“RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

(1)

Kekerasan Di Film Televisi ) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada FISIP UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Oleh :

SANTI RACHMAWATI NPM : 1043010008

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2014


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta kemudahan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan SKRIPSI yang berjudul “ “RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR.

Dalam penyusunan SKRIPSI ini penulis menggunakan atau mengerahkan pengetahuan dan kemampuan yang di miliki dalam menulis, akan tetapi tentunya masih terdapat kesalahan baik besar maupun kecil. Selesainya kegiatan hingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari Ibu Dra. Herlina Suksmawati,M.Si yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga banyak menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan member dukungan penulis dalam menyelesaikan SKRIPSI, diantaranya :

1. Ibu Hj. SUPARWATI, Dra.MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak JUWITO S.SOS, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Ayah, Mama yang selalu mendukung, membantu, mengingatkan dan mendokan penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Nia sahabatku yang ikut memberi Support penulis untuk mengerjakan skripsi dan selalu setia mengantarkan penulis kemana saja.

5. Sahabat sahabat terbaik, Niken Kumalasari, Quintharia, Mentari, Yunita Mariana, Roz Dima, Shintanovita, Arinda, Tiara, Noby, Kharin, yang tak berhenti memberi semangat, masukan untuk kelancaran skripsi ini.

6. Wafi molla yang selalu memberikan support, semangat, dan menghibur ketika penulis jenuh, serta sodara terbaikku yang selalu memberi semangat Nia, Ifa,Devita, Kak Toink terima kasih.

7. Ilmiah angkasawati dan mbak indra sahabat satu kamar yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan menemani lembur.

8. Pihak pihak yang tidak dapat disebutkan satu satu oleh penulis,yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak segala bentuk perbaikan, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan Skripsi ini.

Surabaya, 23 juli 2014


(6)

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 9

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Televisi Dalam Komunikasi ... 14

2.2.1 Komunikasi Massa Dan Khalayak ... 16

2.2.2 Media Massa Televisi ... 19

2.2.3 Khalayak Media Massa ... 21

2.2.4 Televisi Di Indonesia ... 23


(7)

2.2.6 Budaya Dan Media ... 29

2.3 Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak Aktif ... 33

2.4 FTV (Film Televisi) Indonesia ... 36

2.4.1 film televisi sinema pintu taubat ... 38

2.5 Reception Analysis ... 39

2.6 FTV (Film Televisi) Indonesia ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Devinisi Penelitian ... 45

3.2.1 Reception Analysis ... 45

3.2.1 Ftv (Sinema Pintu Taubat Siang Indosiar) ... 47

3.3 Kriteria Informan ... 49

3.4 Jenis Sumber Data ... 50

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.6 Metode Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

4.1. Gambaran Umum... 58

4.2 Identitas Informan... 60

4.3 Penyajian Data... 62

4.3.1 Ketertarikan Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Televisi……….. 63


(8)

4.3.2 Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga... . 68

2.3.3 Perilaku Negatif Dalam Film... 69

2.3.4 Perilaku Positif Dalam Film... 71

4.4 Analisis Data ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

1.1. Kesimpulan... 80

1.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(9)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

LAMPIRAN 1. ... 86

LAMPIRAN 2. ... 88

LAMPIRAN 3. ... 89


(10)

ABSTRAKSI

“RECEPTION ANALYSIS” HOUSEWIFE IN WATCHING TELEVISION FILM

“SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” IN INDOSIAR

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas film. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Di Indonesia sendiri film televisi sangat digemari terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi dengan tema religius. Peneliti memilih meneliti bagaimana penerimaan Ibu Rumah Tangga terhadap film televisi religi sinema pintu taubat siang di indosiar atas tayangan kekerasan yang ditampilkan dari isi cerita film ini, dengan mengunakan metode kualitatif dan menggunakan teori Reception Analysis. Ibu rumah tangga dipilih sebagai informan karena ibu rumah tangga domestik merupakan khalayak aktif yang sebagian besar beraktifitas dirumah. Karena film religi ini mengandung cerita kekerasan dalam rumah tangga, peneliti menggunakan teknik in depth interview dan di perkuat oleh teknik focus group discussion guna untuk memperoleh data. Dari penelitian ini peneliti dapat mengkelompokan informan dalam tiga kategori yaitu Dominant-Hegemonic Position, Negotiated Position, oppositional position untuk mengetahui bagaimana khalayak menerima terpaan teks media.

Many television films produced in Indonesia at the beginning of 1995 were pioneered by SCTV. This aims to answer over fullness people over a film. Since that time many films television are created. Nearly all TV stations have the plot of time each week for television viewings. In Indonesia, especially very popular television film TV movie with the theme of teenage, romance and television films with religious theme. Researchers chose examines how receipt of the Housewives toward religious cinema television film “Pintu Taubat” in the afternoon in indosiar on impressions of the violence that is displayed from the contents of the film's story, by using qualitative methods and use the theory of Reception Analysis. Housewife was chosen as the informant because domestic housewife is an active audience that most of the activities at home. Because the film contains religious stories of domestic violence, researchers using the technique in depth interview and strengthened by a focus group discussion techniques in order to obtain data. From this study the researchers can divide informants in three categories i.e. Dominant-Hegemonic Position, Negotiated Position, oppositional position to find out how audiences receive exposure to media texts.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Media menjadi hal yang penting bagi kehidupan manusia untuk mengetahui informasi apa saja yang sedang terjadi di dalam maupun diluar negeri. Media dianggap sebagai alat komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi secara cepat. Melalui media, manusia mampu belajar tentang dunia. Karena pada dasarnya media memberikan pendidikan, informasi, maupun hiburan.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media mass (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Jelas bahwa media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Berikut adalah media yang termasuk ke dalam komunikasi massa, antara lain: televisi, radio, internet, majalah, Koran, tabloid, buku, dan film (film di bioskop). Perkembangan pertelivisian nasional di Indonesia dimulai sejak pemerintah membuka TVRI yang pada waktu itu merupakan satu-satunya stasiun televisi bertaraf nasional di Indonesia. Baru kemudian pada tahun 1989 lahirlah RCTI sebagai stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia dan disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI. Bahkan menjelang tahun 2000, secara serentak telah mengudara


(12)

lima stasiun televisi swasta baru, yaitu Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global. Kemudian setelah undang-undang penyiaran disahkan oleh pemerintah pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah.sepuluh stasiun televisi swasta nasional dan puluhan stasiun televisi swasta lokal telah hadir ditengah masyarakat, belum lagi televisi berlangganan dan televisi komunitas. Kondisi ini semakin memicu iklim komersial di industri media televisi. Hal ini mendorong media televisi bekerja lebih keras dalam membuat suatu program yang kreatif dan inovatif, sehingga memiliki daya tarik yang tinggi terhadap audiensnya.(httpe-journal.uajy.ac.id228121KOM02023.pdf)

Di zaman seperti ini, bukan mustahil apabila kegiatan manusia tidak lepas dari media massa. Media memberikan banyak pengetahuan untuk penontonnya. Bahkan bukan hanya sekedar pengetahuan, manusia juga mendapatkan hiburan yang tak terbatas.Mulai dari membuka mata sampai kembali memejamkan mata, semuanya saling berhubungan. Pada pagi hari, biasanya kebanyakan orang membaca koran atau menonton berita di televisi.

Media elektronik televisi termasuk ke dalam media massa karena sifat informasinya yang konvergen. Informasi dapat diterima secara bersamaan oleh reseptor lebih dari satu orang. Menurut Jalaluddin Rakhmat, di dalam buku Psikologi Komunikasi, definisi komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.


(13)

Media massa merupakan dasar bagi apa yang disebut sebagai “industri budaya” (Max Horkheimer dan Theodore Adorno, “The Culture Industry : Englightenment as Mass Deception”.) Semua pesan yang dipropagandakan oleh media massa membentuk kesadaran manusia dan membagi arti pesan tersebut kepada mereka, sehingga manipulasi pesan dalam media massa merupakan strategi yang efektif untuk menasehati dan memberikan pengawasan.

Televisi merupakan media komunikasi paling efektif untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi orang lain. Jika mengamati setiap keluarga yang ada, maka salah satu barang pokok yang ada di setiap keluarga adalah televisi. Saat ini, hampir seluruh keluarga memiliki televisi. Dengan kata lain, akses informasi melalui televisi mampu diterima oleh hampir setiap keluarga yang memiliki televisi.

Film merupakan komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagai bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan perkembangan masyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya massa yang populer. Sebagai media, film tidak bersifat netral, pasti ada pihak-pihak yang mendominasi atau terwakili kepentingannya dalam film tersebut. Film adalah seni yang sering dikemas untuk dijadikan komoditi dagang, karena film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Sebagai bagian dari media massa, film seringkali dicurigai sebagai agen perubahan sosial. Akibat dampak pemutaran sebuah film menyebakan perubahan dalam masyarakat misalnya, secara serentak masyarakat mengikuti gaya berpakaian atau dandanan aktor dan aktris yang ada dalam sebuah film usai


(14)

menontonnya, sehingga terjadi sebuah trend baru karena digemari banyak orang pada waktu tertentu. Film Indonesia dilihat dari berbagai segi belum mampu menghasilkan keseluruhan nilai yang ada. Film nasional cenderung terbatas, mengacu pada selera pasar, dan belum mampu menghadirkan nilai perenungan dan pembelajaran bagi penikmatnya. Film nasional cenderung mengarah pada mengejar keuntungan financial daripada tanggung jawab moral. Kondisi ini dapat saja terjadi karena orientasi film Indonesia masih mengarah pada selera rendah pasar, daripada menggugah kesadaran atau pencerahan batin.memang sebuah film bersifat menghibur namun tentu lebih baik apabila sifat hiburan itu mengarah pada rekreatif (penciptaan kembali), daripada sekedar rekreasi. Untuk mengembangkan budaya intelektual dalam film, memerlukan proses. Proses itu melibatkan sumber daya manusia, sumber dana, dan penguasaan teknologi di luar proses pembuatan film itu sendiri. Hal ini bisa terwujud dalam sebuah tema yang diangkat oleh para insan film dan bagaimana mewujudkan tema itu sebagai sebuah film yang bermutu, sehingga penikmat film bisa mendapatkan nilai budaya dan sosial yang tersirat didalamnya.

