Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

(1)

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan Tindakan Menonton Di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga

(Studi Korelasional tentang pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Trans Tv Terhadap Tindakan Menonton di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga di

Komplek

Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan)

Disusun oleh

RIDHA NOORFINA 030904003

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Ridha Noorfina

Nim : 030904003

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Medan, 6 Desember 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dayana,Msi Drs. Amir Purba M.A

NIP.131.676.480 NIP.131.654.105

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. NIP.131.757.010


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Tayangan Wisata Kuliner di televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action dan teori Agenda Setting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel dengan varibel lain. Sekaligus menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang pernah menonton tayangan wisata kuliner di Trans TV dengan menggunakan rumus Taroyamane, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 95 orang. Untuk menentukan orang yang berhak menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti menggunakan probability Sampling dimana penentuan sampel dilakukan dengan memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh elemen-elemen yang benar-benar mewakili populasi, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa, melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order Correlation Coeficient) oleh Spearman.

Untuk mengertahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung Zhitung, karena Ztabel tidak tercantum dalam tabel harga maka diinterpolasi, antara 60-120 maka Ztabel dihitung. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dianugerahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Secara Khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda dr.H.R.Soetiono Gapar DAF, Ibunda Gunarni Sapardan, Mbak Oni, Mas Oki, Mas Opi, Mbak Ona, Aski, Dedel, Dimas, dek Ai atas ssegala doa, kesabaran, perhatian, dukungan moril dan materiil serta kasih sayang yang tidak henti-hentinya yang telah diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dra Dayana, Msi, selaku Dosen pembimbing penulis yang selama ini telah banyak memberikan masukan, bimbingan, dan perhatian kepada penulis. Terima kasih atas kesabaran Ibu dalam membimbing dan mengarahkan penulis.

2. Bapak Prof.DR.M.Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan.


(5)

3. Bapak Drs.Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Bapak M.Hendra Widjaya, selaku Branch Head PT.Asuransi Adira Dinamika Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di PT.Adira Dinamika Medan.

5. Bapak H.R.Danan Djaja MA, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan perhatian dan masukan selama penulis mengikuti kuliah.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai (Kak Icut, Kak Ros, Kak Dian) di Departemen Ilmu Komunikasi khususnya dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya.

7. Seluruh staf pegawai PT Adira Dinamika (bu Diana, Kak Dewi, bang Budi, kak Lili, kak Ayu, kak Nova, bang Farlan, bang Deka, bang Levi, bang Moran, bang Samuel, bang Lery, bang Falah) yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi ’03 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya, Tika, Ami, Yoyo, Seri, Meyti, Rido. 9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan masukan kepada

penulis : Yanti, Amoy, Nining, Boni, Mas Feri. Terima kasih atas dukungannya selama ini yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima Kasih kepada seseorang yang selalu memberikan doa, dukungan, masukan dan perhatiannya kepada penulis selama ini, sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan Amin.

Medan, Desember 2008

Penulis Ridha Noorfina


(7)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar dan Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Teori Agenda setting ... 7

1.5.2 Teori AIDDA ... 10

I.5.3 Tindakan ... 11

I.6 Kerangka Konsep ... 12

I.7 Model Teoritis ... 13

I.8 Operasional Variabel ... 13

I.9 Defenisi Operasional ... 15

I.10 Hipotesa Penelitian ... 18

BAB II URAIAN TEORITIS ... 26

II.1 Komunikasi ... 26

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 26

II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 27


(8)

II.1.4 Proses Komunikasi ... 28

II.2 Komunikasi Massa ... 29

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 29

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 30

II.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa ... 31

II.2.4 Efek Komunikasi Massa ... 33

II.3 Televisi Sebagai Media Massa ... 34

II.3.1 Pengertian Televisi ... 34

II.3.2 Karakteristik Televisi ... 36

II.3.3 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa ... 37

II.4 Tindakan Menonton ... 38

II.5 Tayangan Wisata Kuliner ... 38

II.6 Teori Agenda Setting ... 40

II.7 Teori AIDDA ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

III.1.1 Letak Geografis ... 46

III.1.2 Keadaan Demografi ... 47

III.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi ... 47

III.1.4 Struktur Organisasi ... 49

III.1.5 Luas Kelurahan ... 50

III.1.6 Deskripsi Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga ... 50

III.1.7 Deskripsi Profil Perusahaan Trans TV ... 51

III.2 Metodologi Penelitian ... 52

III.3 Lokasi Penelitian ... 52

III.4 Populasi dan Sampel ... 53

III.4.1 Populasi ... 53


(9)

III.5 Tehnik Penarikan Sampel ... 56

III.6 Tehnik Pengumpulan Data ... 57

III.6.1 Penelitian Kepustakaan ... 57

III.6.2 Penelitian Lapangan ... 57

III.7 Tehnik Analisa Data ... 58

III.7.1 Analisa Tabel Tunggal ... 58

III.7.2 Analisa Tabel Silang ... 58

III.7.3 Uji Hipotesa ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 61

IV.1.1 Tahap Awal ... 61

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 61

IV.2 Tehnik Pengolahan Data ... 62

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 64

IV.3.1 Analisa Data Karakteristik Responden ... 64

IV.3.2 Analisa Data Jadwal dan Intensitas Wisata Kuliner ... 68

IV.3.3 Analisa Data Kredibilitas Pembawa Acara ... 73

IV.3.4 Analisa Data Format Tayangan Wisata Kuliner ... 86

IV.3.5 Analisa Data Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga ... 86

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 100

IV.5 Uji Hipotesa ... 107

IV.6 Pembahasan ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

V.1 Kesimpulan ... 112


(10)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1.1 Model Teoritis ... 13

Gambar 1.2 Struktur Organisasi ... 49

Tabel 1 Usia Responden ... 64

Tabel 2 Pendidikan Terakhir Responden ... 65

Tabel 3 Jenis Pekerjaan Responden ... 66

Tabel 4 Tingkat Pendapatan Responden ... 67

Tabel 5 Tingkat Keseringan Menonton Tayangan Wisata Kuliner ... 69

Tabel 6 Frekuensi Penayangan Wisata Kuliner ... 70

Tabel 7 Waktu Penayangan Wisata Kuliner ... 71

Tabel 8 Durasi Jam Tayang Wisata Kuliner ... 72

Tabel 9 Pendapat Pemirsa Tentang Tampilan Fisik Bondan Winarno ... 73

Tabel 10 Keahlian Bondan Winarno ... 74

Tabel 11 Kejujuran Bondan Winarno ... 75

Tabel 12 Penilaian Pemirsa Tentang Kepekaan Bondan Winarno ... 76

Tabel 13 Tingkah Lku Bondan Winarno ... 77

Tabel 14 Ekspresi Bondan Winarno ... 78

Tabel 15 Penyesuaian Diri Bondan Winarno ... 79

Tabel 16 Penyesuaian Tampilan Fisik Bondan Winarno ... 80

Tabel 17 Materi / Tema Acara Wisata Kuliner ... 81

Tabel 18 Penilaian Pemirsa Terhadap Tehnik Penyampaian Pesan ... 82

Tabel 19 Pemahaman Pemirsa Tentang Tehnik Penyampaian Pesan ... 83

Tabel 20 Ketertarikan Pemirsa Tentang Beranekaragam Masakan ... 84

Tabel 21 Ketertarikan Pemirsa Tentang Sejarah Kota ... 85

Tabel 22 Perhatian Terhadap Materi Acara ... 86

Tabel 23 Perhatian Terhadap Penampilan Bondan Winarno ... 87

Tabel 24 Materi Acara yang Menimbulkan Ketertarikan Pemirsa ... 88


(11)

