ini menyebabkan obesitas, maka obesitas akan memperburuk kondisi OSA dan kualitas tidur itu sendiri. Berdasarkan paradigma baru ini, OSA dapat
menyebabkan interaksi kompleks dengan perubahan perilaku, resistensi leptin, peningkatan kadar ghrelin, dan terjadinya perilaku makan yang tidak sehat Beccuti
dan Pannain, 2011.
2.4 Obstructive sleep apnea OSA
2.4.1 Definisi
Obstructive sleep apnea merupakan bentuk gangguan napas dalam tidur yang paling sering dijumpai. Sindrom henti napas saat tidur diartikan sebagai
terhentinya aliran udara pada jalan nafas atas pada saat tidur lebih dari 10 detik disertai penurunan oksigen lebih dari 4 yang terjadi berulang kali hingga 20-60
kali per jam Barton, 2010.
2.4.2 Mekanisme terjadinya OSA
Obstructive Sleep Apnea terjadi akibat adanya obstruksi jalan nafas atas selama penderitanya tidur. Obstruksi jalan nafas ini dapat disebabkan oleh dua
faktor yaitu kelainan anatomi pada saluran nafas atas dan gangguan fungsi saraf dan otot yang bekerja dalam mengatur otot pernafasan di saluran nafas atas Schwartz
et al, 2007. Prinsip utama pada OSA yaitu terdorongnya lidah dan palatum ke belakang
hingga menempel pada dinding faring posterior menyebabkan oklusi nasofaring dan orofaring. Tidur berbaring Supinasi dapat menyebabkan kolapsnya saluran
nafas akibat pergerakan mandibula, palatum mole, dan lidah ke arah belakang. Faktor Struktural dan fungsional berperan penting dalam menentukan tekanan kritis
kolaps saluran nafas. Penyempitan saluran nafas akibat mikrognatia, retrognatia, hipertrofi tonsil, makroglosia, dan akromegali juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya OSA Febriani et al, 2011. Obesitas adalah faktor risiko utama OSA. Obesitas dapat menyebabkan
peningkatan resiko OSA akibat efek mekanis dan kimiawi yang ditimbulkannya terhadap struktur dan fungsi jalan nafas Schwartz et al, 2007. Penimbunan lemak
yang berlebihan di jalan nafas atas dapat mengakibatkan penyempitan jalan nafas
Universitas Sumatera Utara
yang kemudian dapat mengakibatkan penutupan prematur jalan nafas pada saat jaringan otot di sepanjang jalan nafas sedang relaksasi sewaktu tidur. Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada akan menekan paru paru sehingga mengganggu upaya ventilasi pada saat tidur
Febriani et al, 2011.
Pada kondisi obesitas terjadi peningkatan kadar leptin di dalam darah yang diakibatkan oleh berlebihnya jaringan adiposa yang menghasilkan leptin.
Leptin tidak hanya berperan pada sistem oreksin namun juga berperan dalam kontrol ventilasi. Kadar dan fungsi leptin yang tidak adekuat pada kondisi obesitas
diduga berdampak pada gangguan pada kontrol ventilasi. Leptin bersama adipokin lainnya, seperti TNF-
α dan interleukin-6 dapat mengakibatkan depresi aktivitas susunan
saraf pusat
yang mengatur
saraf-otot pada
saluran nafas
Romero-Corral et al, 2009. Gangguan Metabolik:
Resistensi Insulin Leptin
Kolestrol Lemak Visceral
Trigliserida C-reactive protein
HDL
OSA
Obesitas Kualitas
Tidur
Nafsu makan Aktifitas fisik
Genetik dll Gangguan tidur dan Psikologis
Gambar 2.4 Hubungan obesitas dengan OSA Romero-Corral et al, 2009. Interactions Between Obesity and OSA.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Diagnosis