( http://id.wikipedia.org/wiki/perempuanberkalungsorban)

Salah satu program yang selalu bisa menarik banyak audiens adalah program hiburan. Maka tidak heran jika program hiburan selalu menjadi senjata bagi stasiun televisi swasta. Program jenis ini selalu mendapat porsi yang lebih dibanding program televisi lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai jenis program hiburan telah dibuat. Seperti tren mode pada dunia fashion, media televisi pun memiliki pergantian tren program hiburan favorit, mulai dari film dan program kuis


(15)

yang merupakan acara unggulan favorit pemirsa pada awal perkembangan pertelevisian nasional, hingga film televisi yang perolehan ratingnya dari dulu hingga sekarang masih tetap stabil. Film televisi adalah film feature yang didanai stasiun televisi atau jaringan TV yang sejak awal dimaksudkan untuk tayang di televisi bukan bioskop.Film televisi sangat berbeda dengan film layar lebar. Jika dibandingkan dengan layar lebar, biaya produksi film televisi relatif lebih kecil. Proses produksinya pun jauh lebih mudah dibanding dengan proses produksi layar lebar, karena dalam pembuatan film televisi tidak memerlukan teknologi yang terlalu canggih seperti dalam produksi film layar lebar. Film jenis ini biasanya diproduksi pada pita film 35 mm sehingga tidak terlalu banyak efek film yang bisa dimasukan. Kebanyakan film televisi memang diproduksi dengan biaya rendah dan berorientasi pada profit sehingga secara teknis penggarapannya kurang maksimal. Oleh karena itu, untuk menarik perhatian, alur cerita dan judul dalam film televisi biasanya dibuat seunik mungkin. (httpeprints.uns.ac.id4.pdf)

FTV adalah FILM TELEVISI, tayangan yang berupa film atau sebuah program yang digambarkan melalui visual media massa dengan teknologi untuk menceritakan sebuah cerita yang telah dibuat dan diolah oleh penulis cerita tersebut. Film is a term that encompasses individual motion pictures, the field of film as an art form, and the motion picture industry 5. Film merupakan sebuah karya dari olahan gambar visual dan audio yang digabungkan untuk membantuk suatu jalinan cerita dari naskah yang telah dibuat. Film Televisi merupakan sebuah program yang dibuat berdasarkan cara dan proses pembuatan film secara menyeluruh, yang kemudian hasil


(16)

dari pembuatan dan proses tersebut ditayangkan dalam sebuah stasiun televisi tertentu. Walaupun FTV bukan merupakan sebuah hal yang baru dalam Trans TV, karena sebelumnya Divisi Drama juga telah membuat format FTV Religi Hikayah. Namun dengan tampilan FTV dan konsep yang benar-benar baru, strategi pengembangan program dan cara yang dipergunakan serta proses didalam produksinya merupakan hal-hal yang sangat menarik untuk diteliti.

Berbagai macam program acara terlahir dari beberapa stasiun televisi yang saling bersaing dalam merebut hati pemirsanya, seperti Trans TV dengan progam pemutaran film-film produksi Hollywood serta program film Oh Ternyata lebih memerankan tayangan horor dan drama percintaan , SCTV dengan FTV nya yang melantunkan gelora asmara anak muda dalam biasan cerita film yang menceritakan kisah anak remaja yang romantis, ada juga yang menggambarkan anak muda yang kaya dan ganteng, memiliki kecanggihan gadget terbaru di era terkini begitu juga dengan FTV RCTI, Pada dasarnya film remaja banyak menampilkan remaja yang hidup di kalangan kelas atas dan selalu mempunyai konflik utama yang sama yaitu problema cinta. Tayangan film remaja di televisi swasta kita banyak mengambarkan gaya hidup metropolitan, sedangkan MNCTV jua menayangkan sinema religi ,yang mengambarkan manusia ketika berbuat jahat akan mendapat azab ketika ajal atau akan meninggal, Begitu juga Indosiar juga menampilkan sinema religi yaitu sinema pagi dan sinema pintu taubat.

Beberapa jenis film yang ada di TV Indonesia saat ini membawa dampak bagi pemirsa. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai analisis


(17)

resepsi ibu rumah tangga tentang kekerasan dalam rumah tangga (keluarga) film televisi Indosiar “ SINEMA PINTU TAUBAT SIANG ” Film tersebut menggambarkan peran religi dan menampilkan adegan kekerasan di dalam rumah tangga, peran seorang muslimah yang tertindas,teraniyaya,didzalimi, peran wanita dan laki-laki yang bukan mukhrim dan balasan terhadap orang-orang yang telah berbuat kemungkaran di dunia. Artinya apa yang terjadi di dunia merupakan ujian dan azab dan tidak azab tersebut tidak selalu sebuah hubungan sebab akibat.

Sinema Pintu Taubat siang salah satu progam film televisi Indosiar siang yang tergolong film bernuansa religi yang merangkup kehidupan di dalam rumah tangga yang menggambarkan kisah anak-anak, sampai film yang seringkali menggambarkan tindakan kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Seringkali tayangan film yang menggambarkan tentang kekerasan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat yang menontonnya. Apalagi tayangan kekerasan tersebut adalah kekerasan yang terjadi dalam keluarga (Rumah Tangga). Karena ini bisa saja berdampak positif atau bahkan berdampak negatif terhadap yang menontonnya. Pesan dari kisah-kisah yang diangkat. Bagi saya, yang diperlihatkan hanya perkelahian, pertengkaran, saling rebut hak asuh anak, rebutan suami, pembunuhan, Ceritanya selalu, ada mertua yang jahat, menantu yang jahat, istri yang jahat atau suami yang jahat. Dan, semuanya selalu jahatnya menggunakan kekerasan dan adu mulut. Jahat yang jahat sekali ,dan banyak kisah aneh lainnya. Film merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan dunia yang begitu luas dalam masyarakat, oleh karenanya, film mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosional


(18)

khalayak penonton, seolah mereka ikut merasakan dan menjadi bagian dari cerita film tersebut. Selain itu isi pesan film dapat menimbulkan aspek kritik sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, norma kehidupan dan hiburan bagi khalayak penonton. Dalam penelitian berjudul “receptions analysis ibu rumah tangga dalam film sinema pintu taubat siang di indosiar ” bertujuan untuk mengetahui bagaimana resepsi penonton terhadap konstruksi dan representasi identitas kultural yang dibangun dalam film televisi sinema pintu taubat.

Film televisi sinema pintu taubat ini jenis film indosiar bertema religi dengan judul berbagai macam sebagian misalkan, suami cacat teraniyaya, anak korban harta gono gini, mantuku budakku, suami istri yang tak tu diri, merebut suami majikan, akibat merebut suami kakak tiri, ayah”maafkan anakmu, dll. Semua tema dalam film tersebut mencangkup kehidupan rumah tangga yang bermasalah ataupun memiliki konflik negatif dan positif . dalam semua judul film televisi tersebut sesorang yang berbuat jahat pasti akan mendapatkan balasan setimpal sesuai perbuatannya (azab) dan sebaliknya yang berbuat baik akan mendapatkan hikma dan anugerah yang digambarkan dalam film tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas timbul ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana penerimaan ibu rumah tangga terhadap adanya film religi yang menceritakan kehidupan sehari-hari yang terdapat hal positif dan negatif di dalam rumah tangga. Peneliti memilih responden ibu-ibu rumah tangga dikarenakan film sinema pintu taubat tersebut tayang pada pukul 12.00 WIB siang yang pasti diminati oleh ibu rumah tangga, serta berusia antara 17-60 tahun. Kriteria usia


(19)

tersebut dianggap mampu bercerita dan menjelaskan tentang penerimaan isi film sinema pintu taubat guna mendapat data sesuai tujuan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan analisis resepsi. Teori dasar yang digunakan teori encoding – decoding yang di kemukakan oleh Stuart Hall tentang bagaimana khalayak memproduksi sebuah pesan dari suatu teks media. Proses tersebut akan menghasilkan makna yang tidak selalu sama karena di pengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Data dieproleh dari in-depth interview terhadap ibu rumah tangga dengan latar belakang berbeda.

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti menetapkan suatu perumusan masalah, yaitu : “ bagaimana penerimaan khalayak (ibu rumah tangga) dalam menonton film televisi “sinema pintu taubat siang? ” di Indosiar.

1.3Tujuan Penelitian

Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, tujuan penelitin ini adalah untuk melihat bagaimana penerimaan khalayak mengenai kehidupan antarumat beragama didalam kehidupan sehari-hari rumah tangga yang ditampilakan dalam film sinema pintu taubat siang di indosiar.


(20)

1.4Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini di harapkan dapat memberi andil dalam upaya memperkaya sumber ilmu pengetahuan pada umumnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan wawasan pada perkembangan dan pendalaman ilmu Komunikasi dalam bidang Komunikasi Massa dan penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian serupa di masa akan datang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian sebagai masukan dalam perencanaan, evaluasi dan mengetahui tingkat penerimaan ibu rumah tangga dalam menonton tayangan sinema pintu taubat siang di indosiar


(21)

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian, penulis mencari jurnal penelitian ilmu komunikasi yang relevan dengan penelitian. Dengan adanya jurnal tersebut diharapkan dapat digunakan dalam referensi penyusunan penelitian. Jurnal penelitian pertama ditulis oleh Ido Prijana Hadi , dengan judul “ Penelitian Khalayak Dalam Perspektif reception analysis ”. Penelitian ini di terbitkan oleh jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana penelitian reception analysis. Saat ini salah satu standart untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan reception analysis, yang mana analysis ini mencoba memberikan sebuah makna atas teks media atau pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak.