Tabel 26 Tertarik Menonton Karena Pembawa Acaranya ... 90 Tabel 27 Materi Acara Menimbulkan Keinginan Menonton Lebih Lanjut ... 91 Tabel 28 Menimbulkan Keinginan Mencoba Beranekaragam Masakan ... 92 Tabel 29 Menimbulkan Keinginan Mengunjungi Tempat Wisata Kuliner ... 94 Tabel 30 Motivasi Menonton Wisata Kuliner Menimbulkan Tindakan ... 95 Tabel 31 Dampak Terhadap Minat Mencicipi Beranekaragam Masakan ... 96 Tabel 32 Tingkat Keseringan Menonton Responden ... 98 Tabel 33 Hubungan antara Tingkat Keseringan Menonton Menonton

Terhadap Ketertarikan Menonton Wisata Kuliner ... 101 Tabel 34 Hubungan Antara Tingkat Kejelasan Materi Acara yang

Disampaikan Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah

Tangga... 103 Tabel 35 Hubungan Antara Tingkat Perhatian Responden Terhadap


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Tabel Skor Data Mentah 3. Foltron Cobol

4. Surat Izin Penelitian

5. Lembar Catatan Bimbingan 6. Biodata


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Tayangan Wisata Kuliner di televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action dan teori Agenda Setting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel dengan varibel lain. Sekaligus menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang pernah menonton tayangan wisata kuliner di Trans TV dengan menggunakan rumus Taroyamane, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 95 orang. Untuk menentukan orang yang berhak menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti menggunakan probability Sampling dimana penentuan sampel dilakukan dengan memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh elemen-elemen yang benar-benar mewakili populasi, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa, melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order Correlation Coeficient) oleh Spearman.

Untuk mengertahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung Zhitung, karena Ztabel tidak tercantum dalam tabel harga maka diinterpolasi, antara 60-120 maka Ztabel dihitung. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah.

Perkembangan media massa akhir-akhir ini menunjukkan bahwa ketergantungan orang akan media massa semakin tinggi. Munculnya televisi-televisi swasta dalam jumlah siarannya yang sangat banyak mempengaruhi kehidupan dalam setiap lapisan masyarakat.

Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesannya, dibandingkan dengan media massa yang lain, karena pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan dan sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Televisi kini semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Perkembangan televisi di Indonesia semakin marak dengan kehadiran televisi swasta yang berawal dari peresmian televisi swasta pertama yaitu RCTI oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Agustus 1989. Setelah RCTI, bermunculan Tv Swasta yang lain yakni SCTV, TPI, INDOSIAR, dan ANTEVE. (www.wikipedia.co.id).

Kehadiran kelima stasiun televisi swasta disambut gembira oleh khalayak. Apalagi sebagai media audio-visual, televisi mempunyai daya tarik tersendiri dengan gambar bergeraknya. Karena itu khalayak cenderung menggunakan televisi sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan, sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya.Masing-masing stasiun


(15)

televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang memberikan kekuatan dan daya tarik pada stasiun televisi tersebut.

Setelah munculnya lima stasiun televisi swasta, kini hadir lima stasiun televisi lagi, yakni Trans 7, Global tv, Metro Tv, Lativi dan Trans Tv. TRANS TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun televisi swasta ke 8 yang memperoleh ijin mengudara secara nasional di Indonesia. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).

Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi. Trans TV terkenal dengan film box office. (www.transtv.co.id)

Diantara sekian banyak acara-acara yang ditayangkan oleh televisi-televisi swasta, salah satunya yang banyak merebut perhatian penonton adalah program acara masakan yang ditayangkan di stasiun TV. Televisi swasta tampaknya berlomba-lomba menyajikan progaram acara yang sejenis. Salah satunya yang menjadi topik dalam penelitian ini adalah tayangan Wisata Kuliner yang ditayangkan oleh Trans TV.

Edisi Perdana tayangan Wisata Kuliner diputar pada pada bulan Juli 2006, ternyata program acara ini banyak digemari khalayak, khususnya ibu rumah tangga. Wisata Kuliner ini banyak digemari penonton, karena pembawa acaranya Bondan Winarno yang sangat mengerti tentang beraneka ragam masakan dan komunikatif berbeda dengan pembawa acara tayangan yang sejenis. (www.google.com)

Yang menonjol dari acara wisata kuliner ini, seorang Bondan Winarno mampu mengapresiasikan cita rasa makanan secara detail. Dia mampu


(16)

menjelaskan kelebihan dan kekurangan hidangan yang disantapnya, seperti bumbu apa saja yang dominan, bumbu yang meresap dilidah, hingga manfaat bumbu untuk kesehatan. Bondan winarno juga dapat menghidupkan suasana semakin semarak, sehingga tidak membuat bosan khalayak yang menonton acara tersebut.

Ketika peneliti mengadakan pengamatan pada ibu rumah tangga yang menetap di Komplek Rispa kelurahan Gedung johor Medan, dari hasil pengamatan peneliti melihat ibu rumah tangga lebih sering menghabiskan waktunya untuk menonton acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi dan salah satunya adalah program acara Wisata Kuliner yang ditayangkan oleh Trans Tv pada hari Senin- Jum’at pukul 14.30 Wib dan hari sabtu jam 07.30 wib yang telah ditayangkan dari tanggal 3 Juli 2006.

Wisata Kuliner ini dibuat oleh pihak penyelenggara dengan menyuguhkan kepada pemirsa tentang beraneka ragam makanan khususnya yang disajikan oleh warung-warung pinggir jalan yang berharga murah serta dipenuhi oleh pelanggan. Istimewanya tempat-tempat yang dikunjungi tersebut tersebar di seluruh pojok kota Kabupaten, kota Provinsi dan Ibu kota. Program acara Wisata Kuliner dipandu oleh Bondan Winarno yang terkenal dengan sebutan Mak nyuss. Bondan Winarno didalam mencoba setiap masakan tidak selalu menggunakan kata Mak nyuss saja, tergantung dari masakan dari suatu daerah. Hanya masakan yang enak saja yang memakai kata Mak nyuss. Kekuatan acara ini, ada pada Bondan Winarno dengan kepiawaiannya soal kuliner, pemirsa seolah-olah diajak menjadi pencicip aneka panganan yang sangat menggugah selera penonotonnya serta ikut berjalan-jalan. Sehingga penonton seperti ikut menikmati masakan yang


(17)

disantap Bondan.

Apalagi pengetahuan kuliner bapak 3 anak ini yang segudang, membuat dia terlihat cerdas berbeda dengan pembawa acara program acara yang sejenis. Uniknya program acara ini, pemirsa diajak berkeliling tempat-tempat menarik diseluruh nusantara sambil mencicipi kelezatan masakan daerah tersebut.. Selain itu, program acara ini juga menceritakan keunikan sebuah kota, mulai dari sejarah, arsitektur hingga budayanya. Tidak hanya itu, Wisata Kuliner akan mengajak pemirsa mencari warung / restoran yang khas di kota yang dikunjungi untuk sarapan pagi, makan siang, atau makan malam. Juga dilampirkan harga makanan dan lokasi restoran atau kedai yang disajikan di acara tersebut, sehingga memberikan gambaran kepada khalayak berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk menikmati makanan tersebut dan juga khalayak akan dapat mengetahui lokasi rumah makan / restoran yang akan dikunjungi, karena dilampirkan dalam tayangan acara tersebut sehingga memudahkan khalayak untuk mengunjungi lokasi restoran / kedai yang akan dikunjungi. Tidak lupa pada akhir acara program ini, juga akan berkeliling ke berbagai toko atau kedai untuk mencari makanan kecil khas kota tersebut seperti kue kering, kerupuk, dodol, madu dan lain-lain, untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Menurut bapak 3 orang anak ini, Medan adalah salah satu kota Indonesia yang paling lengkap kekayaan kulinernya. Karena Medan mempunyai keunikan lebih dibanding kota-kota lain, karena adanya pengaruh dari kultur kuliner india dan Tionghoa terhadap kuliner Melayu yang kaya dan unik. Medan selain terkenal dengan bolu gulung Meranti, Bika Ambon dan Sirup Markisa juga mempunyai masakan yang sangat dasyat yaitu Soto Udang


(18)

yang ada di Jalan Kesawan yang tiada duanya.( www.Aplaus.co.id)

Bertitik tolak dari hal-hal yang disebutkan diatas peneliti berminat mengadakan penelitian tentang tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan tindaka menonton pada kalangan ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

I.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Sejauhmanakah pengaruh tayangan Wisata Kuliner yang ditayangkan di Trans TV terhadap minat menonton pada kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa ?”

