Jenis-jenis olahraga Olahraga dan kualitas tidur

utama dan satu pertanyaan tambahan untuk menilai gejala EDS; dan satu pertanyaan tunggal untuk menilai riwayat tekanan darah tinggi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kategori 1 pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gejala mendengkur; kategori 2 pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gejala EDS; kategori 3 pertanyaan tentang riwayat tekanan darah tinggi atau IMT Netzer et al., 1999. Interpretasi pada kuesioner Berlin adalah apakah seseorang berisiko tinggi atau berisiko rendah menderita OSA. Pada kategori 1, seseorang berisiko tinggi jika terdapat gejala yang bersifat persisten lebih dari 3 atau 4 kali per minggu yang ditemukan pada ≥ 2 pertanyaan mengenai gejala mendengkur. Pada kategori 2, seseorang berisiko tinggi jika gejala EDS, mengantuk saat mengendarai kendaraan, atau keduanya persisten lebih dari 3 atau 4 kali per minggu. Pada kategori 3, seseorang berisiko tinggi jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi danatau IMT ≥30k gm Jika seseorang berisiko tinggi ≥2 kategori pada kuesioner Berlin, maka orang tersebut memiliki risiko tinggi menderita OSA. Sedangkan jika seseorang berisiko tinggi ≤1 kategori pada kuesioner Berlin, maka orang tersebut berisiko rendah menderita OSA Netzer et al., 1999. 2.5 Aktivitas Olahraga 2.5.1 Definisi olahraga Menurut Gale Encyclopedia of Medicine 2008, olahraga adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani.

2.5.2 Jenis-jenis olahraga

Ada dua jenis olahraga berdasarkan penggunaan oksigen oleh sel, yaitu olahraga aerobik dan anaerobik. Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama. Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas Universitas Sumatera Utara atau overweight. Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda Sherwood, 2007. Frekuensi atau jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu selama 20-30 menit AHA, 2001. Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang tidak memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya. Olahraga ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot CDC, 2011. Latihan-latihan yang dimaksud di sini adalah angkat beban. Dianjurkan untuk melakukan olahraga angkat beban dengan satu set mengandung 12-20 kali repetisi dengan angkat beban ringan dan 8-12 repetisi angkat beban berat untuk membentuk massa otot. Disarankan terdapat masa recovery yaitu 0-180 detik di antara dua set. Hal ini untuk mencegah kelelahan otot yang lebih cepat AHA, 2001.

2.5.3 Olahraga dan kualitas tidur

Kebiasaan olahraga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang dapat berperan serta mengatur siklus tidur seseorang. Mereka yang kurang dalam beraktivitas olahraga akan memicu seseorang menjadi sulit untuk masuk pada fase kedalaman tidur atau tidur yang dalam. Selain itu, seseorang yang biasa berolahraga maka akan lebih mudah untuk jatuh tidur. Dimana, hal ini juga disebabkan oleh keletihan yang biasanya mereka rasakan setelah selesai berolahraga Sulistiyani, 2012. Olahraga juga memiliki dampak yang menguntungkan terhadap kualitas tidur, menurunkan latensi tidur, dan mengurangi penggunaan obat tidur Yang et al, 2012. Olahraga yang dilakukan pada malam hari sebelum tidur dapat memberi dampak yang tidak menguntungkan terhadap kualitas tidur. Olahraga mengakibatkan peningkatan suhu tubuh dan penurunan suhu tubuh secara fisiologis akan terjadi dalam waktu enam jam. Suhu tubuh yang rendah adalah salah satu faktor penting agar seseorang dapat memulai tidurnya dengan baik. Oleh karena itu, berolahraga saat sore hari lebih dianjurkan daripada berolahraga pada malam hari menjelang tidur Davilla, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.6 Hubungan kualitas tidur, obesitas, OSA, dan kebiasaan berolahraga