Klasifikasi Pestisida Pestisida .1 Pengertian Pestisida

e. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak; f. memberantas atau mencegah hama-hama air; g. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; danatau h. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air. Pengertian pestisida sangat luas dan mencakup produk-produk yang digunakan di bidang pengelolaan tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan; peternakan; kesehatan hewan; perikanan; penyimpanan hasil pertanian; pengawetan hasil hutan; kesehatan masyarakat termasuk pengendalian vektor penyakit; bangunan khusus pengendalian rayap; pestisida rumah tangga; fumigasi; serta pestisida industri. Secara khusus, pestisida yang digunakan di bidang pengelolaan tanaman disebut produk perlindungan tanaman crop protection products, crop protection agents atau pestisida pertanian. Penyebutan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis pestisida tersebut dengan pestisida yang digunakan pada bidang lain Djojosumarto, 2008.

2.1.2 Klasifikasi Pestisida

Pestisida dapat dikalsifikasikan berdasarkan organisme target dan cara kerjanya, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Insektisida Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga menyerang tanaman untuk memperoleh makanan dengan berbagai cara, sesuai tipe mulutnya, seperti : 1. Menggigit dan mengunyah, misalnya jengkerik, ulat, dan belalang. Dengan tipe mulut seperti ini, serangga dapat menggigit dan mengunyah baggian luar tanaman, menggugurkan daun tanaman, dan memakan buah. 2. Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis, wereng, kutu perisai, kutu daun, kupu-kupu penusuk buah, dan thrips. 3. Menghisap, misalnya kupu-kupu dan ngengat. Binatang ini tidak merugikan jika hanya sebatas menghisap nektar atau madu dari bunga. Akan tetapi, kebanyakan pada tingkat dewasa dapat menjadi hama yang serius. 4. Mengunyah dan menjilat. Serangga ini umumnya tidak merugikan manusia, justru memberi keuntungan, misalnya lebah. 5. Memarut dan menghisap, misalnya thrips atau tungau, Jaringan tanaman diparutnya dengan paruh sehingga keluar cairan unuk dihisapnya. Jaringan yang terserang oleh hama ini cenderung bewarna putih kemudian mengarat. Menurut Djojosumarto 2008, insektisida dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan “cara kerja” atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, yaitu : 1. Insektisida sistemik Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan Universitas Sumatera Utara cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas akropetal atau ke bawah basipetal, termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh insektisida sistemik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos. 2. Insektisida nonsistemik Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan misalnya disemprotkan pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Bagian terbesar insektisida yang dijual di pasaran Indonesia dewasa ini adalah insektisida nonsistemik. Contohnya, dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalvos. 3. Insektisida sistemik lokal Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan tanaman umumnya daun, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Beberapa contoh diantaranya adalah dimetan, furatiokarb, pyrolan, dan profenovos. Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut : 1. Racun lambung Stomach poison Racun lambung stomach poison adalah insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, Universitas Sumatera Utara insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan misalnya ke susunan syaraf serangga. Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya. 2. Racun kontak Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit bersinggungan langsung. Serangga hama akan mati bila bersinggungan kontak langsung dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak berperan sebagai racun perut. Beberapa insektisida yang kuat sifat racun kontaknya antara lain diklorfos dan pirimifos metil. 3. Racun pernapasan Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumigansian misalnya metil bromida. Menurut Wudianto 2007, insektisida dapat dibagi berdasarkan cara kerja untuk membunuh hama serangga, yaitu : 1. Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi yaitu keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga. 2. Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh serangga. 3. Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktivitas enzim pernapasan. Universitas Sumatera Utara b. Fungisida Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungicendawan. Cendawan ini merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sporanya masuk ke dalam bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisul-bisul. Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan sistem kerja pengangkut air menjadi terganggu. Wudianto, 2007 Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasikan, yakni fungisida non sistemik, sistemik, sistemik lokal. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dasn aktivitas fungisida terhadap sasarannya. 1. Fungisida non sistemik fungisida kontak, fungisida residual protektif Fungisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman. Fungisida non sistemik hanya membentuk lapisan penghalang dipermukaan tanaman umumnya daun tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini mencegah infeksi cendawan dengan menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel dipermukaan daun tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit protektif, preventif. Konsekuensi lain dari fungsinya sebagai protektan, fungisida non sistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus menerus terlindungi dari infeksi baru. Universitas Sumatera Utara Contoh fungisida kontak adalah kaptan, maneb, zineb, ziram, kaptafol, dan probineb. 2. Fungisida Sistemik Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman. Kebanyakan fungisida sistemik didistribusikan ke atas, yakni dari akar ke daun akropetal. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar basipetal. Contoh fungisida sistemik adalah benomil, difenokonazol, karbendazim, metalaksil, propikonazol, dan triadimefon. 