23 Ibid., h. 81.