Dalam jurnal penelitian ini, juga di sampaikan bahwa teori reception mempunyai mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara khalayak memirsa atau membaca media, misalnya film atau program televisi. Faktor kontekstual termasuk elemen identitas khalayak, persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi, bahkan termasuk latarbelakang sosial, sejarah dan isu politik. Singkatnya, teori reception menempatkan penonton/ pembaca dalam konteks berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi bagaimana menonton atau membaca serta menciptakan makna dari teks. Secara konseptual khalayak


(22)

mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan. Artikel ini merujuk pada pemikiran interpretif yang menekankan pada pengalaman subyektif (meaning-contruction) seseorang dalam memahami suatu fenomena. Dalam konteks ini, melihat lebih dekat apa yang sebenarnya terjadi pada individu sebagai pengonsumsi teks media dan bagaimana mereka memandang dan memahami teks media ketika berhubungan dengan media.

Metode yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan dan menjadi poin penting dalam studi media dn budaya. Selin itu dijelaskan bahwa Secara metodologi, reception analysis termasuk dalam paradigma interpretive konstruktivis. Dijelaskan juga teknik pengumpulan data yang bisa digunakan yakni In depth interview dan juga yang jadi pertimbangan oleh peneliti sebelumnya yakni melakukan Focus Group Discussion (FGD/ Diskusi Kelompok Terarah) untuk mendapatkan kedalaman data. Sehingga lewat FGD dapat diketahui alasan, motivasi argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang. Kesimpulan dari peneliti terdahulu ini adalah yang terpenting dalam melakukan penelitian khalayak dengan pendekatan kualitatif menggunakan reception analysis. Jurnal ilmiah yang menjadi penelitian terdahulu bagi peneliti adalah jurnal dari Universitas Putera Batam oleh Desliana Dwita yang berjudul “RESEPSI MASYARAKAT TERHADAP SIARAN TELEVISI ASING ” (Analisis Resepsi Khalayak di Batam Tentang Isi Siaran Televisi Singapura dan Malaysia).

Dalam jurnal ini mengkaji tentang bagaimana resepsi khalayak di Batam tentang isi siaran televisi Singapura dan Malaysia Dalam penelitian ini akan digali penerimaan khalayak (informan) mengenai isi siaran televisi Singapura dan Malaysia.


(23)

Analisis resepsi merujuk pada sebuah komparasi antara analisis tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasil interpretasinya merujuk pada konteks seperti cultural setting dan context atas isi media lain.

Paradigma yang mendasari penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Konstruktivis menempatkan ilmu sosial sebagai analis sistematis terhadap socially meaningfull action melalui pengamatan langsung, alamiah, penafsiran tentang pelaku sosial dalam mengelola dunia sosial mereka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Resepsi (Reception Analysis). Dimana dalam penelitian ini informan mempunyai kesempatan yang terbuka dalam menentukan dan mendefinisikan batasan-batasan konsep yang akan dipakai dalam menginterpretasi teks media. Dalam penelitian ini dibutuhkan kedalaman penerimaan yang subyektif dari para informan atas teks media berdasarkan konteks.

Dalam penelitian ini sumber data utama ialah kata-kata yang didapat dari sumber informasi yaitu informan. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih secara purposive berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan Analisis Resepsi Model Encoding/Decoding Stuart Hall.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya. Fenomena ini kemudian ditulis dalam suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah, dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa.


(24)

Peneliti terdahulu menggunakan model encoding/decoding Struart Hall karena penulis terdahulu karena penulis ingin mengungkap fenomena tentang keberagaman penerimaan khalayak di Batam terhadap isi siaran televisi Singapura dan Malaysia. Dikarenakan keberagaman khalayak, model encoding/decoding Stuart Hall terbagi menjadi tiga bagian yang mungkin timbul dari proses decoding, yaitu posisi hegemoni dominan, posisi oposisi dan posisi dinegosiasikan.

Kedua peneliti terdahulu diatas sama-sama membahas tentang reception analysis. Namun jurnal “ Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception

Analysis” membahas secara konseptual teori dan penggunaan reception analysis.

Sedangkan penelitian yang kedua “ Resepsi Masyarakat Terhadap Siaran Televisi Asing (Analisis Resepsi Khalayak di Batam Tentang Isi Siaran Televisi Singapura dan Malaysia)” membahas implikasi dari penggunaan reception analysis. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti saat ini mengambil reception analysis. Karena sesuai dengan permasalahan yang dibahas yakni teks media dalam tayangan FTV (Sinema Pintu Taubat di Indosiar).

2.2 Televisi dalam komunikasi

Komunikasi dapat dikategorikan dalam tiga konseptual yaitu: (1) Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah, yaitu suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk


(25)

menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu. (2) Komunikasi Sebagai Interaksi, dalam pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksireaksi,yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. (3) Komunikasi Sebagai Transaksi, pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi.

Menurut Janowitz, 1968, komunikasi massa terdiri dari atas lembaga dan teknik dari kelompok tertentu yang menggunakan alat teknologi (pers, film, dan sebaginya) untuk menyebarkan konten simbolis kepada khalayak besar, heterogen, dan sangat tersebar. Dalam definisi ini kata komunikasi sering disamakan dengan Transmisi(Transmission) seperti pandangan pengirim dari pada makna utuh yang mencakup pengertian respons, berbagi, dan interaksi. Definisi komunikasi massa juga dibatasi oleh penyamaan dari peroses komunikasi massa dengan alat penyiaran. Kita juga melihat media massa yang sesungguhunya juga memiliki fungsi yang tidak bisa disamakan dengan komunikasi massa (sebaga alat untuk mengisi waktu, sebagi teman, dan sebaginya).

Televisi merupakan salah satu media massa yang paling dikenal oleh masyarakat. Di televisi, masyarakat bisa melihat dan memilih beraneka ragam tayangan dan program yang sudah dikemas dan siap untuk ditonton. Berbagai tayangan dan program dibuat


(26)

semenarik mungkin oleh stasiun TV supaya mendapatkan perhatian dari masyarakat. Dari sinilah lahir berbagai macam jenis program yang menjadi unggulan di setiap stasiun televisi. Setiap stasiun televisi memaksimalkan setiap perkembangan teknologi yang ada untuk meningkatkan tayangan dan programnya, sehingga nantinya program itu akan menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. Di sinilah timbul adanya persaingan antar stasiun televisi di Indonesia yang menuntut penampilan yang bagus dan layak dari setiap tayangan dan program stasiun televisi itu sendiri. Lahirnya puluhan stasiun televisi baru membuat persaingan bisnis televisi menuntut strategi kompetisi yang dibangun berdasarkan pemahaman selera pasar dan idealisme masing-masing stasiun TV. Bisnis televisi ini cukup menjanjikan, walaupun sekarang setiap stasiun TV harus berebutan iklan dengan stasiun TV lain. Televisi sendiri merupakan alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata Tele dan Vision, yang mempunyai arti jauh (tele) dan tampak (vision). Televisi berarti melihat dari jarak jauh1. Kemajuan dan perkembangan pertelevisian terkait dengan kebutuhan manusia akan hiburan, informasi dan pendidikan. Dengan keberadaannya sekarang, TV menjadi salah satu bentuk dari media massa yang paling efektif dibandingkan dengan media massa yang lain. Dengan televisi, manusia mampu mempersingkat ruang dan waktu dalam menyampaikan informasi.( http://id.wikipedia.org/wiki/NTSC )

2.2.1. Komunikasi massa dan khalayak

Komunikasi dalam konteks massa tersebut dilakukan dengan atau tanpa media. Namun, seperti dikatakan Littlejohn, biasanya ini dilakukan dengan memanfaatkan media. Terkait dengan pemanfaatannya, maka ada yang melalui media


(27)

elektronik (televisi,radio), cetak (press, misal suratkabar,majalah) dan belakangan ada yang melalui media on line. Komunikasi dalam konteks massa, atau lazim dikenal dengan komunikasi massa, telah banyak didefinisikan akademisi. Diantaranya dikemukakan Bittner, bahwa komunikasi massa yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (dalam Rakhmat 1985,176). Definisi ini menyiratkan makna bahwa komunikasi massa pada hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh suatu organisasi media massa kepada khalayak luas yang anonim. Littlejohn menyebut proses komunikasi yang demikian dengan konsep media encoding, yaitu proses dimana organisasi media memediakan pesannya kepada khalayak.

Komunikasi merupakan salah satu topik diantara sekian banyak topik lainnya dalam ilmu sosial. Komunikasi massa merupakan bagian dari ilmu komunikasi yang lebih luas, yaitu komunikasi manusia (human communication). Berger dan Chaffe (1987:17) mendefinisikan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang berupa memahami produksi, proses dan efek dari sistem simbol dan tanda dengan mengembangkan teori-teori yang dapat diuji, berisi generalisasi hukum yang menjelaskan gejala-gejala yang berhubungan dengan produksi, proses dan efek. (McQuail 2000 : 9)

Efek komunikasi massa terhadap khlayak terdiri dari tiga macam, yaitu pertama, komunikasi massa akan mempengaruhi kognisi dari khalayak yang berupa pengetahuan. Efek kedua, adalah afeksi yang meliputi perasaan seseorang mengenai sesuatu. Efek ketiga, adalah konasi yang meliputi kecenderungan atau keinginan bertindak dari seseorang individu mengenai sesuatu.


