akan memengaruhi asupan makan. Faktor psikologis dan budaya juga berperan dalam asupan makanan.
Jika regulasi asupan makanan terjaga dengan baik dan dibarengi aktivitas fisik yang sesuai maka keseimbangan energi netral akan tercapai.
Kenaikan berat badan terjadi apabila asupan makanan lebih besar dari pengeluarannya yang mengakibatkan keseimbangan energi positif. Pada kondisi
obesitas, terjadi gangguan pada kerja leptin akibat ada defek pada reseptor insulin di otak sehingga otak tidak merespon terhadap peningkatan kadar leptin dalam
darah yang berasal dari jaringan adiposa yang banyak. Akibatnya, asupan makan tidak ditekan dan adiposit akan terus memperbanyak jumlahnya agar dihasilkan
lebih banyak leptin untuk menekan asupan makan. Namun akibat defek pada reseptor leptin di otak, maka sekresi leptin ini menjadi sia-sia dan malah
menimbulkan simpanan
jaringan lemak
yang terus
bertambah Flier dan Maratos, 2008.
2.3 Obesitas dan Kualitas Tidur
Penelitian epidemiologi dan laboratorium menunjukkan bahwa durasi tidur yang terlalu singkat adalah faktor resiko dari obesitas dan komplikasinya
Knutson, 2010. Tidur adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur fungsi neuro-endokrin dan metabolisme glukosa dan kurang tidur telah
dibuktikan mengakibatkan perubahan metabolik dan endokrin, seperti berkurangnya toleransi glukosa dan berubahnya regulasi hormon yang berperan
dalam pengaturan asupan makan Beccuti dan Pannain, 2011. Ghrelin, hormon yang akan meningkatkan asupan makanan, meningkat kadarnya akibat kurang tidur,
kemudian leptin, hormon yang akan menurunkan asupan makanan, kadarnya menurun Morselli et al, 2012.
Pada gambar 2.3, hubungan antara tidur dan asupan makan orexin system dan akibatnya terhadap kualitas tidur dan keseimbangan energi ditampilkan dalam
bentuk skema. Sistem oreksin yang merangsang nafsu makan dihambat oleh neuron penginduksi tidur yang ada di ventrolateral preoptic area VLPO yang
mengandung gamma-aminobutyric acid GABA.
Universitas Sumatera Utara
Sistem oreksin diatur oleh neuron neuron oreksigenik yang terletak di lateral hipotalamus lateral hypothalamic area dan bagian belakang hipotalamus
posterior hypothalamus. Neuron neuron oreksigenik ini juga memiliki peran dalam siklus bangun-tidur dengan cara mengaktifkan ascending arousal system,
seluruh bagian
dari korteks
serebri, dan
struktur lainnya.
Aktifitias neuron oreksigenik ini juga berpengaruh pada regulasi asupan makan dengan cara: a meningkatkan aktivitas neuron NPY; b menstimulasi
Sistem Oreksin LHAPH
PVN NTS
Korteks
Arousal System
Aktivitas Simpatis
Aktivitas Simpatis
Ghrelin Leptin
Tidur VLPOGABA
NPY; Nukleus
arkuatus
Reward System
Perilaku Hedonis dalam asupan
makan Integrasi sinyal perifer
untuk keseimbangan energi Siklus
Bangun-Tidur
Gambar 2.3 Kualitas tidur dengan Obesitas Beccuti dan Pannain, 2011. Sleep and Obesity.
Universitas Sumatera Utara
nucleus tractus solitarius NTS dan paraventricular nucleus PVN, yang kemudian akan mengintegrasikan sinyal perifer tentang keseimbangan energi,
asupan makan, dan rasa kenyang; c menstimulasi reward system , yang berikutnya akan meregulasi asupan makanan yang tidak normal; d meningkatkan
aktivitas simpatis, yang kemudian akan menurunkan sekresi leptin dan menstimulasi
sekresi ghrelin
Pannain et
al, 2008.
Berkurangnya energy expenditure dan bertambahanya asupan makanan dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan berat badan berlebih dan obesitas
Almatsier, 2009. Kerja dan sekresi hormon seperti insulin, growth hormone GH, kortisol,
leptin, dan ghrelin dipengaruhi oleh durasi tidur, waktu tidur, dan kualitas tidur Steiger, 2003. Pada orang dengan waktu tidur yang sangat pendek, maka kadar
leptin akan menurun dan kadar ghrelin ditemukan meningkat Morselli et al, 2012. Kadar ghrelin dari perifer yang meningkat akan meningkatkan asupan makan
melalui stimulasi
neuron oreksigenik
Beccuti dan
Pannain, 2011.
Durasi tidur yang pendek ini akan menyebabkan gangguan keseimbangan energi dimana energy expenditure akan berkurang karena leptin berperan dalam
meningkatkan energy expenditure Schmid et al, 2009. Hubungan antara kualitas tidur yang tidak baik dengan berat badan yang
meningkat akan membentuk lingkaran setan yang selanjutnya akan memperburuk kualitas tidur. Lingkaran setan ini terjadi akibat berbagai hal yang dapat terjadi
akibat terganggunya regulasi berat badan. Obesitas menjadi faktor resiko dari kondisi kondisi yang dapat menyebabkan kualitas tidur seperti Obstructive
sleep apnea Morselli et al, 2012. Obstructive sleep apnea terjadi pada obesitas akibat penimbunan lemak pada jalan nafas yang mengakibatkan penyempitan jalan
nafas yang kemudian mengganggu upaya ventilasi saat tidur. Gangguan pernafasan tersebut menyebabkan terhentinya pernafasan saat sehingga seorang penderita
OSA akan terbangun dan durasi tidur dan kualitas tidurnya akan terganggu Rahman et al, 2012. Kualitas tidur yang buruk kembali menjadi faktor resiko
bagi peningkatan berat badan dan obesitas. Jika akibat kualitas tidur yang buruk
Universitas Sumatera Utara
ini menyebabkan obesitas, maka obesitas akan memperburuk kondisi OSA dan kualitas tidur itu sendiri. Berdasarkan paradigma baru ini, OSA dapat
menyebabkan interaksi kompleks dengan perubahan perilaku, resistensi leptin, peningkatan kadar ghrelin, dan terjadinya perilaku makan yang tidak sehat Beccuti
dan Pannain, 2011.
2.4 Obstructive sleep apnea OSA