Lokasi Penelitian Tinjauan Pustaka

17 dijalin serta proses yang terjadi ketika pihak perusahaan menjalankan kegiatan dan aktivitasnya sebagai wujud tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan, dan hal tersebut merupakan salah satu wujud peran CSR dalam dunia usaha. Hal ini telah diungkapkan oleh Forum CSR bahwa Corporate Social Responsibility CSR didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan Wibisono, 2007. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : 1. Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai penggunaan foto etnografi dalam studi antropologi ekologi. 2. Pada pihak PT Perkebunan Nusantara II, penelitian ini diharapkan dapat merekomendasikan kegiatan yang meningkatkan hubungan baik antar pihak karyawan perusahaan dengan masyarakat setempat. 3. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi ekologi.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ini sendiri berjarak 36 Km dari kota Medan, tepatnya di desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Selain itu penelitian juga akan dilaksanakan di Desa Sambirejo, dikarenakan pipa 18 air buangan Pabrik Gula Kwala Madu yang dimanfaatkan untuk irigasi persawahan menuju ke desa ini yang memang letaknya tepat di belakang Pabrik Gula Kwala Madu

1.6. Tinjauan Pustaka

Antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu alam. Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal-usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia serta variasi di antara berbagai kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakatserta kebudayaan yang dihasilkan Sedangkan menurut William AHaviland Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah mempengaruhi organisasi dan budaya sosial,termasuk di dalam itu adalah konsentrasi mengenai antropologi ekologi sebagai cabang antropologi terapan. 19 Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi t e r s e b u t s e r t a b a g a i m a n a m e r e k a m e m a n d a n g d a n m e m p e r l a k u k a n lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Selain itu juga melakukan dengan analisis sinkronik dan diakronik. Dalam perkembangannya a n t r o p o l o gi e k o l o gi m e n g a l a m i b e b e r a p a t a h a p a n pandangan terhadap hubungan populasi tersebut dengan lingkungannya. Ada tiga langkah dasar yang perlu diikuti dalam studi antropologi ekologi 4 Selanjutnya Steward juga mengatakan bahwa beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan daripada sektor-sektor yang lain. Lebih lanjut Ahimsa Putra 1994 menjelaskan bahwa menurut perspektif ekologi budaya unsur-unsur pokok adalah pola-pola perilaku behavior patterns, yakni kerja work dan teknologi yang dipakai dalam proses pengolahan atau pemanfaatan lingkungan. Dengan demikian studi ini, yakni: 1 Melakukan analisis atas hubungan antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan produksi; 2 Melakukan analisis atas pola-pola perilaku dalameksploitasi suatu kawasan tertentu yang menggunakan teknologi tertentu. 3 Melakukan analisis atas tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari kebudayaan Steward, 1955 : 40 - 41. 4 Lebih jelas lihat Putra, Ahimsa. 1994. Antropologi Ekologi: Beberapa Teori dan Perkembangannya dalam Masyarakat Indonesia, Tahun XX No. 4. 20 ekologi budaya pertama-tama adalah mengenai the process of work, its organization, its cycles and rhythms and its situational modalities Murphy, 1970 : 155. Perhatian baru diarahkan pada lingkungan yakni bagaimana lingkungan mempengaruhi atau menetukan pola-pola tingkah-laku atau organisasi kerja. Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian. Perspektif Budaya :Bagian lima,kebudayaan dan lingkungan merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya berkonsentrasi pada peranan CSR sebagai salah satu tuntutan yang harus dijalankan perusahaan dalam membina kesinambungan usaha termasuk dalam pelestarian lingkungan. Buku yang diredaksi oleh Bambang Widianto dan Iwan Meulia Pirous berisi tentang masalah lingkungan dan kebudayaan serta gagasan yang mengedepankan pentingnya penerapan CSR dalam dunia usaha atau industri yang berwawasan lingkungan. Studi gabungan yang terdapat di dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan. Melihat posisi manusia dalam lingkungan , seorang ahli filsafat Australia, Waewick fox Widianto, 2006 melihat bahwa hubungan manusia dengan lingkungan sebagai spektrum yang terentang dari eksploitasi sumber daya yang menggali semaksimal mungkin resources exploitation bergerak menuju konservasi sumber daya resources conservation yang mengadakan konservasi untuk produksi kembali dan akhirnya pada proteksi lingkungan resources preservation yang memanfaatkan lingkungan dengan sangat hati-hati dan sangat menjaga keasliannya. 21 Hubungan manusia dengan manusia yang lainnya dijalin oleh sejumlah kesepakatan melalui negosiasi,namun kegagalan dalam menjalin relasi sosial termasuk kegagalan dalam menjaga keseimbangan alam akan dapat mengakibatkan kekacauan dan ketidakseimbangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Kesadaran akan keterbatasan manusia memunculkan kehati-hatian dengan sejumlah alasan yang tercermin dalam kearifan lingkungan. Kehati-hatian ini tercermin dalam wujud pantangan maupun kewajiban yang bertujuan memelihara kelestarian ekosistem.Pemanfaatan lingkungan yang berpengaruh pada prinsip konservasi dan preservasi berlawanan dengan pemanfaatan lingkungan yang eksploitatif. Chalid Muhammad melihat bahwa keadaan lingkungan di Indonesia berada pada kondisi krisis akut menyeramkan akibat eksploitasi lingkungan yang tidak mengenal batas dan etika. Salah satu solusi yang tepat untuk industri adalah melalui program kemitraan bina lingkungan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL merupakan sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility CSR khususnya pada Badan Usaha Milik Negara BUMN. Hal ini sebagai bukti bahwa CSR tidak hanya menjadi isu perusahaan swasta tetapi juga menjadi bagian dari komitmen Badan Usaha Milik Negara BUMN yang sejalan dengan Good Coorporate Governance sebagai aplikasi dari Undang-Undang UU Perseroan Terbatas no 40 tahun 2007, UU Penanaman Modal No 25 tahun 2007, UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009, dan UU BUMN No 19 tahun 2003. Menurut beberapa ahli, Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL dapat menjadi salah satu program andalan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang diupayakan oleh pabrik gula. Kegiatan kampanye ataupun gerakan sosial kemasyarakatan yang fokus terhadap pengelolaan lingkungan menjadi indikasi kepedulian sebagai bentuk tanggung jawab moral 22 untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat ditimbulkan dari proses produksi. Selain itu juga program CSR corporate social responsibility yang dialokasikan untuk menangani dampak sosial dan lingkungan yang mungkin terjadi akibat operasional pabrik gula harus dipandang sebagai bentuk investasi wajib yang dianggarkan. Kegiatan ini juga dapat secara aktif meningkatkan perekonomian warga sekitar, peningkatan ketrampilan warga dalam bidang tertentu bisa membuat mereka mempunyai keahlian dalam menciptakan lapangan kerja baru, didukung dengan pemberian kredit dengan bunga murah serta pembangunan sarana dan prasarana warga, semisal perbaikan masjid, jalan, jembatan atau fasilitas umum lainnya melalui program PKBL juga secara langsung bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat disekitar pabrik gula, hal ini juga merupakan pendorong perekonomian daerah sekitar. selain itu pabrik gula juga mempunyai produk sampingan yang antara lain berupa listrik co-generation, bioetanol, serta pupuk. Jika produk-produk ini menjadi kesatuan integrasi dengan pabrik gula, tentu akan semakin efisien dan semakin memberdayakan masyarakat daerah. Konsep integrasi tersebut telah dilakukan di India. Pabrik gula disana telah didesain terintegrasi dengan memproduksi gula, listrik, dan etanol. Nilai rendemennya mencapai 10 persen. Listrik yang dihasilkan 30 MW, dan etanol 120 kiloliter per hari Wibowo, 2012. Noke kiroyan berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility CSR mulai diperbincangkan di Indonesia menjelang akhir dasawarsa 1990-an terutama di kalangan industri sumber daya alam sejalan dengan semakin besarnya perhatian internasional terhadap isu ini dan meningkatnya tuntutan masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan- perusahaan dalam sektor sumber daya alam. Perhatian yang lebih besar kepada CSR didorong antara lain oleh advokasi kalangan LSM.Tekanan-tekanan LSM internasional yang juga diikuti oleh LSM di Indonesia menuntut agar perusahaan tambang dan perkebunan mengurangi dampak negatif operasinya terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. 