(28)

Mar’at ( dalam Effendy, 1986: 209) menyatakan bahwa cara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap ,pandangan, persepsi, dan perasaan penonton, sikap menurut Mar’at (1981 : 21 ) merupakan suatu predisposisi kecenderungan, kesedihan seseorang untuk bereaksi atau bertingkah laku terhadap suatu objek di lingkungan sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek tersebut oleh karena itu, dalam Mar’at ( 1981: 13) menjelaskan bahwa komponen sikap terdiri dar aspek kognisi,afektif dan konasi.

Pemahaman tentang konsep dasar “the act of communication” dan “communication research” sangat dibantu oleh “rangkaian pertanyaan klasik” dari Harold D. Lasswell yang kemudian menjadi tersohor dengan sebutan Model Lasswell (1948). Model Lasswell meliput lima buah pertanyaan sebagai berikut yaitu:

2. Who, yakni berkenan dengan siapa yang mengatakannya 3. Say What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa 4. In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa 5. To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa 6. With What Effect, yakni berkenaan dengan pengaruh apa


(29)

Tabel 2.2.1 Proses Komunikasi Massa

Who Say what In which

channel

To whom With what effect

Siapa Berkata apa Melalui

saluran apa

Kepada siapa Dengan efek apa

Komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control studies Analisis pesan Analisis media Analisi khalayak

Analisis efek

Model Transmisi memiliki pandangan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman atau transmisi sejumlah informasi atau pesan kepada penerima,dalam hal ini pesan sangat ditentukan oleh pengirim atau sumber pesan,model seperti ini menggunakan definisi sederhana seringkali mengikuti pengamatan Lasswell(1948). ( McQuail 2000 : 52)

2.2.2 Media massa “Televisi”

Pada dasarnya media massa merupakan sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, baik komunikasi personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Pada saat ini media masa telah menjadi suatu kebutuhan hampir pada seluruh masyarakat berbagai lapisan baik pada lapisan atas, tengah, dan bawah. Kebutuhan tersebut bertambah seiring dengan perkembangan informasi yang sedang berkembang pada saat ini.Pemberitaan di media massa khususnya televisi, merupakan


(30)

salah satu sarana untuk menyampaikan berita (pesan) yang paling diminati masyarakat pada umumnya. Penyampaian pesan yang disampaikan kepada penerima pesan (penonton) dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan adanya tampilan audio visual sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas, sehingga hal ini merupakan salah satu nilai positif yang dimiliki media masa televisi.

Akan tetapi, hal tersebut tidak hannya memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat (penonton). Jika pesan-pesan yang disampaikan oleh media masa televisi tidak sesuai dengan aturan-atuaran penyiaran yang telah ditetapkan dan dikemas dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah peningkatan tindak kriminalitas yang terjadi di masyarakat.

Dengan bertambah banyaknya stasiun televisi, pihak-pihak pengusaha televisi menganggap tentunya hal ini akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang hannya mementingkan ratting. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat. Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di


(31)

berbagai jenis tayangan yang dikemas dalam film, film, dan berita. Salah satu bentuk pemberitaannya adalah pemberitaan kasus kriminalitas seperti Patroli, Buser, Sergap, dan sejenisnnya. Penayangan adegan kekerasan semacam ini disinyalir termasuk kekerasan media (media violence).

Teori kultivasi (cultivation) dikembangkan untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap, dan nilai-nilai orang. Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan oleh George Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di University of Pennsylvania (Gerbner, Gross, Morgan, dan Signorielli, 1980). Menurut Gabner dalam penelitiannya bahwa masyarakat terbagi menjadi dua yaitu pemirsa penonton TV “berat” dan “ringan”. Pemirsa berat adalah mereka yang menonton TV lebih dari 4 jam dalam sehari, sedangkan pemirsa penonton TV ringan adalah mereka yang menonton TV kurang dari satu hari. Riset awal yang mendukung teori kultivasi didasarkan pada perbandingan antar pemirsa “berat” televisi dan pemirsa “ringan” televisi. Tim Gerbner menganalisis jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam survey dan menemukan bahwa pemirsa “berat” televisi dan pemirsa “ringan” televisi pada umumnya memberikan jawaban yang berbeda. Selanjutnya, pemirsa “berat” televisi sering memberikan jawaban yang lebih dekat dengan dunia yang digambarkan dalam televisi. (http://Eprint.undip.ac.id )

2.2.3 Khalayak Media Massa

kalayak media berlaku universal dan secara sederhana diartikan sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media. Kumpulan ini


(32)

disebut sebagai khalayak dalam bentuk yang paling dikenalidan versi yag diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Calusse (1968) menunjukkan beberapa kerumitan untuk membedakan beberapa kadar keikutsertaan dan keterlibatan khalayak.

1. Khalayak pertama dan tersebar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu.

2. Khalayak kedua merupakan khalayak yang menerima hal-hal yang ditawarkan dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler. Pembeli surat kabar dan sebagainya.

3. Khalayak ketiga adalah khalayak yang mencatat penerimaan isi pesan masih dalam bagian lebih kecil yang mengedepankan pesan yang ditawarkan .

Teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung pada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digaris bawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media .

Menyimak bagaimana organisasi media berhubungan melalui proses encoding media dengan khalayak berdasarkan penjelasan teori agenda setting di atas, kiranya memberikan pengertian bahwa khalayak media diasumsikan organisasi media sebagai individu pasif dalam proses komunikasi massa; dengan kepasifannya individu public dengan sendirinya terarahkan mengkonsumsi pada isi media tertentu yang ditonjolkan dan ditajamkan organisasi media. Pengertian ini, di sisi lain juga


(33)

mencerminkan penjelasan mengenai bagaimana fenomena tentang the relationship between audience and text dalam keterkaitannya dengan organisasi redaksi media.

2.2.4 Televisi di Indonesia

Media massa merupakan salah satu alat pendukung masyarakat dalam mendapatkan informasi, edukasi, opini hiburan dan ilmu pengetahuan. Dalam mencukupi kebutuhan khalayak tersebut, media massa umumnya selalu aktif dalam memproduksi informasi yang cepat, hangat dan orisinil.

Melalui komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan kepada orang banyak di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan. Untuk sampai ke khalayak, pesan-pesan komunikasi tersebut harus melalui saluran-saluran yang disebut dengan istilah media massa. Media massa dibagi menjadi dua bagian yaitu media cetak dan media elektronik (Ardiyanto&Erdiana, 2005:98).

Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan lain-lain. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari radio, film, televisi dan lain-lain. Dari berbagai jenis media massa di atas, media televisi yang menjadi media massa yang sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia. Dewasa ini industri penyiaran (Broadcasting) televisi di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Saat ini sudah banyak perusahaan televisi yang ada di Indonesia yaitu pada tahun 2011 sebanyak 11 stasiun televisi swasta nasional dan 157 stasiun televisi swasta lokal. Hal tersebut membuat Industri penyiaran televisi di Indonesia telah mencapai tingkat persaingan yang tajam, sehingga dibutuhkan strategi yang baik untuk


(34)

memenangkan persaingan. Keberhasilan dan kesuksesan media penyiaran ditopang oleh tiga pilar utama yaitu program, pemasaran dan teknik produksi.

Kehadiran televisi telah membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Televisi merupakan salah satu media yang memiliki kecepatan yang tinggi dalam menyebarkan pesan dan informasi Televisi saat ini digunakan untuk menyampaikan pesan kepada semua kalangan masyarakat. Setiap masyarakat secara langsung akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan tanpa membutuhkan waktu yang lama. Di sinilah peranan televisi demikian penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Televisi merupakan konsumsi masyarakat luas, baik kalangan atas, menegah hingga bawah sekalipun. Media ini bersifat adaptif, yang artinya program yang ditayangkan di televisi selalu mengadaptasi dengan kondisi dan keinginan masyarakat. Tidak dipungkiri program yang ditayangkan memiliki dampak yang cepat dan besar bagi kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya konsumsi masyarakat akan media ini setiap harinya. Segala jenis program yang dicari oleh masyarakat ada dalam setiap tayangan televisi setiap harinya. Saat ini televisi bukan hanya merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi masyarakat itu sendiri yang membutuhkan televisi untuk memenuhi kebutuhanya setiap hari. Setiap orang seperti “terhipnotis” seketika untuk menyaksiksan program yang ada di televisi. Bahkan hal ini berdampak pada kebiasaan ibu rumah tangga menonton televisi yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari-harinya.

Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini semakin berkembang pesat. Dunia pertelevisian telah memberikan pengaruh terhadap system kehidupan sebagian besar masyarakt Indonesia saat ini. Sampai saat ini saja, Indonesia telah


(35)

memiliki sebelas stasiun televisi nasional yang terdiri dari, Rajawali Citra Televisi Indonesia(RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sekarang menjadi MNCTV, Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV, Trans7, Metro TV, Tv One dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal.

Televisi merupakan salah satu media yang menampilkan audio dan visual yang merupakan salah satu kelebihan dari media ini menjadi lebih mudah dipahami setiap program yang ditampilkann. Selain mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsanya yang sehingga seolah-olah khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu.

Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk menonton program-program acara televisi merupakan salah satu factor utama setiap stasiun televisi berlomba-lomba memberikan sebuah tayangan yang dapat menarik masyarakat untuk menonton. Setiap harinya, masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta tersebut. Berbagai macam program acara televisi telah ditayangkan oleh stasiun televisi bagi pemirsanya, mulai dari film, kuis, talkshow, variety show, komedi situasi (sitkom), program berita, program olahraga, infotainment sampai reality show. Program- program yang ditayangkan tersebut dapat membuat pemirsanya terhipnotis untuk


(36)

terus menerus di depan televisi menunggu program kesayangannya. (http://eprints.undip.ac.id)

2.2.5 Dampak kehadiran televisi

Perkembangan teknologi telah membawa kita pada era komunikasi massa sejak ditemukannya mesin cetak Guttenberg efefyang memungkinkan diproduksinya buku-buku secara massal sampai mencapai puncaknya setelah ditemukannya internet. Penemuan Guttenberg mendorong terbitnya surat kabar pertama. Setelah revolusi industri dan teknologi, listrik yang memacu energi pabrik dan transportasi, melandasi muncul dan berkembangnya radio, film, dan televisi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan teknologi informasi yang multimedia seperti jaringan internet.

Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa luas sempitnya ruang kehidupan seseorang, yang awalnya ditentukan pada kemampuan baca tulis, selanjutnya ditentukan oleh seberapa banyak ia bergaul dengan media massa. Artinya media memiliki pengaruh yang signifikan pada kehidupan manusia.


(37)

Sejauh mana dampak media terhadap khalayaknya memang masih menjadi bahan perdebatan. Elisabeth Noelle-Neumann adalah salah satu sarjana yang menganut konsep efek perkasa media massa. Ia menyebutkan bahwa media massa bersifat ubiquity, artinya serba ada. Media massa mampu mendominasi lingkungan informasi dan berada di mana-mana. Karena sifatnya yang serba ada, agak sulit orang menghindari pesan media massa. Sementara Richard T. La Pierre berpendapat bahwa media massa baru akan benar-benar berpengaruh jika sebelumnya ia berhasil menjalin kedekatan dengan khalayaknya.

Untuk itu diperlukan pendekatan lain dalam melihat efek (dampak) media massa. Selain berkaitan dengan pesan dan media itu sendiri, menurut Steven M. Chaffee, pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa – penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa – individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.

Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda dan terpelajar pada umumnya dianggap memiliki akses terhadap media lebih banyak dibandingkan masyarakat biasa. Berbagai studi juga berkesimpulan bahwa secara umum orang berpendidikan lebih banyak menggunakan media, meskipun ada variasi untuk media tertentu. Penggunaan koran berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, demikian pula dengan majalah dan buku. Meskipun demikian, tingkat pendidikan ternyata tidak banyak berhubungan dengan pemilihan media elektronik atau media siaran.


(38)

Namun harus diakui bahwa budaya minat baca di Indonesia masih tergolong rendah, apalagi buku lebih mahal dibandingkan media jenis lainnya. Media elektronik lebih dekat dengan masyarakat kita, tak terkecuali mahasiswa, yang menyebabkan pengaruhnya jauh lebih besar dibandingkan media cetak.

Fakta yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa khalayak tidaklah pasif. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya (uses and gratification).

Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan dengan penerimaan sinyal televisi yang lebih bagus menunjukkan adanya tingkat partisipasi kegiatan sosial yang lebih rendah. Artinya, orang lebih suka menonton televisi daripada terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan tersebut juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih tinggi di antara penduduk yang berakibat pada lesunya kerjasama perekonomian dan perdagangan.

Rumah produksi ingin membuat acara berbiaya rendah tapi laku keras. Orientasi komersial jadi prioritas ketimbang kualitas acara. Karenanya wajar jika film dan (un)reality show masih menjadi primadona. Sekali film digemari, sekuelnya segera dibuat—-karena risikonya lebih kecil daripada harus membuat judul baru. Ketika Playboy Kabel dianggap sukses, maka Katakan Cinta, Truk Cinta, Cinta Monyet, Mak Comblang, Cinta Lokasi, Backstreet, Pacar Pertama, Harap-harap Cemas, Termehek-mehek, dan sebagainya langsung mencuat.

Jadilah kemudian lingkaran setan yang susah diputus. Produser membuat acara berdasar rating. Rating dibuat karena basis jumlah penonton. Rating acara-acara semacam itu biasanya cukup tinggi yang berarti bahwa masih banyak masyarakat


(39)

Indonesia yang “bandel” menonton acara semacam itu. Kalau acara-acara semacam itu masih menjamur, artinya harus diakui bahwa selera mayoritas masyarakat kita masih begitu rendah.

Sebaliknya, mungkin ada juga orang-orang dunia hiburan yang ingin membuat tayangan berkualitas namun lagi-lagi terbentur rating. Serial Arisan atau Jomblo mungkin cukup seru dan bermutu, namun harus bubar jalan. Barangkali ada yang pernah berniat membuat acara seperti Animal Planet atau National Geography namun terbentur biaya tinggi dan rating yang rendah.

Ini memang sudah menjadi pembodohan terselubung yang dilakukan secara berjamaah. Kalau sudah begini, solusinya cuma dua. Pertama, sebisa mungkin minimalkan waktu Anda dan keluarga untuk menonton televisi dan batasi hanya untuk program-program tertentu saja. Kedua, pemerintah mustinya lebih keras membatasi tayangan televisi. Misal, 40% tayangan televisi harus bersifat edukatif dan film dan infotainment masing-masing hanya boleh 20% dan 5% saja.

( http://pran/media/470-kehadiran-mediadampaknya.htmlomosinet.com/hiburan )

2.2.6 Budaya Dan Media

Ada sejumlah besar karya dalam kajian budaya dan media yang teoretis dan tidak empiris. Teori dipahami sebagai narasi yang bertujuan memilah-milah dan menguraikan ciri-ciri umum yang mendeskripsikan, mendefinisikan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terus-menerus muncul. Teori tidak bisa memotret dunia realitas secara akurat,teori hanyalah sebuah alat, instrumen atau logika untuk mengatasi dunia realitas melalui mekanisme deskripsi, definisi, prediksi dan kontrol.


(40)

Konstruksi teori adalah usaha diskursif yang sadar-diri (self-reflexive) yang bertujuan menafsirkan dan mengintervensi dunia realitas. Konstruksi teori melibatkan pengkajian konsep dan argumen-argumen, seringkali juga pendefinisian-ulang dan mengkritik hasil kerja sebelumnya, untuk mencari alat-alat baru yang digunakan untuk berpikir/memahami dunia realitas. Hal ini mendapat tempat yang tinggi dalam kajian budaya dan media.

Studi kultural atau cultural studies merupakan kelompok pemikiran yang memberikan perhatian pada cara-cara bagaimana budaya dihasilkan melalui perjuangan di antara berbagai ideologi (littlejohn, 2005:324 ). Studi kultural memberikan perhatiannya pula pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompokdominan dan berkuasa.

Tradisi pemikiran cultural studies bermula berkarya Richard Hoggrat dan juga Raymond Williams pada tahun 1950-an, yang meneliti kaum pekerja di ingris usai perang Dunia II (Richard, 1957). Namun, dewasa ini, nama Stuart Hall adalah adalah yang paling sering diasosiasikan dengan aliran pemikiran ini (Hall, 1981). Menurut Hall, media adalah instrumen kekuasaan kelompok elit dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah pemikiran itu efektif atau tidak. Studi kultural menekankan pada gagasan bahwa media menjaga kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas masyarakat, sementara mereka yang kurang berkuasa menerima apa saja yang disisakan kepada merfeka oleh kelompok yang berkuasa.

Kajian budaya dan media dalam ranah efistimologi masih bersifat umum.Ia hidup dalam belantara diantara ilmu pengetahuan humaniora lainnya.Namun kajian


(41)

ini berupaya menggabungkan teori-teori budaya dan media secara kritis. Membahas media dalam perspektif budaya, adalah memahami cara-cara produksi budaya dalam pertarungan ideologi. Sebagai kajian lintas disiplin dan bertolak dari perspektif ideologis, maka kajian budaya dan media (cultural studies and media) secara kritis akan mengkaji proses-proses budaya alternatif pada media dalam menghadapi arus budaya. Secara lebih spesifik adalah untuk memahami apa yang menyebabkan budaya alternatif itu tumbuh atau atas ketidak berdayaan dalam menerima arus budaya global, dari kemajuan teknologi informasi.

Kajian budaya dan media (cultural studies and media) sering disebut sebagai wilayah kajian multi-disiplin. Artinya kajian yang dimaksud lebih mengakar pada lintas disiplin ilmu humaniora. Kajian tersebut merupakan sebuah fenomena pascamodern dalam dunia akademis tentang mengaburnya batas-batas antar-disiplin ilmu.Jika dilihat dari sudut pandang nominalis disiplin’sebenarnya konsep ini hanyalah merupakan istilah untuk melegitimasi metode dan teori-teori dalam kajian yang bersangkutan.Kajian ini lebih melihat berbagai persoalan media dari perspektif budaya. Relasi kajian budaya dan media dengan kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan lebih banyak merepresentasikan kondisi kelompok-kelompok sosial masyarakat yang terpinggirkan. Terutama kelompok-kelompok kelas, gender dan ras (tapi juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dsb) pada kultur tertentu. Kajian budaya dan media (cultural studies and media) merupakan sebuah bangunan teori yang dihasilkan para pemikir yang menganggap produksi pengetahuan teoritis sebagai suatu praktik politis. Pada konstelasi ini pengetahuan tidak pernah dipandang sebagai sebuah fenomena yang bersifat netral atau objektif. Setiap fenomena


(42)

senantiasa di lihat sebagai persoalan posisional, yaitu persoalan dari mana, kepada siapa dan dengan tujuan apa seseorang bicara. Ciri kajian budaya dan media yang di anggap menonjol, di antaranya persoalan diskursif yang selalu mengedepan di lingkungan masyarakat kontemporer. Apa yang dimaksud dengan kajian budaya dan media adalah sebuah medan nyata di mana praktik dan representasi ”media” selalu di lihat dari sudut pandang perspektif budaya popular. Budaya itu sendiri merupakan bentukbentuk kontradiktif akal sehat yang sudah mengakar pada dan ikut membentuk kehidupan sehari-hari (Hall, 1996: 439). Budaya berkaitan dengan makna-makna sosial, yaitu beragam cara yang lazim di gunakan untuk memahami dunia. Meski demikian, maknamakna sosial itu tidak dengan sendirinya berada di luar konteksnya. Melainkan makna-makna itu muncul lewat tanda,maupun petanda dalam bahasa.