I.3 Pembatasan Masalah.

Berdasarkan alasan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang luas, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, yakni sebagai berikut :

1. Masalah yang diteliti adalah Tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan Tindakan menonton di kalangan ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor.

2. Khalayak/ pemirsa yang dijadikan sampel adalah Ibu rumah tangga yang menetap di komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor.

3. Objek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berumur 30- 55 tahun yang pernah menyaksikan tayangan Wisata Kuliner.

4. Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmanakah Tayangan Wisata kuliner berpengaruh terhadap tindakan menonton Tv dikalangan ibu rumah tangga di Komplek Rispa.


(19)

5. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2007

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian. I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimanakah tayangan Wisata Kuliner di televisi di kalangan ibu rumah tangga.

b. Untuk mengetahui tindakan menonton tayangan wisata kuliner di Televisi pada kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor. c. Untuk mengetahui pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Televisi terhadap

tindakan menonton ibu-ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor.

I.4.2 Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa serta dapat menambah jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian di kalangan Ibu rumah tangga.

b. Secara akademis, Bagi Departemen Ilmu Komunikasi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian yang akan datang tentang masalah media massa televisi, khususnya tentang masakan.


(20)

c. Secara praktis, hasil dari penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan motivasi kepada mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan khususnya dalam bidang masakan.

I. 5. Kerangka Teori.

Sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengembangkan penelitian diperlukan adanya kerangkan teori. Kerangka teori ini dapat berfungsi sebagai pendukung guna menganalisa variabel-variabel yang akan diteliti. Sesuai dengan pernyataan dari Nawawi (1990 : 63) bahwa kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang diteliti akan diamati.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Agenda setting, teori AIDDA, dan Pengertian Tindakan

I.5.1 Agenda setting

Model Agenda setting adalah model yang mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Model Agenda Setting

Variabel Media Massa =>Variabel Antara => Variabel Efek => Variabel efek lanjutan - Panjang - Sifat stimulus - Pengenalan - Persepsi


(21)

- Penonjolan - sifat khalayak - prioritas - aksi - Konflik

Efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, berbagai isi media dan menyusun isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang). Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, termasuk jarak issue (apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami oleh individu), lama terpaan (apakah issue itu baru muncul atau mulai pudar).

Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), dan apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai ( community salience). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan issue, apakah issue itu ada atau tidak dalam agenda khalayak (pengenalan), dari semua issue mana yang dianggap paling penting menurut khalayak (salience), bagaimana issue itu mendapat respon oleh responden. Efek lanjutan berupa tindakan.

Menurut Stephen W Littlejohn (1992), agenda setting beroperasi dalam 3 bagian yaitu :

1. Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.

2. Agenda media dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik.


(22)

3. Agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu.

Dengan demikian, agenda setting ini memprediksi bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, sementara agenda publik itu sendiri akhirnya mempengaruhi agenda kebijakan.

Dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard,Jr : 1992) sebagai berikut :

1. Untuk agenda Media, dimensinya adalah :

a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkatan menonjolnya berita

b. Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) adalah relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valence (valensi), yakni menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Untuk Agenda Khalayak, dimensinya adalah :

a. Familiarity (Keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.

b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.

c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.


(23)

a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.

b. Likehood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

1.5.2 Model AIDDA

Teori AIDDA sering juga disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AIDDA merupakan akronim dari :

A Attention (Perhatian) I Interest (Minat)

D Desire (Hasrat / Keinginan) D Decision (Keputusan)

A Action (Tindakan) ( Effendy, 2003 : 304)

Tahapan di atas mengandung pengertian proses komunikasi (baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dimulainya proses komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) komunikan merupakan awal suksesnya komunikasi tersebut. Perhatian adalah sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat


(24)

(interest). Minat adalah kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi. Minat merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat / keinginan (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Keinginan adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju pada sesuatu. Hanya hasrat / keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan. Keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah difikirkan dan dipertimbangkan. Keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator. Tindakan adalah Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam hal ini, komunikatornya adalah tayangan Wisata Kuliner, yang menjadi komunikan adalah ibu rumah tangga yang menjadi pemirsa televisi. Sebuah program acara harus mampu membangkitkan perhatian pemirsanya, dalam hal ini tayangan Wisata Kuliner harus mampu membangkitkan perhatian pemirsa televisi sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang program acara tersebut. Selanjutnya minat akan melahirkan keinginan untuk menonton program acara tersebut.

1.5.3 Tindakan

Tindakan adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. (Effendy, 2003 : 304)


(25)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1991 : 40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1989 : 33).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 1991 : 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Wisata Kuliner.

- Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 1991 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tindakan menonton tayangan Wisata Kuliner di kalangan Ibu rumah tangga.


(26)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas ( Nawawi, 2001 : 58). Variabel antara pada penelitian ini adalah karakteristik Ibu rumah tangga di komplek Rispa.

I.7 Model Teoritis.

Keterangan :

Variabel Bebas (X) : Tayangan Wisata Kuliner Variabel Terikat (Y) : Tindakan menonton televisi

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Variabel Teoritis Operasional

Variabel Bebas (X)

- Tayangan Wisata Kuliner di Trans Tv

1) Frekuensi penayangan 2) Waktu penayangan 3) Durasi penayangan

4) Pembawa acara terdiri dari; - Komunikator, sebagai berikut :

a) Kredibilitas - Keahlian Tayangan Wisata

Kuliner

Tindakan Menonton Televisi


(27)

- Kejujuran - Berperasaan - Tingkah laku - Ekspresi b) Daya tarik

- Penyesuaian diri - Tampilan fisik 5) Pesan terdiri dari;

- Isi Pesan

- Tehnik Penyampaian pesan 6) Format tayangan Wisata Kuliner terdiri dari; - Beraneka ragam makanan - Sejarah kota

Variabel Terikat Tindakan Menonton

a) Perhatian

b) Minat / Ketertarikan c) Keinginan

d) Keputusan e) Tindakan

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995 : 46), Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaiman caranya untuk mengukur suatu penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur


(28)

suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) tentang tayangan Wisata Kuliner yang terdiri dari :

1) Frekuensi Penayangan : Seberapa sering program acara tersebut ditayangkan. dalam satu minggu.

2) Waktu penayangan : Jadwal penayangan suatu program acara tersebut ditayangkan.

3) Durasi Tayangan : berapa lama durasi program acara tersebut. Wisata Kuliner berdurasi selama 30 menit.

4) Pembawa acara :

- Komunikator, yang terdiri dari : a. Kredibilitas, indikatornya adalah :

- keahlian, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus menguasai topik yang akan disampaikan sehingga acara tersebut akan menyatu dengan pembawa acaranya.

- Kejujuran, yaitu faktor dimana pembawa acara harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dengan bijaksana dengan mengatakan kebenaran yang sesungguhnya.

- Berperasaan, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus dapat merasakan perasaan seseorang agar nantinya dapat berbicara sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pemirsanya.

- Tingkah laku, yaitu faktor dimana pembawa acara harus mampu berperilaku baik terutama saat memandu suatu acara.


(29)

- ekspresi, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus dapat berbicara sambil menunjukkan raut wajah yang sesuai dengan apa yang sedang dibicarakannya.

b. Daya tarik, indikatornya adalah :

- Penyesuaian diri, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara dapat langsung beradaptasi dengan penonton yang menyaksikan acaranya. - Tampilan fisik, yaitu faktor yang dimiliki oleh seorang pembawa suatu

acara, dimana bentuk tampilan fisik tersebut dapat menarik perhatian penonton. Dalam hal ini, Bondan Winarno mampu memberikan tampilan yang menarik dengan berpakaian yang sesuai dengan kepribadiannya.