23 Kaitan erat dengan dunia internasional telah menjadikan CSR dan salah satu pengejawantahannya berupa community development telah menjadi bagian dari praktek industri. Diantara beberapa ahli yang mendefinisikan Corporate Social Responsibility CSR antara lain adalah definisi yang dikemukakan oleh Sonny Sukada yaitu : “ CSR adalah upaya perusahaan dalam bertanggung jawab dengan cara meminimumkan dampak negatif akibat operasinya baik sosial maupun lingkungan ; dan memaksimumkan dampak positif,telah diterima secara umum dan didorong menjadi anutan umum dunia usaha di seluruh belahan dunia, bahwa CSR harus terintegrasi dalam kebijakan dan strategi perusahaan. ” Dari berbagai sumber kepustakaan, maka bank dunia juga mendefinisikan CSR yang juga masih senada dengan definisi diatas.Bank dunia mendefinisikan CSR sebagai berikut : “ CSR adalah komitmen untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembanguanan berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan maupun masyarakat pada umumnya “ Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai CSR Budi Untung, 2008, h.89 diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan. Dalam Undang-undang PT Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ini, mengisyaratkan bahwa CSR awalnya bersifat sukarela menjadi sebuah tanggung jawab yang diwajibkan. Salah satu bentuk program CSR pada BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Secara konsep Program Kemitraan dan Bina 24 Lingkungan PKBL yang dilaksanakan BUMN tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan BUMN. PKBL memiliki 2 dua program, pertama adalah Program KemitraanBUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuanusaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan danadari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. Sedangkan menurut Asisten Deputi Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan,Kementrian BUMN 2010, sebenarnya peran PKBL BUMN mempunyai cakupanyang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swastakarena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utamapembangunan triple tracks, yaitu: 1 pengurangan jumlah pengangguran 2 pengurangan jumlah penduduk miskin; dan 3 peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu diharapkan, melalui PKBL dapat terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan, Rukminto, 2003 . Program Kemitraan Bina Lingkungan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat mewujudkan diri sebagai usaha kesejahteraan sosial yang dikembangkan untuk membantu, mengembangkan, dan mendukung terciptanya peningkatan taraf hidup individu, keluarga ataupun masyarakat. Program kesejahteraan 25 masyarakat baik sebagai gerakan maupun kegiatan merupakan upaya pembangunan sosial, karena inti dari pembangunan yang dilakukan adalah mengembangkan ataupun membangun masyarakat sebagai suatu institusi sosial, termasuk unit-unit kebudayaan di dalamnya, seperti penghargaan terhadap kearifan lingkungan masyarakat setempat, dan bukan sekedar menekankan pada aspek pembangunan fisik semata. Rukminto, 2003 Dalam prinsip pemberdayaan masyarakat pedesaan, untuk membantu mereka keluar dari ketidakberdayaannya, sesungguhnya tergantung pada mereka sendiri. Namun demikian, bagaimana mereka bisa memulainya, tentu peran orang luar sangat diperlukan.Bisa birokrat, relawan, ilmuwan, tenaga profesional, dan lainnya, untuk melakukan prakarsa, karena orang luar tersebut memiliki kekuatan, kemampuan, sumber