Penyebab Terjadi Konflik Elit dalam Pemekaran kecamatan.

82 aktor - aktor elit tersebut mendukung pemekaran kecamatan Blang Jerango. Aktor - aktor elit yang mendukung dan menyetujui secara penuh dilakukannya pemekaran, sebagian adalah pejabat pemerintah dan tokoh - tokoh poltik lainnya. Dimana mereka memiliki kepentingan politik dan ekonomi terhadap pemekaran, sehingga mereka sangat menyetujui dilakukannya pemekaran kecamatan Blang Jerango tersebut. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Rahmat. ‘’Elit politik yang ikut serta dalam menggerakkan pemekaran kecamatan tersebut, ya pasti mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu. Mereka memang sangat menyetujui pemekaran dilakukan karena mereka tau setelah pemekaran daerah tersebut pasti perlunya pengisian jabatan-jabatan baru guna untuk memimpin masyarakat di kecamatan Blang Jerango.’’Wawancara, 20 Maret 2015

4.3.6. Penyebab Terjadi Konflik Elit dalam Pemekaran kecamatan.

Kebijakan pemerintah pusat yang paling konkrit sebagai akibat penerapan otonomi daerah adalah pemekaran daerah jumlah PropinsiKabupaten, KecamatanDesa bertambah sangat signifikan sejak pemberlakuan uu 221999 UU No. 322004. Bahwa muncul kesan kuat bahwa otonomi daerah identik dengan pemekaran daerah. Tanpa pemekaran daerah otonomi serasa belum lengkap. Pemekaran wilayah cenderung dilandasi alasan atau mendekatkan pelayanan publik hal tersebut tertuang dalam uu No.221999 sebagai produk hukum yang benar - benar di arahkan agar daerah memiliki akses sebanyak mungkin memekarkan dirinya. Paradigma yang mendasari kebijakan dimaksud ialah bahwa daerah punya hak otonom seluas-luasnya untuk mengatur dan mengelola urusan rumah tangganya sendiri. Padahal apabila pemangku Universitas Sumatera Utara 83 kepentingan berorientasi rasional maka aspek politik, normatif dan lain-lain harus disingkirkan dulu jauh-jauh. Kebutuhan daerah untuk mekar atau tidak sepenuhnya dilandasi pertimbangan rasionalitas. Aspek logis yang harus dipenuhi antara lain, rasio antara daerah otonom baru dengan kondisi rill penduduk, harus jadi titik tumpu utama. Berikutnya aspek kemudahan ketersediaan pelayanan publik yang mesti menjangkau seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Setiap usulan mengenai pemekaran wilayah baik itu kabupatenkota serta kecamatan baru seharusnya benar-benar merupakan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta benar-benar diarahkan demi semakin mendekatkan fungsi pelayanan birokrasi pemerintahan daerah terhadap masyarakat. Bukan semata-mata hanya menguntungkan para elit untuk memanpaatkan situasi daerah. Tetapi ironisnya aspek pertimbangan dan perhatian terhadap masyarakat dikesampingkan dan aspek kepentingan dan peluang elit yang lebih di fokuskan didaerah tersebut. Dimana para elit bukannya untuk mengurusi dan memperhatikan daerah baru tetapi disibukkan dengan perebutan kekuasaan kepemimpinan terjadi yang berujung pada konflik antara sesama elit lokal. Dengan adanya ketegangan antara elit untuk mendapatkan tujuannya masing- masing, tidak jarang para elit mengkalim pihak lawannya guna untuk mendapatkan pembelaan - pembelaan dari pihaknya. Dimana para elit menimbulkan isu bahwa pemimpin daerah tentunya harus berasal dari daerah tersebut bukan dari daerah luar, dan juga para elit saling menjatuhkan satu sama lainnya guna untuk mendapatkan dukungan. Universitas Sumatera Utara 84 Disini masyarakat tentunya