5) Pesan, yang terdiri dari :

a) isi pesan yaitu kata-kata yang diucapkan seorang pembawa acara yang merupakan faktor kunci dari suksesnya suatu acara. Dalam hal ini, Bondan Winarno mengapresiasikan cita rasa makanan sedemikian detail, seperti menjelaskan kelebihan dan kekurangan bumbu dan rasa hidangan yang disantapnya serta bumbu masakan yang bermanfaat buat kesehatan.

b) Tehnik Penyampaian Pesan, yaitu faktor dimana dalam menyampaikan pesan, seorang pembawa acara harus dapat menyesuaikan antara gerak tubuh dengan ekspresi wajahnya sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih dimengerti oleh pemirsanya, dalam hal ini Bondan Winarno menciptakan ciri khas yang berbeda dengan pembawa acara sejenis dengan sebutan, maknyuss, cakep, dan cantik, dalam menilai rasa makanan yang santapnya.

6) Format Tayangan Wisata Kuliner : adalah tentang format didalam menampilkan suatu program acara. Dalam hal ini Wisata Kuliner


(30)

Menyuguhkan kepada pemirsa tentang beraneka ragam makanan yang khas dari suatu kota yang dikunjungi. Serta juga menceritakan tentang sejarah kota yang dikunjunginya.

Variabel terikat (Y) Minat menonton terdiri dari :

1) Perhatian : Sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu.

2) Minat : Kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi.

3) Keinginan : Dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju kepada sesuatu.

4) Keputusan : Perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah difikirkan dan dipertimbangkan.

5) Tindakan : Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Karakteristik Responden terdiri dari :

1. Usia adalah Lamanya hidup seseorang dari mulai lahir sampai pada saat penelitian dilakukan.

2. Pendidikan adalah Tingkatan seseorang dalam menyelesaikan studi dari mulai tingkatan terendah sampai tingkatan studi terakhir pada saat responden mengisi kuesioner.

3. Penghasilan adalah Pendapatan responden yang diperoleh seseorang setelah ia bekerja selama sebulan.

1. 10 Hipotesa

Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya yang


(31)

mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Terdapat Pengaruh antara tayangan Wisata Kuliner di Trans TV terhadap Tindakan menonton Ibu rumah tangga

1.11 Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini menggambarkan tentang cara-cara pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan ilmiah. Metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan secara tehnik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah-langkah sehingga dapat diketahui tentang :

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam


(32)

penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor, Medan.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu peristiwa (Nawawi, 1991 : 141)

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah menonton tayangan Wisata Kuliner yang berusia 30-55 tahun di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti masyarakat di Komplek Rispa kelurahan Gedung Johor adalah masyarakat yang penduduknya lebih banyak ibu rumah tangga, sehingga sangat mendukung penelitian. Sedangkan batas usia dilakukan karena usia 30-55 tahun merupakan kelompok usia yang produktif dan dianggap relevan untuk mengambil keputusan. Kriteria ini dipilih karena ibu rumah tangga pada usia ini memiliki pendidikan dan kemampuan yang cukup untuk mencerna dan menyeleksi isi pesan yang disampaikan dalam tayangan Wisata Kuliner di Trans TV. Berdasarkan data yang di peroleh saat pra penelitian jumlah Ibu rumah tangga dari Kelurahan Gedung Johor adalah 1992 jiwa.


(33)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995 : 144). Tehnik penarikan sampel yang representatif dilakukan dengan menggunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90 %, sebagai berikut :

n =

1 ) (d 2 

N N

n =

1 ) 1 , 0 ( 1992 1992 2 

n =

1 ) 01 , 0 ( 1992 1992 

n =

1 92 . 19 1992 

n =

92 . 20 1992

= 95 orang

Keterangan :

N = Populasi

n = Sampel

d = Presisi (yang digunakan adalah 10 % atau 0,1)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang. Sedangkan untuk menentukan publik yang akan menjadi sampel digunakan tehnik proporsional random sampling, dengan rumus :

n =

N nlxn


(34)

Keterangan : n = Jumlah Sampel nl = Jumlah Populasi N = Populasi

Berdasarkan rumus diatas , maka dapat dihitung sampel yang dipilih di setiap lingkungan adalah :

Tabel

Simpel Random Sampling

Lingkungan Populasi Penarikan Sampel Sampel

Lingkungan I ( Komplek Rispa 3)

642

1992 95

642x 31

Lingkungan II (Komplek Rispa 5)

700

1992 95

700x 33

Lingkungan III (Komplek Rispa 1)

650

1992 95

650x 31

Jumlah 95

4. Tehnik Penarikan Sampel 1. Probability Sampling

Tehnik Sampling probabilitas ini termasuk tehnik random sebagai cara penentuan sampel yang objektif, karena memperhitungkan besarnya variasi populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel. Dengan kata lain penentuan sampel dengan cara ini dilakukan dengan memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh elemen-elemen yang benar-benar yang mewakili populasi. Pengambilan sampel dengan tehnik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang


(35)

digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor yang berusia 30-55 tahun.

2. Random Sampling

Dalam tehnik ini random untuk mendapatkan sampel langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terkecil, memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Dengan menyusun daftar nama-nama ibu rumah tangga yang populasinya 1992 jiwa. Selanjutnya memberikan nomor pada setiap populasi, setelah itu mengundi setiap nomor populasi tersebut dengan sistem lotre, sehingga didapat jumlah sampelnya 95 orang.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan ( Library Research) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun dan mempelajari data dari buku-buku serta sumber bacaan lain yang relevan dan mendukung penelitian.


(36)

Penelitian Lapangan (Field Research) adalah penelitian dengan cara mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian melalui :

a) Kuesioner : Alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1991 : 117). Dalam hal ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada Ibu rumah tangga Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor yang terpilih menjadi sampel.

b) Observasi : Yaitu pengamatan dan perencanaan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1995 : 100). Observasi terhadap media televisi dilakukan dalam rangka mengamati gejala-gejala yang akan diteliti dari tayangan Wisata Kuliner. Sesuai dengan pra survey yang telah dilakukan peneliti.

6. Tehnik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 237). Data yangg diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam 3 tahap analisa yaitu :

a) Analisa Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar


(37)

frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori ( Singarimbun, 1995 : 266)

b) Analisa Tabel Silang

Tehnik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel bernilai positif atau negatif. (Singarimbun, 1995:273).

c) Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus Rank Spearman (Singarimbun, 1997 :148)

rs =

1-) 1 ( 6

2 2

n n

di

Keterangan :

rs : Koefisien korelasi Product Moment

di : Menunjukkan perbedaan setiap pasang rank n : Jumlah Responden


(38)

Jika rs> 0, maka Ha ditolak dan Ha diterima

. Untuk menguji signifikansi korelasi untuk N > 50 digunakan rumus sebagai berikut :

Z hitung = 1-

1 / 1 n

rs

Keterangan :

Z : Nilai hitung

rs : Nilai Koefisien korelasi

n : Jumlah Sampel

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford

(Rakhmat, 2004 : 27).

< 0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20-0,40 : Hubungan rendah tapi pasti

0,41-0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi, kuat > 0,91 : Hubungan sangat tinggi

1.12 Sistematika Penulisan. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Pembatasan Masalah


(39)

1.5 Kerangka Teori

1.6 Kerangka Konsep

1.7 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel 1.9 Defenisi Operasional

1.10 H i p o t e s a

1.11 Metodologi Penelitian 1.12 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Agenda setting

II.2 Model AIDDA

II.3 Tindakan Menonton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2 Populasi dan Sampel III.3 Tehnik Penarikan Sampel III.4 Metode Penelitian

III.5 Tehnik Pengumpulan Data III.6 Tehnik Analisis Data

BAB IV ANALISIS TABEL TUNGGAL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal


(40)

IV.3 Uji Hipotesa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi,

Jakarta, Rineka Cipta

Effendy, Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya


(41)

Wiryanto, 2000, Teori Komunikasi Massa, Edisi Pertama, PT. Grasindo, Jakarta. Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES.