daya yang lebih dan dapat digunakan untuk memobilisir dalam memberdayakan orang miskin di perdesaan. Orang-orang luar tersebut dapat melakukan sesuatu sesuai dengan porsi dan kemampuannya untuk membantu masyarakat miskin di berbagai wilayah perdesaan. Chambers, 1988 Menurut Chambers, masyarakat perdesaan yang miskin mempunyai tipologi sebagai berikut: 1 rumah tangga yang miskin. Dalam rumah tangga demikian tidak mempunyai sedikitpun kekayaan, tempat tinggalnya terbuat dari bambu, tanah liat, jerami, alang-alang, dilengkapi dengan sedikit perabot rumah tangga, ranjangnya tikar, dan kondisi sanitasinya sangat minim. 2 Rumah tangga yang lemah jasmani. Di dalam rumah tangga demikian tanggungan keluarganya sangat banyak sedangkan pencari nafkahnya seorang kepala rumah tangga saja. Selain itu, anggota keluarganya ada yang sakit kronis, menahun, dan tua yang tidak produktif sama seklai. 3 rumah tangga yang tersisih dari kehidupan. Dalam kelompok ini adalah rumah tangga yang terisolasi dari dunia luar, terpencil, di pinggir hutan, terkadang buta huruf. 4 rumah tangga yang rentan. Adalah rumah tangga yang tidak memilki 26 penyangga untuk memenuhi kebutuhan yang tiba-tiba.Misalnya keluarganya jatuh sakit, kena musibah, gagal panen, kecelakaan, kematian, dan lain sebagainya. 5 Rumah tangga tidak berdaya. Dalam kelompok ini rumah tangga rentan mendapatkan perlakuan yang tidak adil, diperas, diintimidasi, dan tindakan kriminal lainnya. Orang luar, hanya bisa membantu membuat rencana-rencana pembangunan perdesaan yang didasarkan atas masalah yang muncul dan keberadaan potensi yang ada di wilayah yang bersangkutan.Karena pada umumnya suatu proyek pembangunan yang direncanakan oleh suatu pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, dan secara tidak langsung mengentaskan kemiskinan.Selain itu, orang luar dapat membantu menemukan dan menciptakan peluang berdasarkan potensi masyarakat dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.Misalnya, pemanfaatan sumberdaya milik bersama hutan, bantaran sungai, sungai, dan lainnya; memperbaiki alat-alat untuk proses produksi; membuka lapangan kerja musiman; membantu rumah tangga miskin dengan modal yang kecil; membangun prasarana dan sarana pertanian di perdesaan; memanfaatkan budi daya air; mengembangkan varietas tanaman yang lebih produktif, dan lainnya. Selain itu, agar kita dapat memahami kondisi kemiskinan masyarakat perdesaan perlu dikembangkan sikap positif, terutama bagi para profesional dan ilmuwan yang berkecimpung di dalam pembangunan desa. Misalnya, 1 harus menghilangkan sikap anti kemiskinan, artinya kita harus berusaha membantu orang miskin keluar dari jerat kemiskinannya; 2 tinggal bersama lebih lama. Dengan tinggal lebih lama pada kehidupan masyarakat miskin, maka dapat merasakan dan memahami kondisi kemiskinan mereka; 3 Berlakulah seperti orang kecil atau miskin. Jangan menjaga jarak dengan mereka, cara berpakaian, cara makan, berbicara, dan lain sebagainya. Chambers, 1988 27 Selain itu juga perlu sikap mendahulukan yang terakhir, mengisyaratkan suatu proses belajar yang terbalik. Jargon, “kita harus mendidik petani”, “memberantas kemiskinan masyarakat desa”, “membantu memberikan modal”, “memberdayakan mereka”, sesungguhnya merupakan konsep orang luar dalam melakukan pemberdayaan dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang dialaminya. Namun, kita harus berfikir ulang dengan jargon yang pernah kita dengungkan tersebut, sebaliknya kita harus merendah dan belajar dari bawah. Belajar dari bawah adalah cara belajar yang langsung dari orang desa, dengan mencoba memahami sistem pengetahuan yang dimilikinya dan menggali ketrampilan teknisnya. Selain itu, belajar dari bawah mengandung makna bahwa orang luar harus belajar menghayati kehidupan orang miskin di perdesaan, mencoba merasakan kehidupan dari sisi orang yang menderita. Chambers, 1988 Dalam website resmi PTPN 2, tercantum beberapa keterangan mengenai jenis limbah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses daur ulang. Limbah tersebut antara lain :

a. Limbah Bagasse Ampas