3. Fungisida sistemik lokal Fungisida sistemik lokal diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditransformasikan ke bagian tanaman yang lain, contohnya simoksamil. Fungisida mengendalikan atau mematikan cendawan dengan beberapa cara antara lain dengan merusak dinding sel, mengganggu pembelahan sel, mempengaruhi permeabilitas, membran sel, dan menghambat kerja enzim tertentu yang menghambat proses metabolisme cendawan. c. Herbisida Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak di kehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik. Dalam ilmu gulma, tumbuhan pengganggu sering di kelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Gulma dari kelompok rumput grasses, grass weeds , yaknik semua gulma yang termaksud dalam familiar Gramineae poaceae. Contoh gulma kelompok rumput adalah alang-alang imperata cylindrica, rumput jajagoantuton Echinochloa crusgalli, E. Colona, rumput paitan paspalum conjugatum, dan rumput gerinting Digitaria.sp 2. Gulma dari kelompok teki sedges, yakni semua gulma yang masuk kedalam familia teki-tekian Cyperaceacae, misalnya teki Cyperus rotundus, dan udelan Cyperus Kyllingia. 3. Gulma berdaun lebar, yakni semua gulma yang tidak termasuk ke dalam kelompok rumput ataupun teki. Contoh gulma berdaun lebar adalah Ageratum sp. , Boeraria sp., Mikania sp., Monochoria sp., dan Eupatorium sp. 4. Gulma pakisan fern ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal Dryopteris arius dan pakis kinca Neprolepsis biserata. Pergerakan herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu : 1. Herbisida selektif, walaupun diaplikasikan pada tumbuhan tetapi hanya mematikan gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Contohnya herbisida yang aktif untuk mengendalikan gulma dari kelompok rumput, misalnya alaklor, butaklor, dan ametrin. Herbisida yang aktif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, misalnya parakuat , 2,4 D MCPA. 2. Herbisida nonselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan termasuk tumbuhan pokok, misalnya glifosat, glufosinat, dan paraquat. Universitas Sumatera Utara Herbisida juga dikelompokkan menurut bidang sasarannya, kemana herbisida tersebut diaplikasikan, yakni sebagai berikut: 1. Herbisida tanah soil acting herbicides, yakni herbisida yang aktif di tanah dan bekerja dengan menghambat perkecambahan gulma. Contoh herbisida tanah adalah herbisida kelompok urea diuron, linuron, metabromuron, triazin atrazin, ametrin, karbamat asulam, tibenkarb, dan urasil. 2. Herbisida yang aktif pada gulma yang tumbuh. Herbisida jenis ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Herbisida kontak, yakni herbisida yang membunuh jaringan gulma yang terkena langsung oleh herbisida tersebut. Herbisida ini tidak ditranslokasikan di dalam jaringan gulma ke bagian lainnya. Oleh karena itu, herbisida ini umumnya hanya mengendalikan bagian gulma yang berada di atas tanah. Contoh herbisida kontak ini adalah propanil paraquat, dan diquat. b. Herbisida yang ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma sistemik yang disebut pula translocated herbicides. Karena sifatnya yang sistemik, herbisida ini mampu membunuh jaringan gulma yang berada dibawah tanah rimpang, umbi. Contoh herbisida ini adalah metil metsulfuron, 2,4 D, dan glifosat. d. Bakterisida Bakterisida mengandung bahan aktif yang bisa membunuh bakteri. Ukuran bakteri sangan kecil yaitu sekitar 0,15-6 mikron sehingga mudah masuk ke dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan memecah sel sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan atau memecah tepung menjadi gula dan Universitas Sumatera Utara menyederhanakan senyawa nitrogen yang komplek umtuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup. Bakteri ini juga menghasilkan zat racun dan zat lain yang merugikan tanaman, bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-sel inang membelah secara tidak normal. Di dalam tanaman, bakteri ini akan bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya. Bakteri bisa menyebar melalui biji, buah, umbi, serangga, burung, siput, ulat, manusia, dan pupuk kandang. Bakterisida biasanya bekerja dengan cara sistemik karena bakteri melakukan perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan Pseudomonas solanacearum yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili Solanaceae. Contoh bakterisida yaitu Agrymicin dan Agrept. e. Nematisida Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil panjangnya lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Hidup pada lapisan tanah bagian atas. Nematoda yang berperan sebagai hama dibedakan menjadi : 1. Nematoda semi-endoparasit yang memasukkan kepalanya dalam akar tanaman tetapi bagian badannya di luar akar. 2. Nematoda ektoparasit yang hidup di luar akar tanaman namun dengan stiletnya mampu menghisap cairan akar tanaman. 3. Nematoda endoparasit merupakan nematoda yang hidup sepenuhnya di dalam akar tanaman. Universitas Sumatera Utara Adanya serangan nematoda pada akar bisa ditandai dengan adanya gejala yang tampak pada akar ataupun bagian tanaman diatas permukaan tanah. Akar yang terisi nematoda endoparasit atau semi-endoparasit akan bereaksi dengan membentuk tumor atau bisul yang cukup besar seperti bonggol. Luka bekas serangan nematoda dapat terjangkiti cendawan atau bakteri sehingga menimbulkan penyakit sekunder. Dengan akar yang tidak sehat, distribusi unsur hara menjadi tersendat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, klorosis dan sering kali diikuti layu daun gugur, atau ujung tanaman mati. Akibat lainnya titik tumbuh mengalami kelainan sehingga daun kerinting, membengkok, berbelit, atau batang bertumor. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah. Walaupun demikian, ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan. f. Akarisida Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserang oleh tungau akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul atau buah rontok sebelum waktunya. Contoh akarisida yaitu Kelthene MF dan Trithion 4 E. Universitas Sumatera Utara g. Rodentisida Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus. Tikus sering menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup besar. Rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun. Contohnya Diphacin 110, Kleret RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak dan Gisorin.

2.1.3 Toksisitas Pestisida

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 17

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

1 4 3

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

2 8 50

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 8

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 2

Hubungan Faktor Eksternal Dengan Kadar Enzim Kolinesterase Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 16

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU PTPN II TAHUN 2015

0 2 16