Effendy, Onong Uchjana, 2004, Dinamika Komunikasi,Bandung, Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Djalaluddin, 2004 Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

,1989, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya Ardianto, Elvinaro, 2004 Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama

Wahyudi, J.B, Drs, 1986, Media Komunikasi Massa Televisi, Alumni, Bandung

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Peneitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta

Nurudin, 2003, Komunikasi Massa, Cespur, Yogyakarta.

Mc.Quail, Dennis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Erlangga Jakarta

Cangara, Hafied, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Kedua, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sobur, Alex, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

SUMBER LAIN www.Aplaus.co.id www.wikipedia.com

www.Wikipedia.org/wiki/Bondan_Winarno www.transtv.co.id


(42)

26 BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II..1.1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio, dan bersumber dari kata komunis yang berarti sama makna, jadi komunikasi terjadi apabila terjadi kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Shannon dan Weaver dalam (Wiranto, 2004 :7) mengatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak / elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rahmat,2004 : 189).


(43)

27 II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell : “Who Says What in which Channel To Whom With What Effect”

Paradigma tersebut dijelaskan dalam (Muhammad Arni : 6) sebagai berikut : 1. Who (siapa) => Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. 2. Says What (pesan) => Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang. 3. In Which Channel (saluran) => Media, sarana, saluran, yang mendukung

pesan yang disampaikan.

4. To Whom (kepada siapa) => penerima pesan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

5. With What Effect (dampak) => Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan yang disampaikan.

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain yang bertujuan untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut Shannon dan Weaver (Muhammad Arni, 1995:6) unsur-unsur komunikasi terbagi menjadi 6 bagian yaitu :

1. Sumber => Dasar yang digunakan dalam menyampaikan pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri, sumber dapat berupa orang, lembaga atau dokumen


(44)

28 2. Komunikator => Orang atau kelompok yang menyampaikan pesan-pesan

komunikasi sebagai suatu proses.

3. Pesan => Keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator

4. Channel => Saluran penyampaian dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

5. Komunikan => Orang atau kelompok yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

6. Effect => Hasil akhir dari suatu komunikasi. II.1.3 Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2003 : 55) yaitu : 1. Untuk mengubah sikap

2. Untuk mengubah opini 3. Untuk mengubah perilaku 4. Untuk mengubah masyarakat II.1.4 Proses Komunikasi

Proses komunikasi dimulai dari fikiran orang yang akan menyampaikan pesan atau informasi. Apa yang difikirkan kemudian dilambangkan (simbol), baik berupa ucapan ataupun isyarat gambar. Proses selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media dan perantara atau chanel misalnya telepon, surat, secara lisan, maka yang disampaikan tiba pada si penerima. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran / perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bias merupakan gagasan, informasi, opini yang muncul dari benaknya.(Effendy,2003 : 33)


(45)

29 Proses komunikasi terbagi menjadi 2 tahap, yaitu :

1) Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perassan komunikator kepada komunikan.

2) Proses komunikasi secara skunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya nerada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

II.2. Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Pengertian Komunikasi Massa menurut Tan dan Wright, (Liliweri,1991) Komunikasi Massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunkator dan


(46)

30 komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek.

Defenisi komunikasi massa menurut Gerbner adalah Produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Dari definisi Gerbner diatas tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi, secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan.

Definisi komunikasi massa menurut Joseph.A.Devito, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak, meliputi seluruh penduduk atau aemua orang yang menonton televisi.

Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak / elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rahmat,2004:189)

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide (Cangara, 2006 : 57-58).

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari 5 bagian yaitu : a) Pengawasan => Fungsi pengawasan memiliki kegunaan untuk dapat


(47)

31 tentang film apa yang sedang main diputar di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, berita tentang mode, resep masakan dan sebagainya.

b) Penafsiran => Fungsi penafsiran hampir mirip dengan pengawasan. Memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan, Contohnya dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) dalam surat kabar.

c) Keterkaitan => Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d) Penyebaran nilai => fungsi ini mengacu kepada cara individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e) Hiburan => Fungsinya untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.2.3 Karakteristik Komunikasi

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok. Agar karakteristikkomunikasi massa itu tampak jelas, maka pembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal. Untuk suksesnya komunikasi massa , maka kita perlu mengetahui tentang ciri-ciri


(48)

32 komunikasi massa, yang meliputi sifat-sifat unsur yang dicakupnya (Ardianto,2004 :7), Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :

a) Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Karena media massa adalah lembaga / organisasi, maka komunikator dalam komunikasi massa seperti; wartawan, sutradara, penyiar radio, pembawa acara, dan penyiar televisi adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang rumit. Berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa.

b) Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi masa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta,peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan.

c) Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relative besar, heterogen, dan anonym. Jumlah besar yang dimaksud hanya


(49)

33 dalam periode waktu yang singkat saja dan tidak dapat diukur berapa total jumlahnya. Bersifat heterogen berarti khalayak berasal dari latar belakang pendidikan, usia, suku, agama, pekerjaan dan sebagainya.

d) Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lain berada dalam keadaan terpisah

II.2.4 Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa ditimbulkan pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. (Effendy, 2002 : 318-319). Mengenai efek komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Efek Kognitif => Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif juga membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam


(50)

34 mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

b) Efek Afektif => Efek afektif adalah pesan komunikasi massa diharapkan dapat mengubah perasaan tertentu dari khalayak. Berhubungan dengan fikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti dan bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi massa yang menimbulkan efek kognitif seperti; berita, tajuk rencana, artikel, dan acara pendidikan.

c) Efek behavioral => Efek behavioral adalah akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, dan kegiatan.

II. 3 Televisi sebagai Media Massa II. 3.1 Pengertian Televisi

Secara etimologis, televisi berasal dari 2 kata yang berbeda, yakni tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (vidire-bahasa latin) yang artinya penglihatan. Dalam bahasa inggris, televisi disebut televition yang artinya melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempay dan dapat dilihat melalui seperangkat penerima (Televisi set)

Secara operasional pengertian televisi menurut Wahyudi adalah sistem pengambilan, penyampaian dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.Cara penyampaian gambar menggunakan gelombang elektromagnetik yang disiarkan stasiun pemancar televisi.


(51)

35 Televisi menciptakan suasana tertentu pada pemirsanya agar dapat melihat sambil duduk tanpa kesenjangan untuk menyaksikan siaran televisi. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antar komunikator terhadap komunikan.

Kelebihan dan Kelemahan Televisi

Dengan sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat efektif. Selain itu, televisi juga memiliki berbagai kelebihan televisi yaitu :

a) Kemampuannya dalam menjangkau wilayah secara luas.

b) Karena pesan televisi bersifat umum, maka pemirsanya beragam. c) Pesan dapat disampaikan dengan cepat.

Kelemahan televisi yaitu :

a) Khalayak tidak dapat memberikan feedback secara langsung.

b) Khalayaknya tidak selektif, karena televisi cenderung menjangkau pemirsanya secara massal.

Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya yaitu : 1) Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya.

2) Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Misalnya : model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian ditiru secara fisik.

3) Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsanya sehari-hari.


(52)

36 II. 3.2 Karakteristik Televisi

Karakteristik televisi terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 1) Audivisual

Karena sifatnya yang audiovisual, maka acara siaran televisi harus dilengkapi dengan gambar, sehingga apabila pemirsa ingin melihat siaran berita dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita tersebut.

2) Berfikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yaki menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan sebagainya (Effendy,1993:96). Misalnya ada seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung maka visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya menopang dagu. Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontiniutasnya mengandung makna tertentu. Misalnya : tentang proses metamorphosa kupu-kupu, dari mulai bertelur berubah menjadi ulat, berubah menjadi kepompong, hingga menjadi kupu-kupu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar sangat besar yang diambil dari jarak dekat.


(53)

37 3) Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio, pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih melibatkan orang untuk menayangkan suatu siaran televisi.

II.3.3 Fungsi televisi sebagai Media Massa

Menurut Effendy (2000 : 30) televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20, yang mempunyai 3 fungsi yaitu :

a) Fungsi Informasi / penerangan

Televisi dianggap media yang mampu menyiarkan informasi secara memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu kesegaran dan kenyataan.

b) Fungsi Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat

c) Fungsi Hiburan

Sebagai komunikasi massa dalam kegiatannya berlangsung melalui suatu proses, yaitu jalan dan urutan kegiatan.

II. 4 Tindakan Menonton

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tindakan adalah suatu dorongan, kegiatan. Sedangkan Menonton menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah melihat pertunjukkan, gambar hidup. Menurut Sardji (1991 dalam Naratama,2004:71)


(54)

38 menonton adalah suatu proses yang disadari / tidak disadari dimana menonton diletakkan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar yang akan menimbulkan emosi, fikiran, dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan-tayangan yang ditonton.

Jadi tindakan menonton dapat disimpulkan suatu dorongan untuk menonton pertunjukkan yang akan menimbulkan emosi, fikiran, dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan-tayangan yang ditonton.

II . 5 Tayangan Wisata kuliner

Ditengah masyarakat kita, kegiatan makan kini bukan lagi merupakan suatu kegiatan harian yang sederhana dan monton. Berkat “mak-nyuss” ,makan menjadi kegiatan yang membangkitkan selera makan yang menjadi tayangan yang dinanti penonton sebagai rujukan atau referensi dalam kegiatan menyantap makanan.

Program sejenis yang kini bermunculan mewarnai layer televisi kita menghadirkan kebutuhan akan sesuatu yang berguna sehari-hari. Acara ini menjadi unik karena di dalamnya menghadirkan serba aneka masakan yang khas dari Indonesia maupun dari segala penjuru dunia. Setelah kita dijejali dengan makanan siap saji.

Seorang Bondan Winarno, mampu menarik perhatian pemirsanya dengan penampilannya yang rapid an menarik, disertai dari caranya memesan makanan menunjukkan bahwa ia sangat memahami serba aneka ragam masakan khas dari berbagai daerah Indonesia maupun luar negeri, Bondan selalu tampak tenang dalam menghadapi pilihan menu, menganalisisnya dan kemudia merekomendasikan pilihan


(55)

39 menu berdasrkan keunikan citra rasa dari masakan tersebut.

Tayangan Wisata Kuliner adalah program acara yang menyajikan tentang beraneka ragam masakan yang khas dalam suatu daerah yang dapat dijumpai diberbagai kota-kota, khususnya yang disajikan di warung-warung pinggir jalan. Tayangan Wisata Kuliner menjelaskan tentang citra rasa dari masakan suatu daerah. Tayangan acara ini ditayangkan dari hari Senin sampai Jum’at pukul 14.00 dan hari Sabtu pukul 07.30.

Yang menonjol dari acara wisata kuliner ini, pembawa acaranya mampu mengapresiasikan cita rasa makanan secara detail. Dia mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan hidangan yang disantapnya, seperti bumbu apa saja yang dominan, bumbu yang meresap dilidah, sehingga pemirsanya seolah-olah ikut merasakan makanan yang disajikan yang sangat menggugah selera pemirsanya.

Pembawa acaranya juga dapat menjelaskan tentang manfaat bumbu yang ada dalam masakan yang dicicipinya yang sangat berguna untuk kesehatan. Pembawa acaranya juga dapat menghidupkan suasana semakin semarak, dengan sebutan kata cantik, cakep. Mak nyuss bagi makanan yang lezat disantapnya, sehingga tidak membuat bosan khalayak yang menonton acara tersebut. Acara ini juga menceritakan tentang sejarah kota yang dikunjunginya. Tak lupa acara ini juga mencantumkan daftar label harga dan nama jalan dan nama warung atau kafe yang dikunjunginya. Diakhir acara pemirsa disuguhi dengan makanan kecil (oleh-oleh) ciri khas dari suatu daerah yang dikunjungi seperti kerupuk, mpek-mpek, dodol, kue basah, madu, kue-kue kering, lemang dan lain sebagainya.


(56)

40 II.6 Teori Agenda Setting

Agenda setting di perkenalkan oleh Mc.Combs dan Donald Show dalam Public opinion Quatery tahun 1973, berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media. Model Agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi dengan fokus penelitian yang telah bergeser.

Efek pada sikap dab pendapat bergeser kepada efek pada kesadaran dan pengetahuan dari efek afektif ke efek kognitif (Rakhmat, 2004 : 68). Asumsi dasar dari teori agenda setting adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting bagi media, maka penting bagi masyarakat.

Oleh karena itu, apabila media massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, maka akan memberi pengaruh terhadap pendapat umum.Asumsi ini berasal dari asumsi lain yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap da pendapat. Teori ini menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya (Bungin, 2006 : 280).

Namun teori agenda setting juga memiliki kelemahan yaitu jika khalayak menggunakan media yang berbeda, maka khalayak tidak akan diterpa isu yang sama yang dianggap penting, seperti isu-isu yang memiliki kedekatan geografis.

Mc.Combs dan Donald Show mengatakan bahwa audiens tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Dengan kata lain media


(57)

41 massa mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa ( Bungin, 2006 : 280).

Model Agenda setting adalah model yang mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, berbagai isi media dan menyusun isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang). Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, termasuk jarak issue (apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami oleh individu), lama terpaan (apakah issue itu baru muncul atau mulai pudar).

Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), dan apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai ( community salience). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan issue, apakah issue itu ada atau tidak dalam agenda khalayak (pengenalan), dari semua issue mana yang dianggap paling penting menurut khalayak (salience), bagaimana issue itu mendapat respon oleh responden. Efek lanjutan berupa tindakan


(58)

42 setting adalah, dari segi program acara yang dirancang secara khusus untuk membangkitkan tindakan seseorang, khususnya ibu-ibu dalam menonton acara ditelevisi. Karena ibu-ibu intensitasnya dalam menonton tayangan televisi sangat besar,khususnya dalam acara masakan.

Dengan ditayangkannya tayangan wisata kuliner, yang diputar dari mulai hari Senin-Sabtu, dari pukul 14.00-14.30, dan hari Sabtu jam 07.30. Konsep acaranya disetting tiap episode berbeda-beda sehingga membuat ibu-ibu tidak mudah bosan menonton acara tersebut. Kadang-kadang pembawa acaranya menghadirkan anaknya untuk turut jalan-jalan dan makan-makan di acara tersebut.

Tayangan acara ini menyuguhkan konsep acara yang berbeda dari acara yang sejenis. Dalam membawakan program acara tersebut, pembawa acaranya pandai didalam mengapresiasikan citra rasa masakan yang dicicipinya. Dalam membawakan program acara tersebut, biasanya pembawa acaranya mempunyai ciri khas tersendiri dalam menilai rasa dari masakan yang dicicipinya, sehingga berbeda dengan pembawa acara yang membawakan acara yang sejenis.

Edisi Perdana tayangan Wisata Kuliner diputar pada pada bulan Juli 2006, ternyata program acara ini sangat banyak digemari khalayak, khususnya ibu rumah tangga.


(59)

43 II.4.4 Teori AIDDA

Teori AIDDA sering juga disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AIDDA merupakan akronim dari :

A Attention (Perhatian) I Interest (Minat)

D Desire (Hasrat / Keinginan) D Decision (Keputusan)

A Action (Tindakan) ( Effendy, 2003 : 304)

Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi. Tahapan diatas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian.