menilai dilakukannya pemekaran ini oleh para elit yang katanya tujuannya untuk mensejahterakan masyarakatnya itu hanya alasan saja. Para elit ini hanya mempunyai tujuan untuk menguasai daerah tersebut bukan untuk meningkatkan kesejahteraan daerahnya. Bapak Junaidi Mengatakan bahwa: ‘’Pemekaran wilayah sebenarnya tidak terlalu ada gunanya untuk masyarakat kecil, karena tidak terlalu membawa angin perubahan yang baik pada aspek peningkatan kesejahteraan maupun aspek pelayanan publik. Dengan adanya pemekaran para elit lokallah yang beruntung karena mereka mempunyai kesempatan untuk berebut kekuasaan. Dimana para elit yang ingin berkuasa tidak hanya satu orang tetapi banyak elit sehingga terjadi perebutan kekuasaan yang berujung konflik sesama elit.’’Wawancara, 27 Maret 2015. Dinamika politik era desentralisasi dan otonomi daerah menunjukkan kesulitan untuk terlepas dari konflik kepentingan, dalam perebutan untuk menguasai akses ekonomi, politik, seringkali berujung pada konflik horizontal antara elit yang bersaing dalam mendapatkan kepentingannya. Bahwa dengan mudah di masyarakat dapat ditemukan adanya sekelompok individu yang mempunyai peran dan pengaruh lebih besar apabila dibandingkan dengan peran dan pengaruh yang dimiliki individu - individu yang lainnya. Mereka mempunyai kemampuan untuk memainkan peran dan pengaruh tersebut karena keunggulan- keunggulan yang dimilikinya. Dengan keunggulan - keunggulan yang melekat pada dirinya, mereka dapat mengelola dan mengendalikan cabang kehidupan tertentu. Seperti yang terjadi di kecamatan Blang Jerango konflik elit didasari karena perebutan kursi camat pada daerah pemekaran kecamatan Blang Jerango, menurut hasil penelitian penulis hal ini merupakan salah satu aspek yang Universitas Sumatera Utara 85 berpengaruh terhadap terjadinya konflik antara elit lokal dalam pemekaran tersebut. Yang mana salah satu pihak elit yang mendapatkan mandat kekuasaan. Beliau berasal dari luar kecamatan yang dimekarkan tersebut yaitu Bapak Nasir. Dimana beliau berasal dari kecamatan induk atau Kecamatan Kutapanjang yang sebetulnya beliau ikut serta dalam memperjuangkan pemekaran Kecamatan Blang Jerango tersebut. Setelah dengan proses perjuangan yang panjang dalam memperjuangkan pemekaran akhirnya pada tahun 2004 Kecamatan Blang Jerango telah resmi dimekarkan dari Kecamatan Kuta Panjang. Setelah kecamatan tersebut dimekarkan tentunya perlu adanya pengisian jabatan camat guna untuk melayani masyarakat kedepannya. Waktu itu Bapak M. Nasir sempat terpilih menjadi pertimbangan untuk menjadi camat Blang Jerango. Yang ditentukan oleh sekretaris daerah berdasarkan rekomendasi dari bupati Kabupaten Gayo Lues. Dengan terpilihnya Bapak M.Nasir menjadi camat ada pihak lain yang merasa lebih berhak untuk mendapatkan kursi camat tersebut yaitu bapak Kandar, beliau berasal dari kampung peparik yang berkawasan di Kecamatan Blang Jerango. Beliau juga ikut serta dalam proses pemekaran kala itu. Bapak Kandar sangat tidak setuju dengan terpilihnya Bapak M.Nasir sebagai camat pertama di Kecamatan Blang Jerango tersebut, karena Bapak Kandar menilai Bapak M.Nasir tidak banyak memberikan kontribusi dalam proses pemekaran tersebut dan juga Bapak M.Nasir bukan berasal dari daerah kecamatan yang dimekarkan. Selain itu Bapak Kandar juga menilai kenapa bapak M.Nasir langsung terpilih menjadi camat kala itu karena beliau menganggap Bapak M.Nasir memilki ikatan