18 Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij lambat laun mengalami perkembangan yang
signifikan.
20
Hasil produksi tembakau Perkebunan Senembah Ma a tschappij memperoleh kualitas yang baik, walaupun demikian kualitas tanah di wilayah perkebunan ini
masih di bawah mutu dari Perkebunan Deli Ma a tscha ppij. Jika dibandingkan dengan perkebunan lain di Sumatera Timur, kualitas tembakau Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij masih tergolong yang paling baik.
21
Hal tersebut terjadi karena setelah dilakukan penelitian, tanah yang paling baik untuk penanaman tembakau adalah
sepanjang batas Sungai Wampu dan Sungai Ular. Wilayah tersebut hampir seluruhnya berada di Deli, Langkat dan Serdang.
22
2.1.2 Keadaan Geografis dan Iklim
Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij terletak di Pantai Timur Sumatera, memiliki 13 perkebunan di wilayah Kesultanan Serdang dan 1 perkebunan di masing-
masing wilayah Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat.
23
Pada tahun 1939, dari 15 perkebunan yang ada di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, 11 merupakan
perkebunan tembakau, yaitu Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis, Petumbak, Gunung Rintih, Pagar Merbau, Two Rivers, Selayang, Kuala
20
Hal ini terlihat dari bertambah luas konsesi tanah yang dimiliki oleh Perkebunan Senembah
Maatschappij
. Pada tahun 1889 konsesi tanah yang dimiliki seluas 31.563 bahu. Pada tahun 1897 bertambah menjadi 50.994 bahu, yaitu 40.340 terletak di wilayah Kesultanan Serdang dan 10.654 bahu
berada di wilayah Kesultanan Deli. Lihat
ibid.,
hal. 11.
21
Ibid.
22
Iyos Ros idah “Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Tembakau Deli Sumatera
Timur 1870- 1930”,
Tesis S-2
belum diterbitkan, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012, hal. 36.
23
C. W. Janssen dan H. J. Bool,
op.cit.,
hal. 104.
Universitas Sumatera Utara
19 Namu dan Simpang Empat. Selain itu terdapat 3 perkebunan karet antara lain
Tanjung Garboes, Melati dan Limau Mungkur dan 1 perkebunan kelapa yaitu Sei Tuan.
24
Sebagian besar wilayah perkebunan berada di tepi Sungai Bloemei yang baik untuk dilayari dan bermuara di Rantau Panjang yang merupakan ibukota Kerajaan
Serdang. Segala aktivitas pengangkutan produksi baik keluar dan masuk ke perkebunan dapat melalui aliran sungai tersebut. Hal ini memberikan keuntungan
tersendiri karena tidak memerlukan pembukaan jalan ke Medan untuk proses pemasukan dan pengeluaran hasil-hasil dari perkebunan.
25
Wilayah Perkebunan Senemba h Ma a tschappij
secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Pada tahun 1910, ada 5
perkebunan yang berada di wilayah dataran rendah, yaitu Batang Kuis, Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Petumbak dan Sei Bahasa. Perkebunan tersebut
terletak 15-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan perkebunan Gunung Rintih terletak di wilayah dataran tinggi. Perkebunan Gunung Rintih terbagi menjadi dua
wilayah yaitu Namu Suru dan Kota Jurung. Perkebunan di wilayah dataran tinggi dapat mencapai 300 meter di atas permukaan laut, bahkan wilayah perkebunan Namu
Suru mencapai 1000 meter di atas permukaan laut.
26
24
Lihat
Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1939,
Amsterdam: De Bussy, 1940; lihat juga C. W. Janssen dan H. J. Bool,
op.cit.,
hal 104; Lebih jelasnya lihat lampiran I.
25
Ibid.,
hal. 6.
26
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen,
De Gezondheidstoestand van de Arbeiders, Verbonden aan de Senembah-Maatschappij op Sumatra, Gedurende de Jaren 1897 tot 1907,
Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
20 Perkebunan Senembah Ma a tscha ppij yang terletak di Pantai Timur Sumatera
secara geografis terletak antara garis khatulistiwa dan garis Lintang Utara 4˚.