Dalam kajian budaya dan media selalu berargumen bahwa bahasa bukan sebuah medium yang netral tempat dibentuknya makna yang bersifat objektif dan independen. Bahasa justru terlibat dalam pembentukan makna dan pengetahuan tersebut. Bahasa memberi makna pada objek-objek material dan praktik-praktik sosial yang dibuat menjadi tampak. Dari bahasa tersebut bisa kita pahami berbagai istilah-istilah dan simbol simbol lainnya guna mereproduksi makna makna. Proses-proses produksi makna ini disebut praktik-praktik penandaan (signifying practices), mempelajari kajian budaya dan media sama halnya dengan meneliti bagaimana makna diproduksi secara simbolik dalam bahasa sebagai ‘sistem penandaan’ dalam budaya popular. Media sebagai sebuah industri budaya modern yang di dalamnya mengandung makna komodifikasi ekonomi komersial sudah memenuhi katagori sebagai budaya popular pada lazimnya. Sebagai budaya popular, yang mendapat


(43)

perhatian lebih dalam kajian budaya dan media, maka ”media” merupakan salah satu medan di mana budaya popular itu terbentuk. Untuk memahami kekuasaan dan kesadaran terbentuknya budaya media, ada dua konsep yang sering digunakan dalam teksteks kajian budaya dan media.

2.3 Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak Aktif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). Ibu Rumah Tangga memiliki lebih banyak waktu di rumah sambil mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ibu rumah tangga merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Sekarang ini di tiap rumah hampir selalu ada minimal satu unit televisi. Bisa diletakkan di kamar, ruang keluarga, bahkan di dapur. Televisi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari audiensnya. Konten atau tayangan televisi juga seringkali menjadi bahan obrolan di saat audiens sedang berkumpul dengan keluarga juga dalam lingkungan lainnya.

Hal yang sangat berbeda dengan saat ini. Sekarang, televisi bukanlah hal yang mahal lagi. Setiap orang mampu membelinya. Hampir di setiap rumah saat ini terdapat televisi di dalamnya. Bahkan tak hanya satu. Beberapa darinya memiliki dua hingga tiga televisi di dalamnya, atau mungkin ada yang memiliki lebih dari jumlah itu. (http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php ).


(44)

Manusia sebagai makhluk sosial diciptakan dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Dikatakan laki-laki karena secara struktur fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sedangkan perempuan karena secara struktur fisik lebih lemah.

Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu yang paling utama adalah bahwa perempuan mengalami haid, mengandung dan melahirkan anak. Karena adanya faktor fisik inilah pada akhirnya seorang perem,puan akan menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdiri dari bapak,ibu dan anak.

Salah satu peran dari anggota keluarga sebagai ibu rumah tangga dan ibu bagi anak-anak. Ibu merupakan sebutan bagi p;erempuan yang telah melahirkan seorang anak. Peran ibu merupakan salah satu dari peran seorang perempuan dalam kehidupan. Ibu dalam suatu keluarga mempunyai tugas membesarkan, mendidik seorang anak. Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan dengan seorang anak kedunia. Kata-kata pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang anak dalah cerminan dari ajaran seorang ibu.

Sebagai perempuan seorang ibu dalam kehidupan rumah tangga mempunyai peran sebagai ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah mengurus rumah tangga saja, dimana secara umum ibu mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan mendidik anak-anaknya. Menurut Mulyana (1997 : 115). Ibu rumah tangga adalah wanita yang sudah bersuami (menikah) yang mengatur penyelenggaraan rumah tangga. Pekerjaan rumah yang dimaksud misalnya, memasak, mencuci pakaian, menyetrika baju dan


(45)

lain sebagainya. Dapat disimpulakan bahwa ibu rumah tangga dapat berjalan secara baik dan harmonis.

Pada setiap proses komunikasi selalu ditunjukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan disampaikan oleh komunikator. Komunikator atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontrak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai jenis, anatara lain : jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainnya.(effendy, 1993 : 25)

Ibu rumah tangga dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Ibu rumah tangga biasa, tidak memiliki kesibukan selain kegiatan rumah tangga. 2. Ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu dan/atau aktif dalam kegiatan lain (sosial).

3. Ibu rumah tangga yang bekerja full-time dan/atau aktif dalam kegiatan lain (sosial). Ibu rumah tangga masih merupakan khalayak potensial terbesar bagi televisi. Sebelumnya khalayak ini dibidik karena posisinya sebagai penentu pembelian produk yang diiklankan televisi dan lebih banyak di rumah mengerjakan pekerjaan domestik sambil ‘menonton’ televisi (Nielsen Media Research, Media Index 2004). 50 Saat ini ibu rumah tangga yang aktif di luar rumah juga dianggap berpotensi. Kebutuhan mereka akan hiburan dan informasi sepulang beraktivitas menjadi potensi tersendiri bagi televisi.


(46)

Konteks sosial khalayak berperan penting dalam proses penerimaan. Dalam hal ini perempuan dalam kondisi sosial yang mengabdi pada suami dan keluarga merasa bahwa dengan membaca novel maka mereka memiliki ruang tersendiri. Mereka membaca novel roman sebagai pengakuan atas hak-hak dan harga diri mereka, sehingga mendapatkan kepercayaan diri agar lebih berani dalam menghadapi tuntutan suami (keluarga) dan mengemukakan keinginannya atas posisi yang seimbang dalam perkawinan maupun keluarga.

Komunikasi dapat berjalan efektif apabila ibu rumah tangga terpikat perhatianya, tertarik minatnya , dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dalam hal ini juga tidak lepas dari keaktifan komunikator dalam memilih media sebagai acuan alternatifnya.

2.4 FTV (Film Televisi) Indonesia

Dunia pertelevisian di Indonesia, dalam dua dasawarsa terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimulai oleh RCTI sebagai stasiun televise swasta pertama di Indonesia (24 Agustus 1989) mendampingi stasiun pemerintah TVRI yang sudah ada sejak 17 Agustus 1962, hingga kini Indonesia memiliki 10 stasiun telivisi swasta nasional serta tidak menutup kemungkinan munculnya TV-TV swasta baru di masa yang akan datang. Munculnya TV-TV swasta baru juga berimbas pada semakin menjamurnya rumah-rumah Produksi (Production House) yang menjadi pemasok acara bagi TV swasta tersebut. Setidaknya terdapat 500 Rumah Produksi tersebar di seluruh Indonesia, dimana 317 diantaranya tergabung dalam Asosiasi Rumah Produksi Indonesia, ARPI (www.cakram.com/mei00.htm).


(47)

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas film. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Contohnya di SCTV terdapat plot acara Gala sinema, di Trans TV ada plot Bioskop Trans TV dalam negeri dan masih banyak plot acara lain yang sejenis di stasiun televisi di Indonesia. Di Indonesia sendiri film televisi sangat digemari terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi dengan tema religius.

Perbedaan film televisi (FTV) dengan film layar lebar adalah:

1. Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produsi untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di bioskop. 2. Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar. 3. Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar.

4. Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat menonton film televisi.

Di Indonesia telah diproduksi banyak film televisi (FTV) yang diproduksi dalam kurun waktu tahun 1995 sampai sekarang. Kebanyakan tema yang diangkat adalah percintaan. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi#)


(48)

2.4.1 Film Televisi Sinema Pintu Taubat

Sebuah film bertajuk FTV selama 2 jam ini merupakan drama tentang kehidupan kisah nyata dari sebuah keluarga dimana didalamnya penuh dengan pesan moral yang disuguhkan dengan tema religi nya yang kental , menemani istirahat pemirsa indosiar "Sinema Pintu Taubat" dengan episode episodenya yang setiap harinya berganti judul dan tayang pada pukul 12.00 WIB.

Sinema pintu taubat siang ini banyak menceritakan kehidupan rumah tangga yang penuh konflik dan menciptakan dampak. Dimana judul-judul tersebut bertema religi , penganiyayaan dan kekerasan dalam rumah tangga seperti sebagian judul sebagai berikut :

Dan ada juga, Anakku Ditukar Anak Cacat, Tukang Odong-Odong Naik Haji, Ibu, Kenapa Benci Aku,Ayah, Jangan Ajari Aku Mencuri, Aku Pembantu Ayahku, Anakku Musuhku, Suami Cacat Yang Teraniaya, Menantuku Budakku, dll.

Singkat cerita, film televisi ini bernilai religi yang menggambarkan kehidupan dalam sehari-hari rumah tangga contohnya poligami, selingkuh, hamil diluar nikah, perceraian, kekerasan, kriminal, pembunuhan, penganiyayaan. Dan juga adanya perbandingan duniawi atau materi dimana perbedaan kehidupan orang kaya dan orang miskin sangat terlihat perbedaannya.

Dalam cerita film ini setiap harinya berbeda judul namun isi alur ceritanya terkadang sama dimana dari akhir cerita dalam perannya sesorang akan mempertanggung jawabkan atas semua perbuatannya,maka seseorang yang berbuat jahat akan mendapat azab atau balasan sedangkan sebaliknya seseorang yang religius


(49)

dan baik akan mendapatkan hikma dan balasan yang baik pula. Banyak pesan moral yang terkandung di dalam film sinema pintu taubat siang.

2.5 Reception Analysis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah RECEPTION ANALYSIS Meskipun teori uses and gratification menyimpulkan bahwa khalayak bukan hanya aktif namun teori ini mengabaikan fakta tentang masyarakat memilih media sesuai dengan kebutuhan, tetapi juga aktif memberi makna pada seluruh isi materi pesan media (meaning making). Akibat terabaikannya fakta tentang pemberian makna terhadap isi pesan media, maka pendekatan baru terhadap menganalisa masyarakat. Reception Analysis adalah sebuah istilah untuk melingkupi beragam bentukdari studi kualitatif dari penelitian khalayak, yang menyatukan ilmu sosial dan perspektif kemanusiaan pada penerimaan. Analisis resepsi merupakan sebuah “pendekatan kulturalis” dimana makna media dinegosiasikan oleh individual berdasarkan pengalaman hidup mereka. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual.

