72
acara pudun selesai dan ditutup dengan acara makan bersama. Adapun jenjang dari pudun sampai ke pesta adatnya di Desa Suka Dame berkisaran satu sampai dengan
dua bulan, dimana tempat dan segala acara yang akan dilaksanakan dikerja adat sudah dibahas semuanya di dalam pudun termasuk tukor atau mahar dari
perempuan. Dalam acara ini juga dibicarakan adalah kesiapan pengantin untuk menikah, kapan waktu dan tempat akan dilakukan pesta upacara perkawinan, serta
harga tukor atau mahar yang diberikan pihak laki-laki kepada perempuan. Adapun pseta atau kerja adatnya juga akan dilaksanakan di desa si perempuan atau bisa juga
di luar desa perempuan dan laki-laki, dimana seseuai kesepakatan bersama. Jika di luar biasanya dilakukan di tempat pinggiran kota yang mudah diakses oleh kerabat.
Adapun masyarakat desa Suka Dame paling sering melakukan kerja adat di Jambur Gotong Royong atau di jambur RK yang berada di Pancur Batu.
4.4 Perkawinan pada Pasangan yang melakukan Adat “Nangkih” di Desa Suka Dame
4.4.1 Upacara atau Kerja Adatnya
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pasangan yang melakukan nangkih dan pudun maka sesuai kesepakatan dari kedua pihak di pudun maka
dilaksanakanlah kerja adatnya. Dalam perkawinan masyarakat karo pada umumnya, upacara adatnya dibagi dua yaitu nganting manuk dan erdemu bayu. Nganting
manuk juga dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama kedua pihak, dimana umumnya dilakukan sehari sebelum pesta upacara perkawinan akan dilakukan
tepatnya di malam hari sebelum hari kerja adatnya. Nganting manuk merupakan
Universitas Sumatera Utara
73
musyawarah kedua keluarga untuk membicarakan lebih jauh dan medetail tentang upacara menurut adat, dimana persiapan dilakukan lebih mendetail dan yang hadir
bukan hanya family terdekat dari masing-masing keluarga tetapi juga orang yang berperan penting dalam pelaksanaan adat dan upacara perkawinan. Keluarga laki-
laki yang harus hadir adalah:
1. Sukut siempo yaitu orang tua kadung dan saudara kandung
2. Senina silako runggu yaitu tingkat saudara yang akan bermusyawarah
3. Si peempoken yaitu pihak kelompok saudara yang mengawinkan
4. Anak beru tua
5. Anak beru cekuh baka
6. Kalimbubu singalo ulu emas
7. Senina sipemeren, siparibanen dan sipengalon
Sedangkan untuk si pihak wanita yang harus hadir adalah:
1. Sukut sinereh yaitu orang tua kandung dan saudara-saudara kandung
2. Seninia silako runggu
3. Sinerehken
4. Senina sipemeren, siparibanen dan sipengalon
5. Anak beru dan anak beru menteri
6. Kalimbubu singalo bere-bere, perkempun dan perninin
7. Singalo perbibin
Dimana orang-orang di atas harus hadir ketika nanti dilaksanakan upacara perkawinan secara adat sehingga saat nganting manuk akan lebih di detailkan siapa
saja yang berhak dan akan menjadi yang disebutkan di atas di dalam upacara nanti
Universitas Sumatera Utara
74
sesuai dengan adat. Adapun dalam beberapa pesta perkawinan karo khususnya di desa Suka Dame, nganting manuk tidak dilaksanakan dengan alasan meminimkan
biaya sehingga semua hal yang perlu dibicarakan dilakukan saat pudun atau maba belo selambar. Hal ini tergantung kesepakatan bersama kedua belah pihak. Orang-
orang yang melakukan nangkih biasanya jarang melakukan nganting manuk, dimana hal-hal yang penting semuanya dibicarakan di saat acara pun atau maba belo
selambar. Selain itu, saat acara maba belo selambar selesai, si perempuan dapat kembali ke rumah menunggu sampai pesta perkawinan adat dilakukan, dimana pihak
perempuan tidak dapat lagi membatalkan acara perkawinan. Si perempuan membatalkannya maka si perempuan wajib membayar kepada pihak laki-laki dua
kali lipat dari biaya yang dikeluarkan pihak laki-laki.
Upacara perkawinan adat karo dikenal dengan kerja erdemu bayu, dimana acara adat ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan nganting manuk ataupun pudun
atau maba belo selambar. Namun dalam beberapa kasus, kerja adat erdemu bayu ini tidak dapat dilaksanakan karena kekurangan dana sehingga dibuatlah dalam acara
nganting manuk yang mengertikan yaitu “ngesahken perjabun mereken unujuken sia arah raja, gelah enggo iakui syah jadi tua-tua”. Artinya diresmikan pernikahan
dengan pemberian tanda melalui kepala kampung dan pemberian sesuatu seperlunya kepada pihak-pihak yang berhak dari kerabat pengantin perempuan agar diakui
sebagai keluarga baru walau upacara resmi belun dilakukan. Dimana ini akan menjadi utang bagi mereka dikemudian hari, yang artinya mereka harus
membayarnya dengan tetap melakukan pesta adat perkawinannya. Jika tidak dilakukan maka anak mereka juga tidak dapat menikah secara adat karena orang
tuanya masih memiliki hutang adat yang belum dibayarkan. Sehingga hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
75
menjadi beban mental bagi mereka, dan biasanya baru beberapa tahun dapat dibayarkan ketika dana untuk pesta sudah ada.
Adapun adat upacara perkawinan karo terbagi atas tiga tingkatan berdasarkan biaya yang dikeluarkan, yaitu:
1. Sintua atau upacara besar, yaitu upacara perkawinan dilakukan secara
meriah, mewah dan besar-besaran. 2.
Sintengah, yaitu upacara perkawinan dilakukan secara menengah atau biasa-biasa saja.
3. Singuda, yaitu upacara perkawinan dilakukan secara sederhana hanya
untuk mendungi adat supaya tidak ada utang adatnya.
4.4.2 Pemberkatan Dalam Gereja