Sumatera Timur mempunyai iklim pantai tropik yang sifat iklim mikronya dipengaruhi oleh topografi seperti daerah-
daerah tanah tinggi “Tumor Batak”, antara lain; dataran tinggi Karo, pegunungan Simalungun, dan pegunungan Habinsaran.
27
Iklim tropis yang terdapat di wilayah Pantai Timur Sumatera menjadikan adanya 2 musim di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij, yaitu musim hujan dan
kemarau. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan memasuki bulan selanjutnya intensitas hujan semakin lebat. Musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Februari
sampai Agustus.
28
Intensitas hujan dan suhu yang panas dan kering setiap tahun terjadi dengan tidak menentu. Suhu dan kelembaban antara daerah dataran rendah dan
dataran tinggi juga ber beda. Di dataran rendah suhu berkisar antara 22˚C sampai 32˚C
bahkan bisa mencapai angka 36˚C sampai 40˚C pada musim panas. Di dataran tinggi suhu berkisar antara 19,5˚C sampai 25˚C bahkan pada musim hujan dapat mencapai
suhu 15˚C.
29
Suatu ciri iklim yang penting adalah angin yang bertiup sangat kencang. Iklim yang diakibatkan oleh angin ini menyebabkan kelembaban yang tinggi di daerah
dataran tinggi. Angin ini dinamakan Angin Bahorok
30
, yang biasanya bertiup antara bulan Juni hingga Agustus. Angin ini turun dari Dataran Tinggi Bukit Barisan
27
Karl J. Pelzer,
op.cit.,
hal. 31.
28
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen,
op.cit.,
hal. 13.
29
Ibid.,
hal 15-16.
30
Nama Angin Bahorok berasal dari nama yang diambil dari lembah Sungai Bahorok yang merupakan anak Sungai Wampu. Angin ini menggantikan angin laut yang berhembus ke pedalaman
selama siang hari. Lihat Iyos Rosidah,
op.cit.,
hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
21 menuju dataran rendah di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij dan menyebabkan
kekeringan dan kerusakan tembakau.
31
Curah hujan antara wilayah di dataran rendah dan dataran tinggi juga berbeda. Di perkebunan Gunung Rintih yang terletak di
dataran tinggi misalnya curah hujannya hampir dua kali lipat dengan perkebunan Batang Kuis yang berada di dataran rendah.
32
Berikut ini adalah tabel perbandingan curah hujan pada tahun 1907 antara perkebunan Gunung Rintih dengan perkebunan
Batang Kuis.
Tabel 1. Perbandingan Curah Hujan antara Onderneming Gunung Rintih dengan
Batang Kuis pada tahun 1907. Bulan
Gunung Rintih. Batang Kuis.
Januari 322 mm
111 mm
Februari 95 mm
90 mm
Maret
174 mm 132 mm
April 36 mm
27 mm
Mei
506 mm 115 mm
Juni 225 mm
73 mm
Juli 259 mm
65 mm
Augustus
102 mm 169 mm
September 245 mm
66 mm
Oktober 380 mm
113 mm
November
621 mm 233 mm
Desember 466 mm
584 mm
Jumlah 3.431 mm
1.778 mm
Sumber: W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, De Gezondheidstoestand va n de Arbeiders, Verbonden aa n de Senembah-Ma a tscha ppij op Suma tra ,
Gedurende de Ja ren 1897 tot 1907, Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 14.
31
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen,
op.cit.,
hal. 14-15.
32
Ibid.,
hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
22 Kondisi geografis dan iklim Perkebunan Senembah Ma a tschappij yang
terletak di wilayah tropis menyebabkan banyak wabah-wabah penyakit yang muncul pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Penyakit-penyakit di iklim tropis yang
menjadi wabah tersebut antara lain adalah typhus, dysentri, kolera, beri-beri dan lain sebagainya. Pada tahun 1901 dan 1907 akibat dari kekeringan yang melanda wilayah
ini, menyebabkan penyebaran wabah penyakit typhus dan kolera. Kelembaban suhu udara yang tinggi juga menyumbang penyebaran wabah beri-beri. Hal ini terjadi
ketika intensitas hujan sangat tinggi di wilayah tersebut.
33
2.2 Proses Kedatangan dan Perekrutan Kuli Kontrak