Pernikahan Dini Sebagai Penghambat Pembangunan

36 yang telah meninggal sehingga namanya tidak hilang. Pernikahan ini juga berperan melanjutkan hak waris atau harta milik keluarga yang telah meninggal. Dengan demikian, pernikahan akan secepatnya dilakukan jika ada keinginan untuk mendapatkan keberlangsungan status sosial sebagai simbol.

2.4 Pernikahan Dini Sebagai Penghambat Pembangunan

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mempersulit usaha dan pemerataan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan perkerjaan, pendidikan, kesehatan, dan perumahan, karena semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan rakyat. Selain itu, suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju dengan pembangunan yang baik dapat dilihat dari tingkat angka harapan hidupnya ysng tinggi. Angka harapan hidup dapat dilihat dari tingkat kematian bayi yang rendah. Kartomo 1986 dalam penelitiannya mengenai hubungan antara pendidikan dan fertilitas perempuan menemukan bahwa semakin tinggi pendidikan seorang perempuan maka semakin sedikitlah mereka melahirkan anak. Dimana keranga analisa dari kartomo adalah sebagai berikut: Pendidikan wanita Peubah antara lainnya Fertilitas Umur perkawinan Kotapedesaan Kohor Umur Wanita diagram A Dalam diagram ini Kartomo menggambarkan bahwa pendidikan mempengaruhi fertilitas melalui umur perkawinan dan peubah antara lainnya. Universitas Sumatera Utara 37 Pendidikan, umur perkawinan dan peubah-peubah antara fertilitas dan pola perkawinan antara peubah-ubah ini dipengaruhi oleh kohor umur wanita dan juga daerah tempat tinggalnya, kota atau pedesaan. Adapun kohor umur wanita berkaitan dengan norma dalam masyarakat mengenai umur sewajarnya seorang wanita menikah dan memperoleh pendidikan Dimana menurut Kartomo adanya pengaruh signifikan antara pendidikan wanita dengan umur perkawinan dan jumlah kelahiran anaknya. Perempuan yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA akan memiliki anak yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang menikah di usia SD, dan mereka yang menikah setelah tamat SMA cenderung menikah di usia matang dan mencicipi dunia perkerjaan terlebih dahulu. Sedangkan mereka yang menikah di usia dini merupakan mereka yang cenderung hanya tamatan SD dan SMP. Dimana usia perkawinan pertama merupakan faktor penting yang mempengaruhi fertilitas atau kelahiran. Adapun pernikahan dini dikatakan sebagai pengambat dari suatu pembangunan karena pembangunan akan sulit berkembang jika pertumbuhan penduduknya tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonominya, dimana pertumbuhan penduduknya yang tinggi namun pertumbuhan ekonominya masih rendah. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dengan pendidikan. Pendidikan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan bersaing cepat dalam usia kerja. Namun seperti temuan Kartomo 1986 dan Umi Sambullah 2011 bahwa mereka yang menikah di usia dini terutama perempuan adalah mereka yang berpendidikan rendah sehingga pertubuhan ekonomi masyarakatnya juga rendah, sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi dimana perempuan menikah di usia subur sehingga kemungkinan hamil dan melahirkan anak lebih banya dari mereka yang menikah di usia dewasa. Universitas Sumatera Utara 38

BAB III METODE PENELITIAN