g. Rodentisida Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus. Tikus sering menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan
dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup besar. Rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun. Contohnya Diphacin 110,
Kleret RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak dan Gisorin.
2.1.3 Toksisitas Pestisida
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia untuk merusak suatu jaringan, organ, atau sistem tubuh. Dalam kondisi tertentu setiap zat kimia dapat
menjadi toksik terhadap makhluk hidup. Misalnya, zat kimia yang sangat toksik dengan dosis yang sangat kecilpun akan menimbulkan kerusakan jaringan pada
makhluk hidup, sebaliknya, zat kimia yang kurang toksik tidak akan menimbulkan gangguan walaupun makhluk hidup terpajan dengan dosis yang besar. Harianto,
2009. Toksisitas toxicity atau daya racun pestisida adalah sifat bawaan
pestisida yang menggambarkan potensi pestisida untuk menimbulkan kematian langsung atau bahaya lainnya pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia.
Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik dan toksisitas sub- kronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh yang merugikan yang timbul segera
setelah pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda dalam waktu kurang dari 24 jam. Toksisitas akut dinyatakan dalam angka
LD
50
, yaitu dosis yang bisa mematikan lethal dose 50 dari binatang uji
Universitas Sumatera Utara
umumnya tikus yang dihitung dalam mgkg. LD
50
merupakan indikator daya racun yang utama, di samping indikator lain. Dibedakan antara
LD
50
oral lewat mulut dan LD
50
dermal lewat kulit. LD
50
oral adalah potensi kematian yang terjadi pada hewan uji jika senyawa kimia tersebut termakan, sedangkn LD
50
dermal adalah potensi kematian jika hewan uji kontak langsung lewat kulit dengan racun tersebut.
Jika dinyatakan bahwa angka LD
50
oral dari fenvalerat suatu insektisida adalah 451 mgkg berat badan, hal tersebut menunjukkan bahwa dari sekelompok
tikus yang masing-masing diberi makan 451 miligram fenvalerat untuk setiap kg berat badan tikus, maka 50 dari tikus-tikus tersebut akan mati. Sementara angka
LD
50
oral kaptan suatu fungisida adalah 9.000 mgkg berat badan menunjukkan hewan uji mati jika masing-masing diberi 9.000 mg kaptan per kg berat badan.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa fenvarelat lebih beracun dibandingkan kaptan. Jadi, semakin kecil angka LD
50
maka pestisida akan semakin toksik atau beracun.
Toksisitas kronik adalah pengaruh merugikan akibat pemberian takaran harian berulang dari pestisida, bahan kimia, atau bahan lainnya atau pemaparan
dengan bahan-bahan tersebut yang berlangsung cukup lama biasanya lebih dari 50 rentang hidup. Sementara toksisitas sukronik mirip dengan toksisitas
kronik, tetapi untuk rentang waktu yang lebih pendek, sekitar 10 dari rentang hidupnya, atau untuk hewan percobaan dengan pemaparan selama 3 bulan
Djojosumarto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Klasifikasi tingkat bahaya pestisida menurut WHO Kelas Bahaya
LD
50
untuk tikus mg kg berat badan Melalui mulut Oral
Melalui kulit dermal Padat
Cair Padat
Cair IA
IB II
III Sangat berbahaya
extremely hazardous Berbahaya
highly hazardous Cukup berbahaya
moderately hazardous Agak berbahaya
slightly hazardous 5
5-50 50-500
500 20
20-100 200-2000
2000 10
10-100 100-1000
1000 40
40-400 400-4000
4000 WHO dalam Djojosumarto, 2008.
Parameter lain yang juga digunakan untuk menilai daya racun pestisida adlah LC
50
untuk toksisitas konsentrasi pestisida. Parameter ini berarti konsentrasi yang mematikan adalah 50 binatang uji misal ikan. Fumigan sering dinilai dari
konsentrasi gas yang mematikan di setiap meter kubik udara. Daya racun atau toksisitas pestisida terhadap tubuh dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan, seperti toksisitas terhadap susunan saraf. Insektisida organoklorin merangsang sistem saraf dan menyebabkan parestesia,
peka terhadap perangsangan, dan kejang-kejang. Insektisida organofosfat dan karbamat dapat menghambat asetilkolinesterase sehingga menyebabkan tremor,
inkordinasi, dan kejang-kejang Nugroho,1995.
2.1.4 Risiko Penggunaan Pestisida