Penelitian resepsi merupakan perbandingan antara diskursus media dengan diskursus khalayak. Penelitian ini mempertimbangkan setting “context” historis dan kultural yang mempengaruhi penerimaan. Sebagai respon dari studi tekstual, penelitian resepsi berpendapat bahwa khalayak media massa harus diteliti sebagai suatu kondisi sosial yang spesifik untuk dianalisis.

Reception Analysis digunakan untuk memaknai pendapat khalayak media. Daimana analisis ini memberikan sebuah makna atas pemahaman


(50)

media(cetak,elektronik,internet), dengan mengetahui dan memahami apa sebenarnya karakter dari teks media yang dibaca masyarakat itu sendiri.

Menurut reception analysis, khalayak adalah partisipan aktif dalam membangun dan menginterprestasikan makna atas apa yang mereka baca, dengar dan lihat sesuai dengan konteks budaya. Isi media dipahami sebagai bagian dari sebuah proses. Menurut riset khalayak dari struart Hall (1973) seperti yang dikutip oleh Baran (2003 ; 269) reception analysis ini memiliki perhatian secara langsung dalam analisi konteks sosial dan politik dimana encoding serta decoding merupakan kehidupan sehari-hari. Analisis ini mengfokuskan terhadap proses ini seorang individu mencoba memaknai dan memahami makna atas text media dan menginterprestasikan isi medianya.

Teks media biasanya mengarahkan penerimaan khalayak ke arah yang diinginkan. Untuk mengetahui makna dominan yang ditawarkan oleh media, kita bisa melakukan analisis struktur internal dari teks. Khalayak mungkin melakukan pembacaan alternatif yang berbeda dengan penerimaan yang ditawarkan oleh media. Biasanya perbedaan penerimaan muncul karena perbedaan posisi sosial dan/atau pengalaman budaya antara pembaca dan produsen media. Menurut Hall (di dalam O’sullivan et al. 1994), terdapat tiga tipe utama dari penerimaan atau pembacaan khalayak terhadap teks media:

1. The dominant-hegemonic; terjadi jika seseorang atau sekelompok orang melakukan penerimaan sesuai dengan makna dominan (preferred reading) yang ditawarkan oleh teks media.


(51)

Pembaca dikatakan the dominant-hegemonic apabila pemakna program acara tersebut sejalan dengan kode-kode program (yang didalamnya terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan dan asumsi) dan secara penuh menerima makna yang disodorkan dan dikehendaki oleh si pembuat peogram.

2. The negotiated reading; mengakui legitimasi dari kode dominan, tapi mengadaptasi pembacaan sesuai kondisi sosial mereka.

Pembaca dikatakan negotiated reading apabila pemakna memiliki batasan-batasan tertentu dan sejalan dengan kode-kode program, pada dasarnya menerima makna yang disodorkan oleh si pembuat program namun memodifikasikannya sedemikian rupa sehingga mencerminkan posisi dan minat-minat pribadinya.

3. The oppositional reading, yang menghasilkan pembacaan radikal terhadap teks atau yang berlawanan dengan preferred reading.

Pembaca dikatakan The oppositional reading pembaca tidak sejalan dengan kode-kode program dan menolak makna atau pembacaan yang disodorkan, dan kemudian menentukan frame alternatif sendiri di dalam menginterprestasikan pesan progam.

2.6 Kerangka Berfikir

Berdasarkan apa yang telah peneliti uraikan dari topik pembahasan tentang Reception Analysis ibu rumah tangga terhadap film sinema pintu taubat siang di Indosiar, maka peneliti menyimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut :


(52)

Film merupakan salah satu media massa yang berpotensial dalam memberikan informasi terhadap penontonnya. Sayangnya seringkali film indonesia di indonesia di dominasi oleh film-film yang tidak kreatif dan hanya mengandalkan sensasi artisnya dalam promosi filmnya tanpa memperdulikan kualitas film tersebut. Seperti dalam sinema pintu taubat di indosiar ini isi cerita yang disampaikan pada cenderung mirip dari hari kehari walaupun sinema tersebut judulnya setiap hari berubah.

Sinema pintu taubat di indosiar memiliki 3 progam tayang yaitu: sinema pagi , sinema pintu taubat siang ,dan sinema sore. Ketiga progam acara film televisi tersebut sama. Namun peneliti memilih fokus pada satu program sinema pintu taubat siang, karena film ini tayang pada pukul 12.00 WIB maka peneliti memilih responden ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Film ini selalu menceritakan tentang fenoma kehidupan di dalam rumah tangga yang memiliki masalah yang akan bedampak negatif atau positiv, dimana film itu menampilkan perbedaan antara si miskin dan si kaya, orang baik dan orang jahat atau kekerasan dan penganiyayaan dalam kehidupan rumah tangga.

Maka ibu rumah tangga yang menonton atau mengkonsumsi film tersebut apakah dapat menerima atau tidak dengan adanya isi cerita film yang seperti itu. Namun film tersebut membawa suasana religi yang kuat.

FTV(Indosiar) sinema pintu taubat siang       

Pemaknaan khalayak oleh media  dominant-hegemonic negotiated reading oppositional reading Media televisi


(53)

(54)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena komunikasi dengan cara mengumpulkan data dengan wawancara sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan banyaknya narasumber, bahkan narasumber dari peneliti ini sangat terbatas kepada orang yang mengetahui dan memahami tentang fenomena yang sedang diteliti.

Dalam peneliti ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angks. Dan data dari penelitian ini berasal dari naskah wawancara,catatan lapangan,dokumen pribadi,foto dll.

Dapat disimpulkan bahwa peneliti ini bertujuan untuk mendalami atau memahami fenomena yang sedang terjadi dan tidak memandang bahwa sesuatu itu terjadi karena memang demikian keadaanya.

Disamping menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti ini juga menggunakan studi Reception analysis yang menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media. Selain itu studi reception analysis ini juga mengfokuskan pada pengalaman dan pemirsaan khlayak terhadap media yang dimaknainya secara konseptual khlayak mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan.


(55)

Dan dalam konteks ini, melihat individu sebagai pengkonsumsi teks media ketika berhubungan dengan media, (Hadi:2009)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama dan untuk mengetahui bagaimana tingkat penerimaan masyarakat kususnya ibu rumah tangga terhadap Film Cinema Pintu Taubat Di Indosiar.

3.2 Definisi Penelitian

3.2.1 Reception Analysis

Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual di mana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan budaya khalayaknya.

Ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “ the collection, analysis, and interpretation of reception data “ ( Jensen, 1999: 139) . Ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pertama, mengumpulkan data dari khalayak. Data bisa diperoleh melalui

wawancara mendalam (baik individual maupun kelompok). Dalam uraian ini lebih ditekankan perolehan data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus group interview, sebagaimana pernah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam


(56)

wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada “wacana yang berkembang setelah diantarai media di kalangan pemirsa”, artinya, wawancara berlangsug untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.

2. Kedua, menganalisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman proses

jalannya focus group discussions (FGD). Setelah wawancara dan FGD sebagaimana langkah pertama di atas dilakukan maka, tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang di dalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan, pertanyaan, komentar dsb. dari peserta diskusi. Dalam tahap ini peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana lazimnya dipakai dalam studi literer untuk menelaah makna-makna intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik pola ketidaksepakatan pendapat di antara peserta dan sebagainya yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosio kultural peserta diskusi.

3. Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman

bermedia dari khalayaknya. Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru


(57)

mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya

Dalam penelitian ini , receptin analysis dimaksud adalah penerimaan ibu rumah tangga terhadap film televisi sinema pintu taubat yang memberikan pengaruh bagi khalayaknya. Selain itu ibu rumah tangga adalah khalayak paling aktif dikarenakan film tersebut menceritakan fenomena kehidupan keluarga.

3.2.2 FTV Sinema Pintu Taubat Siang Indosiar

Film televisi bahasa Inggris: television movie atau lebih sering dikenal sebagai FTV adalah jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta dan agama. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi )

Film televisi sinema pintu taubat siang indosiar merupakan salah satu judul FTV indosiar yang tayang pada pukul 12.00 WIB siang yang kususnya ditampilkan sebagai sinema religi hiburan keluarga. Sinema pintu taubat merupakan salah satu FTV bertema religi atau menceritakan fenomena keagamaan. FTV indosiar ini tayang setiap hari dan berganti-ganti judul. Film ini diperankan oleh Jill Gladys, Ryan Delon Simatupang, Geordina, Lina Budiarti, Dll. Hamid M Nur Collection. Pemeran dari film ini dari hari kehari sama hanya saja berganti-ganti peran sesuai dengan judulnya. Film ini di produksi oleh Indekreasi Sinema dengan soundtrack lagu religi salah


(58)

satunya”opick-bila waktu tlah berakhir” perekam suara dikelola oleh 78:23 PT Aquarius Musikindo.

Film televisi ini banyak menceritakan tentang kehidupan rumah tangga yang penuh kekejaman adanya penganiyayaan anak,orang tua, pembantu, kekerasan, pemerkosaan anak,pembantu, pembunuhan, perselingkuhan, perceraian, hamil diluar, poligami, kesombongan, kikir, keserakahan dan membedakan antara si kaya dan si miskin. Dan juga ada sebaliknya film ini menggambarkan manusia atau seseorang yang beriman dan taat beragama misalnya rajin sholat, mengaji, rendah hati, sabar dan dermawan, wanita yang taat beragama, patuh pada suaminya dan menyayangi anak-anaknya. Dalam film tersebut menceritakan fenomena kehidupan dalam sehari-hari yang menggambarkan balasan (azab) dari tuhan secara langsung sesuai dengan perbuatannya masing-masing.