Dalam hal ini, sebuah komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya. Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya. Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi yang disampaikan. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa dalam membangkitkan perhatian khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan yang negatif.

Suatu hal dapat membangkitkan dan menimbulkan minat dalam diri seseorang, jika hal tersebut terkait atau merupakan kebutuhannya dan hal tersebut


(60)

44 memberitahukan cara memperoleh atau mendapatkan kebutuhan. Seorang komunikator harus dapat mengetahui apa yang sedang diinginkan oleh seorang komunikan.

Perhatian adalah sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Dalam hal ini, Wisata kuliner harus dapat memberikan tayangan yang istimewa daripada tayangan yang sejenis, sehingga memberikan sesuatu yang berbeda bagi pemirsa yang menonton tayangan tersebut.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest). Minat adalah kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi. Minat merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat / keinginan (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Keinginan adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju pada sesuatu. Hanya hasrat / keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan. Keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah difikirkan dan dipertimbangkan. Keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator.

Tindakan adalah Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Setelah tumbuhnya minat dalam diri pemirsa akan menimbulkan tindakan untuk menonton tayangan acara tersebut.

Dalam hal ini, komunikatornya adalah tayangan Wisata Kuliner, yang menjadi komunikan adalah ibu rumah tangga yang menjadi pemirsa televisi. Sebuah program


(61)

45 acara harus mampu membangkitkan perhatian pemirsanya. Tayangan Wisata Kuliner harus mampu membangkitkan perhatian pemirsa televisi, dalam hal ini ibu rumah tangga dengan menampilkan format yang berbeda dari tayangan acara yg sejenis, dengan menghadirkan seorang pembawa acara yang sangat mengetahui citra rasa masakan secara detail,sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak dalam hal ini ibu rumah tangga untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang program acara tersebut. Selanjutnya minat akan melahirkan keinginan yang terus-menerus Untuk menonton acara tersebut, sehingga melahirkan keputusan dan tindakan Ibu rumah tangga untuk menonton program acara tersebut.


(62)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1.1 Letak Geografis

Kelurahan Gedung Johor adalah salah satu dari enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Johor. Kelima lainnya yang terdapat dalam kecamatan Medan Johor adalah Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Kuala Bekala, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning dan Kelurahan Kedai Durian.

Letak Kelurahan Gedung Johor mempunyai luas wilayah 315 Km2dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Disebelah Utara, Kelurahan Gedung Johor berbatasan 315 Km2kelurahan Pangkalan Mansyur.

- Disebelah Barat, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan sungai Babura (Kuala Bakala).

- Disebelah Selatan, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

- Disebelah Timur, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan Sungai Deli (Kelurahan Titi Kuning).

Kelurahan Gedung Johor terdiri dari 13 lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan ini, jumlah penduduk kelurahan Gedung Johor pada tahun 2007 lalu berkisar 1992 jiwa.


(63)

47 III.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah ibu rumah tangga di Kelurahan Gedung Johor Medan secara keseluruhan adalah 1992 ( Kantor Kelurahan Gedung Johor,Desember 2007).

Dengan jumlah ibu rumah tangga mencapai 1992 yang tersebar di 13 lingkungan. Kelurahan Gedung Johor terdiri dari berbagai macam tingkat pendidikan,usia,dan pekerjaan.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penduduk kelurahan gedung johor, maka di bawah ini dipaparkan dalam berbagai tabel :

Tabel 1

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia

No Kelompok Usia Jumlah / orang

1. 30-35 tahun 575

2. 36-40 tahun 425

3. 41-45 tahun 400

4. 46-50 tahun 300

5. 51-55 tahun 292

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

III.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi

Masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Gedung Johor memiliki perbedaan mata pencaharian yang membuat adanya perbedaan status sosial ekonominya untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan penduduk kelurahan Gedung Johor, maka berikut ini akan dipaparkan dalam beberapa tabel :


(64)

48 Tabel 2

Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD / Sederajat 200

2. SLTP / sederajat 267

3. SLTA / sederajat 725

4. Akademi (D1 / D3) 634

5. Sarjana (S1 / S3) 166

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di kelurahan Gedung Johor tidak merata, bahkan tidak terdatanya sebagian penduduk sehingga tidak diketahuinya berapa penduduk tidak tamat / putus sekolah. Namun secara keseluruhan dari segi tingkat pendidikan kebanyakan masyarakat di kelurahan Gedung Johor adalah tamatan SLTA.

Tabel 3

Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri 361

2 Karyawan 700

3 Wiraswasta 500

4 POLRI 50

5 Pensiunan 381

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

Adapun karakteristik penduduk kelurahan Gedung Johor Medan berdasarkan pekerjaan didominasi oleh karyawan


(65)

49 III.1.4 Struktur Organisasi

Kelurahan : Gedung Johor Kecamatan : Medan Johor

Kota : Medan

Propinsi : Sumatera Utara

Kelurahan Gedung Johor Medan dikepalai oleh seorang lurah. Dalam melaksanakan tugasnya, lurah dibantu oleh perangkat-perangkat pemerintahan kelurahan dan kepala-kepala lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur organisasi berikut ini :


(66)

50 III.1.5 Luas Kelurahan

Luas daerah kelurahan Gedung Johor Medan - Luas pemukiman : 30 Ha km2 - Luas kuburan : 1 Ha km2 - Luas pekarangan : 3 Ha km2 - Luas tanaman : 0,5 Ha km2

- Luas perkantoran : 2,5 Ha km2

- Luas Prasarana umum lainnya : 263 Ha km2

.Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Medan 26 Desember 2007

III.1.6 Deskripsi Minat menonton Ibu Rumah Tangga

Dalam konsep keluarga Indonesia, kaum Ibu adalah kalangan yang paling memiliki ketergantungan pada media televisi. Dari segi ragam jenis iklan-iklan yang ditayangkan di media Televisi, targetnya adalah ibu rumah tangga. Hampir semua stasiun televisi berlomba membuat program tayangan yang menarik kaum ibu, seperti sinetron, gosip artis dan tata boga, tata busana, tata rias wajah.(www.google.com)

Hampir seharian seorang ibu bisa menghabiskan waktunya di Televisi, hanya untuk menyaksikan program acara yang disukainya.Televisi menjadi sumber acuan faktor pendorong kaum ibu untuk memenuhi hasrat-hasrat dalam memilih program acara yang disenanginya.


(67)

51 Kaum ibu bisa menjadi orang yang kehilangan jati dirinya, kehilangan kepercayaan dirinya, karena berkeinginan untuk mengkonsumsi nilai-nilai baru yang dihadirkan oleh media televisi.

Berdasarkan survey lapangan yang saya lakukan kecenderungan ibu rumah tangga sangat besar dalam menonton Televisi, dari program acara sinetron, kuis, sampai tayangan masakan.

III.1.7 Deskripsi Profil Perusahaan Trans Tv

Trans Tv atau Televisi Transformasi Indonesia adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Stasiun televisi ini melakukan siaran pertama pada tahun 2001. Dengan motto milik kita bersama, konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stsiun televisi swasta lainnya. Trans Tv adalah anak Perusahaan Pt Trans Corpora yang juga merupakan pemilik dari Trans 7(www.google.com).

Trans Tv mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001. Logo trans Tv berbentuk berlian yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia.

- Visi Trans Tv

Menjadikan televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, Memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh


(1)

IV.5 Pembahasan

Setelah analisa data dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesa. Pengukuran tingkat hubungan diantara dua variable yang linear dapat menggunakan Rank Spearman yaitu menjelaskan hubungan antara variabel x dan variabel y.

Pengujian hipotesa dimulai dengan merangking skor variabel x dan variabel y dari 95 responden di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor yang pernah menonton Tayangan Wisata Kuliner di Trans TV kemudian diperoleh hasil rs = 0,98, maka

hipotesa diterima.

Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford. Hasil rs = 0,98 berada pada skala > 0,91 berarti hubungan sangat tinggi, kuat sekali, dan bisa diandalkan. Artinya “ Terdapat Hubungan Antara Tayangan Wisata Kuliner dan Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor”

Hal ini terjadi karena tayanganwisata kuliner dapat menarik perhatian pemirsanya untuk menyaksikan tayangan tersebut dengan menyuguhkan beranekaragam masakan dari dalam negeri maupun luar negeri yang mencantumkan denah jalan Rumah makan / warung dan daftar harga makanan yang dikunjungi di pojok kanan bawah layer televisi sehingga membuat pemirsanya dapat mengetahui berapa budget yang akan dikeluarkan apabila mengunjungi tempat Wisata Kuliner tersebut.


(2)

yang sangat ahli dengan beranekaragam citra rasa masakan yang dicicipinya, serta dia juga mampu memberikan slogan-slogan seperti mak nyuss, cantik, cakep dan topptop marokotop ketika mencicipi masakan. Diakhir acara Bondan Winarno juga menyampaikan slogan “tetap sehat,tetap semangat, supaya kita tetap bisa jalan-jalan dan makan-makan bersama Wisata Kuliner pokoke mak nyuss.

Maka dapat disimpulkan bahwa Tayangan Wisata Kuliner di Trans TV efektif dalam menumbuhkan tindakan menonton pemirsanya, dalam hal ini Ibu Rumah Tangga di Komp.Rispa Kelurahan Gedung Johor.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesa dapat dilakukan dengan menghitung Zhitung. Untuk Zhitung diperoleh hasil 9,50. Untuk memperoleh hasil Ztabel Perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu diperoleh hasil Ztabel = 1,98.

Dan untuk sampel >50 orang gunakan rumus , karena sampel dalam penelitian ini adalah 95 orang. Untuk Ztabel = 1,98 maka p satu sisi untuk Z > 1,98 atau Z<P1,98

adalah p = 0,0000239.

Karena nilai Zhitung> Ztabel hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti dalam penelitian ini terdapat hubungan antara Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Dikalangan Ibu Rumah Tangga di Komp.Rispa Kelurahan Gedung Johor.


(3)

Skor dan Rank Tayangan Wisata Kuliner di Trans TV dan Tindakan Menonton Ibu rumah tanggga

No X Y Rank X Rank Y di di2

1 55 28 1 1 0 0 2 52 27 4 3 1 1 3 52 27 4 3 1 1 4 52 27 4 3 1 1 5 52 26 4 7 -3 9 6 52 26 4 7 -3 9

7 51 26 7,5 7 0,5 0,25

8 51 26 7,5 7 0,5 0,25

9 50 26 13,5 7 6,5 42,25

10 50 25 13,5 11 2,5 6,25 11 50 25 13,5 11 2,5 6,25 12 50 25 13,5 11 2,5 6,25 13 50 24 13,5 15 -1,5 2,25 14 50 24 13,5 15 -1,5 2,25 15 50 24 13,5 15 -1,5 2,25 16 50 24 13,5 15 -1,5 2,25 17 50 24 13,5 15 -1,5 2,25

18 50 23 13,5 21,5 -8 64

19 49 23 21 21,5 -0,5 0,25 20 49 23 21 21,5 -0,5 0,25 21 49 23 21 21,5 -0,5 0,25 22 49 23 21 21,5 -0,5 0,25 23 49 23 21 21,5 -0,5 0,25

24 48 23 26,5 21,5 5 25

25 48 23 26,5 21,5 5 25

26 48 22 26,5 28,5 -2 4

27 48 22 26,5 28,5 -2 4

28 48 22 26,5 28,5 -2 4

29 48 22 26,5 28,5 -2 4

30 47 22 34 28,5 5,5 30,25 31 47 22 34 28,5 5,5 30,25 32 47 21 34 40,5 -6,5 42,25 33 47 21 34 40,5 -6,5 42,25 34 47 21 34 40,5 -6,5 42,25 35 47 21 34 40,5 -6,5 42,25 36 47 21 34 40,5 -6,5 42,25


(4)

38 47 21 34 40,5 -6,5 42,25 39 46 21 42 40,5 1,5 2,25 40 46 21 42 40,5 1,5 2,25 41 46 21 42 40,5 1,5 2,25 42 46 21 42 40,5 1,5 2,25 43 46 21 42 40,5 1,5 2,25 44 46 21 42 40,5 1,5 2,25 45 46 21 42 40,5 1,5 2,25 46 45 21 51,5 40,5 11 121 47 45 21 51,5 40,5 11 121 48 45 21 51,5 40,5 11 121 49 45 21 51,5 40,5 11 121 50 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 51 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 52 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 53 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 54 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 55 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 56 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 57 45 20 51,5 56 -4,5 20,25 58 44 20 63 56 7 49 59 44 20 63 56 7 49 60 44 20 63 56 7 49 61 44 20 63 56 7 49 62 44 20 63 56 7 49 63 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 64 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 65 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 66 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 67 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 68 44 19 63 65,5 -2,5 6,25 69 43 18 69,5 73 -3,5 12,25 70 43 18 69,5 73 -3,5 12,25 71 42 18 74,5 73 1,5 2,25 72 42 18 74,5 73 1,5 2,25 73 42 18 74,5 73 1,5 2,25 74 42 18 74,5 73 1,5 2,25 75 41 18 74,5 73 1,5 2,25 76 41 18 74,5 73 1,5 2,25 77 41 18 74,5 73 1,5 2,25 78 41 17 74,5 79 -4,5 20,25 79 41 17 74,5 79 -4,5 20,25 80 41 17 74,5 79 -4,5 20,25


(5)

81 41 15 74,5 81 -6,5 42,25

82 40 14 83,5 82,5 1 1

83 40 14 83,5 82,5 1 1

84 40 13 83,5 84,5 -1 1

85 40 13 83,5 84,5 -1 1

86 39 12 86,5 86,5 0 0

87 39 12 86,5 86,5 0 0

88 38 11 88 88 0 0 89 36 10 89 89 0 0 90 35 9 90 90 0 0 91 34 8 91 91 0 0 92 33 7 92 92 0 0 93 32 6 93 93 0 0 94 31 5 94 94 0 0 95 30 4 95 95 0 0


(6)

BIODATA I. Data Pribadi

1. Nama : Ridha Noorfina

2. Tempat/Tgl : Medan 10 September 1984

3. Alamat : Jl. Karyawisata Komp Rispa 3 Kelapa 3 No.33 II. Pendidikan

1. Tamat Tahun 1996 dari Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari I Medan 2. Tamat Tahun 1999 dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 28 Negeri

Medan

3. Tamat Tahun 2003 dari Sekolah Menengah Umum Swasta Eria Medan III. Nama Orang Tua

1. Ayah : dr.H.R.Soetiono Gapar, DAF 2. Ibu : Gunarni Sapardan

IV. Nama Saudara Kandung

1.Kakak : Yonni Novianti Zulaikha, SE,AK 2.Abang : M. Oki Fardian Gafari, S.sos, M,Hum 3. Abang : M.Opi Zulpian Gafari, Amd

4. Kakak : Yonna Maulani, Amd 5. Adik : M.Ikhlasky Falaq Gafari

M. Furqan Thoha Gafari M. Ilham Rahman Gafari M. Thariq Asyari Gafari


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

0 46 59

Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan Di Televisi Dengan Perilaku Siswa Sma Negeri 8 Medan.

1 62 103

Pengaruh Iklan Sampo Pantene di Televisi Terhadap Preferensi Konsumen (Studi Kasus Mahasiswi AMIK MBP Medan)

4 60 103

Tayangan otomotif SmartDrive dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Otomotif SmartDrive di Metro TV terhadap Minat menonton di Kalangan Masyarakat Lingkungan VI Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kecamatan Medan Johor di Kota Medan)

2 40 97

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 45 135

“RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

10 52 119

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 2

Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN KB PADA IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN KONTRASESPSI DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR LINGKUNGAN X KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2012

0 2 13