Latar Belakang Program Kemitraan Bina Lingkungan Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan

57 No.Per05MBU2007 yang menyatakan maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat Kementrian BUMN, 2010. PKBL memiliki 2 dua program, pertama adalah Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.

3.2. Latar Belakang Program Kemitraan Bina Lingkungan

Indonesia merupakan negara yang dilimpahi kekayaan alam dari Sabang sampai Merauke seperti minyak bumi, hasil produksi hutan, dan hasil produksi laut.Melimpahnya kekayaan alam yang ada di Indonesia mempengaruhi terhadap pemenuhan kebutuhan rakyat Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 sebagai landasan kontitusi merumuskan falsafah dan landasan perekonomian negara Indonesia yang dapat dilihat pada Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan Sosial”, khususnya Pasal 33 UUD 1954. Adanya Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, menunjukan penegasan legalitas untuk menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia. Badan Usaha Milik Negara sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional memiliki tujuan pendirian yang berdampak signifikan bagi masyarakat, antara lain menyelenggarakan kemanfaatan umum, menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dilaksanakan sektor swasta dan koperasi serta turut aktif memberikan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah dan masyarakat. Disamping itu, sebagai suatu badan usaha yang memperoleh kemanfaatan ekonomi baik 58 dari sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya, maka sudah selayaknya untuk memberikan imbal balik kepada lingkungan dan masyarakat.

3.3. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan

Kegiatan PKBL di awali dari penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 yang mengatur bahwa salah satu tujuan pendirian BUMN yaitu Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi;.Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya . Namun untuk pelaksanaannya tidak diatur lebih lanjut dan diserahkan sepenuhnya kepada Direksi BUMN untuk melaksanakannya. Selanjutnya melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1232KMK.0131989 tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN, diatur mengenai sumber pendanaan kegiatan yaitu dari prersentasi 1-5 dari laba setelah pajak. Pada saat itu, nama program lebih dikenal dengan nama Program Pegelkop. Dalam perkembangannya sebutan terhadap kegiatan tersebut beberapa kali mengalami perubahan, antara lain: 1. Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Program PUKK berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:316KMK.0161994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara. 2. Tahun 1999, diubah lagi menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMNKepala Badan Pembina BUMN Nomor: Kep- 59 216M-PBUMN1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, melalui keputusan ini ditetapkan pula ketentuan mengenai pemberian bantuan melalui Program Bina Lingkungan. 3. Tahun 2003, nama program menjadi Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan namun tetap disingkat PKBL, melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor:Kep-236MBU2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. 4. Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengakomodir kegiatan-kegiatan yang bersifat nasional dan serentak oleh seluruh BUMN, melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, diatur kegiatan Program Bina Lingkungan BUMN Peduli yang dananya dialokasikan sebesar 30 dari dana tersedia Program Bina Lingkungan. Adapun ketentuan-ketentuan mengenai sumber pendanaan kegiatan PKBL adalah sebagai berikut: Bahwa sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 huruf e UU BUMN salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat, ketentuan inilah yang menjadi dasar adanya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Untuk pelaksanaan PKBL sebagaimana angka 1, sesuai dengan Pasal 88 ayat 1 UU BUMN disebutkan bahwa “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”, yang 60 selanjutnya dalam ayat 2 diatur bahwa “ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Keputusan Menteri”. Menindaklanjuti amanah dari 88 ayat 2 UU BUMN, Menteri BUMN telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-08MBU2013. - Bahwa dalam Peraturan Menteri BUMN sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, diatur bahwa alokasi dana PKBL diambil dari penyisihan sebagian laba bersih BUMN, hal ini masih sesuai dan tidak melanggar dengan ketentuan dalam Pasal 88 ayat 1 UU BUMN. 5. - Bahwa sesuai dengan Pasal 70 UU PT mengenai penggunaan laba, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dan laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 71 ayat 2 seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen kecuali ditentukan lain dalam RUPS. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 43 UU BUMN ditegaskan bahwa laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemilik modal, atau pembagian lain seperti tantiem untuk Direksi dan Dewan Pengawas, bonus untuk karyawan, cadangan dana sosial dan lain-lain, atau penempatan laba bersih tersebut dalam cadangan Perum yang antara lain diperuntukkan bagi perluasan usaha Perum. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka secara umum pembagian laba dilakukan untuk laba yang ditahan, cadangan umum, cadangan khusus yang semuannya ditahan di perusahaan untuk memperkuat permodalan perusahaan dan dicatat sebagai ekuitas, 61 dividen, tantiem, jasa produksi dan tunjangan-tunjangan. Namun khusus untuk BUMN, selain pembagian alokasi laba tersebut di atas, juga untuk alokasi PKBL. Dari pembagian tersebut, yang menjadi hak Negara sebagai Pemegang Saham adalah Dividen, sehingga kekayaan Negara hanyalah dividen. - Bahwa Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05MBU2007 merupakan keputusan RUPS sebagai organ perusahaan, dan sesuai dengan amanah dari Pasal 88 UU BUMN serta tidak melanggar dari Pasal 70 UU PT, karena yang berwenang untuk menentukan alokasi penggunaan laba adalah RUPS, dan Menteri BUMN dalam menetapkan alokasi laba bertindak selaku RUPS BUMN. - Bahwa alokasi penetapan besaran dividen dari BUMN untuk Negara setiap awal tahun sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR RI, dimana alokasi dana PKBL yang ditetapkan RUPS tidak dapat mempegaruhi atau mengurangi alokasi dividen yang sudah ditetapkan tersebut. Alokasi dana PKBL ini akan mengurangi laba yang ditetapkan untuk cadangan yang dikelola oleh perusahaan dan masih menjadi dana perusahaan. Dengan demikian hak Negara atas kekayaan Negara tidak berkurang karena dividen tidak dikurangi dengan alokasi dana PKBL. 8. Dapat kami sampaikan pula bahwa dalam Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pada pasal 21, ayat 2 mengatur bahwa: “Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.” Harahap, M.Yahya, Hukum Perseroan Terbatas 62 Dalam perkembangannya untuk memperbaiki pencatatan pendanaan kegiatan PKBL, pada tahun 2013 diberlakukan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08MBU2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05MBU2007 tentang Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka segala peraturan dan ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Menteri dimaksud dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

3.4. Manfaat Program Kemitraan Bina Lingkungan Secara Umum