Contoh sinopsis dari dua judul sebagian film sinema pintu taubat yang melibatkan kasus-kasus didalam rumah tangga misalkan Suami Cacat Yang Teraniaya dan Aku Lupa Jadi Ibu.(lampiran 1)

Dalam penelitian ini, akan dibahas seputar pengaruh khalayak dari sinema pintu taubat, serta penerimaan ibu rumah tangga atas isi jalan cerita film religi tersebut yang mengandung dampak positif dan negatif dalam kehidupan berumah tangga yang di cerminkan oleh film tersebut sehingga nantinya ibu rumah tangga tersebut menerima atau tidak perihal tersebut. selain itu peneliti juga mencari awal ketertarikan ibu rumah tangga dalam menonton sinema religi.


(59)

3.3 Kriteria Informan

Narasumber dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga ysng berumur 17-50 tahun. Rentang usia ini dipilih karena sesuasi dengan segmentasi penonton film sinema pintu taubat indosiar. Peneliti memilih usia tersebut dikarenakan dipercaya mampu menerima pesan media dan mampu menceritakan isi film tersebut saat peniliti melakukan wawancara pada nara sumbernya. Pengambilan data diambil dari 6 ibu rumah tangga sebagai nara sumber yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan sehingga akan memudahklan peneliti meneliti fenomena ini.

Faktor-faktor penentuan pemilihan narasumber dalam penelitian ini adalah

1. Ibu rumah tangga yang biasanya menonton sinema pintu taubat di indosiar minimal menonton dua kali.

2. Ibu rumah tangga domestik. 3. Usia 17- 50 tahun.

4. Pendidikan. Yang berlatar belakang pendidikan akhir mulai SMP, SMA, DAN S1. Karena narasumber diharapkan memiliki kemampuan penyampaian pendapat dengan baik dan mampu berkomunikasi dengan penelitidan narasumber lainnya dengan baik pula. Serta menimbulkan variasi pendapat dengan perbedaan latar belakang pendidikan.

5. Status sosial dan ekonomi. Narasumber yang peneliti pilih adalah ibu rumah tannga yang memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik dan merupakan ibu rumah tangga berekonomi sedang dan tinggi.

Hal ini dilakukan karena narasumber yang berbeda dapat mempengaruhi penerimaan informasi didalam penelitian ini. Sehingga diperoleh suatu data yang


(60)

lebih bervariasi dan mendalam untuk menjawab permasalahan fenomena film sinema pintu taubat dari segi penonton atau ibu rumah tangga.

3.4 Jenis Sumber Data

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan. Dalam penulisan ini, data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan. Penetapan informan dengan menggunakan Purposive sampling atau sampel bertujuan. Dalam penelitian ini, informan yang di ambil adalah informan yang sedang melakukan kegiatan membaca, karena untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang dapat memengaruhi kenyamanan informan ketika sedang membaca. Wawancara dilakukan dengan 6 ibu rumah tangga domestik yang pernah menontoh sinema pintu taubat siang di indosiar minimal dua kali. Wawancara dilengkapi dengan cacatan tertulis dan menggunakan alat bantu rekam seperti recorder dan handphone.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis untuk mendukung data primer. Data sekunder ini seperti buku-buku mengenai teori-teori perpustakaan, teori psikologi pendidikan, dan buku-buku lain sejenis yang berhubungan dengan kenyamanan membaca pemustaka. Data sekunder juga didapatkan dari buku online , jurnal ilmiah dan artikel.

Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, jadi teknik pengumpulan datanya adalah sebagian berikut : in–depth interview, screening question yang mana, teknik ini untuk menjaring informan yang


(1)

INFORMAN V Yeti (37 Tahun/ SMA)

Peneliti : siang, Informan 5 : siang,

Peneliti : Ibu mohon maaf , kalau saya mengganggu waktu ibu dirumah ,sebelumnya saya berterimakasih kepada Ibu Yeti yang telah meluangkan waktunya untuk datang ke acara saya, dan mau menjadi informan kami. Disini saya akan memberikan sekilas pertanyaan mengengenai film sinema pintu taubat siang di indosiar. pertanyaan pertama ?

Peneliti : Apakah anda pernah menonton film religi “sinema pintu taubat siang” di indosiar?apa anda menyukainya?

Informan 5 : “Ya. Saya kadang melihatnya. Tapi, saya tidak suka menonton film itu”

Peneliti : Saat anda menonton pernahkah menjumpai perilaku negatif dalam rumah tangga dalam isi cerita film tersebut?sebutkan perilaku negatif dalam film itu?

Informan 5 : “ istri tidak taat atau seorang ibu ngakbisa memberi contoh baik pada anaknya”

Peneliti : Dalam film sinema pintu taubat tersebut memiliki 2 sifat yaitu sikap baik dan sifat buruk karena film itu mengandung cerita religi,apakah ibu bisa menyebutkan sikap baik dan buruk apa sajakah dalam film itu?


(2)

Peneliti : Menurut anda apakah perilaku negatif pada film tersebut banyak terjadi pada kehidupan nyata dalam keluarga?

Informan 5 : banyak....mbak, yg jelek-jelek”

Peneliti : contonya?

Informan 5 : “iri , serakah, selingku, salah bergaul”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda ketika melihat tanyangan penganiyayaan tersebut, sebagai umat muslim yang taat beragama?

Informan 5 : “sedih, jangan sampai keluarga kita seperti itu”

Peneliti : Bagaimana pendapat anda ketika, didunia nyata dalam kehidupan berumah tangga seperti isi film sinema pintu taubat tersebut benar-benar terjadi?

Informan 5 : “sangat menedihkan” Peneliti : selanjutnya?

Informan 5 : iya..

Peneliti : Apakah anda setuju dengan adanya film tersebut ? dan berikan alasan?

Informan 5 : “tidak suka film itu”

Peneliti : Kritik anda tentang ftv sinema pintu taubat siang di indosiar ?

Informan 5 : “tolong buat FTV yang baik-baik”


(3)

Peneliti : Saran anda tentang ftv sinema pintu taubat siang di indosiar ?

Informan 5 : “mohon tidak tayang, karena membuat kita terbawa cerita”

Peneliti : makasih banyak ya bu..

Informan 5 : sama- sama nak..


(4)

INFORMAN VI Alimah (45 Tahun / SMP )

Peneliti : ibu, Alimah

Informan : “langsung saja mbak, untuk mempersingkat waktu kita?”

Peneliti : Ibu mohon maafsebelumnya untuk mempersingkat waktu kita, sebelumnya saya juga berterimakasih kepada Ibu Alimah yang telah meluangkan waktunya untuk datang ke acara saya, dan mau menjadi informan kami. Disini saya akan memberikan sekilas pertanyaan mengengenai film sinema pintu taubat siang di indosiar. pertanyaan pertama Apakah anda pernah menonton film religi “sinema pintu taubat siang” di indosiar?apa anda menyukainya?

Informan 6 : “ya, saya melihat film itu. Film yang selalu ada orang jahat-jahatnya, jadi saya tidak seberapa suka dengan film itu, membuat hati ikut penasaran”

Peneliti : Saat anda menonton pernahkah menjumpai perilaku negatif dalam rumah tangga dalam isi cerita film tersebut?sebutkan perilaku negatif dalam film itu?

Informan 6 : “istrinya tidak taat pada suaminya, dia selingkuh dan tidak memperhatikan keluarganya, anaknya jsadi malu pernah melihat ibunya selingkuh di cafe”


(5)

Peneliti : Dalam film sinema pintu taubat tersebut memiliki 2 sifat yaitu sikap baik dan sifat buruk karena film itu mengandung cerita religi,apakah ibu bisa menyebutkan sikap baik dan buruk apa sajakah dalam film itu?

Informan 6 : “baiknya..’ suaminya mencukupi semua kebutuhan lahir dan batn, kalau buruknya istrinya kurang bersyukur uda memiliki semuanya”

Peneliti : Menurut anda apakah perilaku negatif pada film tersebut banyak terjadi pada kehidupan nyata dalam keluarga?

Informan 6 : “banyak, sifat-sifat tercelah lah...”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda ketika melihat tanyangan penganiyayaan tersebut, sebagai umat muslim yang taat beragama?

Informan 6 : ‘kurang setuju, karena dia tidsak menunjukkan sebagai istri sholeha”

Peneliti : Bagaimana pendapat anda ketika, didunia nyata dalam kehidupan berumah tangga seperti isi film sinema pintu taubat tersebut benar-benar terjadi?

Informan 6 : “kasihan kalau benar-benar ada ibu lupa diri seperti itu”

Peneliti : Apakah anda setuju dengan adanya film tersebut ? dan berikan alasan?

Informan 6 : “setuju, supaya ibu-ibu semua bisa mendidik anak-anaknya dan menjada keharmonisan keluarga dengan baik”


(6)

Peneliti : Saran anda tentang ftv sinema pintu taubat siang di indosiar ?

Informan 6 : “mudah-mudahan bisa lekas bertaubat semua ada hikmanaya”


Dokumen yang terkait

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

0 34 152

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Budaya Hukum (Suatu Tinjauan Antropologis)

0 32 6

POLA PERILAKU PENDAMPINGAN MENONTON TELEVISI OLEH IBU RUMAH TANGGA PADA PUTRAPUTRINYA

0 3 13

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 2 19

PENDAHULUAN Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 17 47

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM FILM TELEVISI SINEMA INDOSIAR Kekerasan Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar (Analisis Isi Kekerasan dalam Rumah Tangga Dalam Film Televisi Sinema Indosiar Periode 27 Mei Hingga 2 Juni 2014).

0 4 14

RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONOTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

0 0 6

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya ).

0 17 115

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

LITERASI MEDIA IBU RUMAH TANGGA DALAM MEDIA PARENTING PADA ANAK MENONTON TELEVISI( Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Ibu Rumah Tangga dalam Media Parenting Pada Anak Usia Dini Menonton Televisi di Surabaya )

0 1 23