politik dengan sekretaris daerah yaitu Bapak Saleh. Sesuai dengan penjelasan Bapak Kandar, atas perlawanannya terhadap Bapak M.Nasir yang mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara 86 ‘’Bapak Nasir tidak berhak atas jabatan menjadi camat karena beliau tidak akan memajukan daerah ini dia hanya akan menguntungkan rekan - rekannya saja, dan kenapa saya berkeinginan menjadi camat karena saya merasa pantas dan mampu mengelola daerah saya sendiri,sedangkan Bapak Nasir berasal dari daerah luar kecamatan ini dan kenapa Bapak Nasir terpilih menjadi camat itu karena dia memiliki kedekatan dengan sekretaris daerah tersebut.’’ Wawancara, 17 Maret 2015. Kemudian dalam wawancara dengan salah satu masyarakat Bapak Junaidi yang mengatakan bahwa: ‘’Pak kandar memang terlihat sangat bernafsu untuk menjadi camat blang jerango kala itu, karena beliau berani melakukan protes yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bukan hanya itu pak kandar menuduh Bapak M.Nasir memiliki kedekatan dengan sekretaris daerah padahal Bapak Kandar sendiri yang pernah melobi sekretaris daerah tersebut tapi di tolak pihak sekretaris daerah. Beliau banyak melakukan cara supaya Bapak Nasir tidak jadi naik menjadi camat, dan Bapak Kandar sangat menginginkan hal tersebut karena beliau juga sangat menginginkan jabatan menjadi camat blang Jerango kala itu’’.Wawancara, 15 Maret 2015 Dari berbagai informasi yang diperoleh dari informan memberi gambaran bahwa penduduk lokal dilokasi penelitian adalah termasuk masyarakat yang mudah menerima perubahan, terbuka menerima masyarakat pendatang diwilayahnya dan memiliki toleransi tinggi. Dengan sikap dan perilaku yang demikian, dimana sebelum adanya pemekaran kecamatan blang Jerango belum pernah terjadi konflik elit yang memperebutkan kekuasaan yang beralasan pemimpin daerah harus dari bagian wilayah kecamatan itu sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa potensi konflik telah muncul didaerah baru tersebut adalah dominan kelompok elit yang memperebutkan kepentingannya. Yang tidak menutup kemungkinan bahwa karena kelompok elit tersebut dominan adalah pendatang dari luar kawasan kecamatan, sehingga elit yang berasal dari kawasan Universitas Sumatera Utara 87 kecamatan baru ini menjadikan hal ini sebagai titik tolak dalam pembentukan pemimpin didaerahnya bahwa pemimpin daerah ini harus berasal dari kawasan kecamatan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan penyebab dari lahirnya konflik pemekaran di Kecamatan Blang Jerango adalah para elit pejuang atau penggerak pemekaran hanya ingin mendapatkan kepentingannya sendiri. Ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara elit pada daerah pemekaran bukan kehendak atau kepentingan masyarakat banyak, tetapi lebih kepada ketidakpuasan elit dalam memperebutkan kekuasaannya. Perebutan kepentingan inilah yang dijadikan isu oleh elit untuk memobilisasi massa untuk melakukan benturan dengan menilai bahwa pemimpin untuk daerah pemekaran tersebut harus dari bagian daerah kecamatan, tentunya yang dijadikan modal elit untuk melakukan benturan dengan elit lain guna untuk tercapainya tujuannya sendiri. Ironis memang apabila hanya kepentingan segelintir orang yang punya kepentingan kekuasaan tidak terakseskan, menyebabkan masyarakat yang tidak tahu apa - apa menjadi korban kehausan kekuasaan.

4.3.7. Bentuk Konflik elit yang terjadi Pasca Pemekaran Kecamatan Blang Jerango.