30 ditambah lagi dengan penghentian perekrutan kuli Cina ke perkebunan pada tahun
1931.
2.1.2 Kuli Kontrak Jawa
Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di perkebunan yang tiada habisnya. Beberapa perusahaan tembakau di Sumatera Timur mulai mencoba mendatangkan
tenaga kerja dari Jawa. Percobaan pertama dilakukan pada tahun 1875 oleh J. T. Cremer, direktur dari Perkebunan Deli Ma a tscha ppij yang mendatangkan kuli Jawa
dari Bagelen, Jawa Tengah. Namun perekrutan awal tenaga kerja dari Jawa tidak membuahkan hasil yang maksimal.
54
Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij awalnya tidak menaruh perhatian terhadap Jawa sebagai pemasok tenaga kerja. Penyebabnya tenaga kerja Jawa yang
kurang terampil dalam perawatan dan produksi tembakau jika dibandingkan dengan kuli Cina. Pada tahun 1889 kuli Jawa yang ada di perkebunan hanya sepertiga dari
kuli Cina. Kuli dari ras lainnya juga tidak memperlihatkan angka yang berarti, seperti kuli India berjumlah 93, kuli Madura berjumlah 130 dan kuli Sunda berjumlah
429.
55
Setelah awal abad XX terjadi perubahan yang signifikan dalam komposisi tenaga kerja di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij. Tenaga kerja asal Jawa mulai
mendominasi dalam jumlah kuli di perkebunan. Ada beberapa faktor kuli Jawa menjadi mayoritas pada awal abad ke XX menggantikan tenaga kerja dari Cina.
54
Jan Bremen,
op.cit.,
hal. 59.
55
C. W. Janssen dan H. J. Bool,
op.cit.,
hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
31 Pertama adalah biaya yang dikeluarkan untuk perekrutan kuli Jawa lebih murah
daripada kuli Cina. Kemudian kuli Jawa umumnya menerima upah harian sedangkan kuli Cina dengan sistem borongan sehingga pemanfaatan tenaga kuli Jawa lebih
efisien dalam sistem produksi. Selanjutnya kuli Jawa datang bekerja dengan membawa istrinya sehingga perempuan Jawa tersebut dapat bekerja sebagai kuli
perempuan di dalam perkebunan. Hal tersebut membuat perusahaan perkebunan lebih tertarik terhadap kuli Jawa.
56
Faktor lainnya adalah meledaknya populasi penduduk di Jawa sepanjang abad IX hingga awal abad XX menyebabkan banyak penduduk Jawa
kekurangan lahan dan miskin sehingga pemerintah mendorong arus emigrasi penduduk Jawa ke daerah seberang yakni ke Sumatera Timur.
57
Proses perekrutan tenaga kerja asal Jawa tidak jauh berbeda dengan kuli Cina. Caranya dengan menyebar agen atau yang biasa disebut werek ke desa-desa di Jawa.
Pengiriman tenaga kerja dilakukan melalui agen yang berpusat di Semarang, Jawa Tengah dan dikirim ke Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij melalui pelabuhan
Belawan.
58
Setelah proses pengiriman agen tenaga kerja ini biasanya menerima komisi dari perkebunan. Agar memperoleh komisi yang berlipat, tidak jarang agen tenaga
kerja melakukan berbagai penipuan dan kecurangan. Mereka membujuk calon tenaga kerja dengan menyebut tanah Deli banyak emas, banyak perempuan cantik, dan boleh
56
Jan Bremen,
op.cit.,
hal. 64 dan 66-67.
57
T. Keizerina Devi,
op.cit.,
Hal. 82.
58
C. W. Janssen dan H. J. Bool,
op.cit.,
hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
32 berjudi. Setiap orang yang pergi ke tanah Deli, setelah beberapa tahun pulang
kembali ke daerahnya sudah menjadi kaya.
59
Untuk meningkatkan pengerahan kuli Jawa, pada tahun 1911 didirikan biro tenaga kerja sendiri di Jawa dengan agen-agen di banyak tempat. Biro ini didirikan
oleh Asosiasi Pengusaha Perkebunan atau Deli Pla nters Vereniging D.P.V.. Pada tahun 1919 biro ini menjadi sebuah badan emigrasi khusus yang diberi nama
Algemeen Delisch Emigra tie Ka ntoor A.D.E.K. atau Kantor Emigrasi Umum
Deli.
60
Algemeen Delisch Emigra tie Ka ntoor A.D.E.K. kemudian berubah nama menjadi Vrij Emigra tie DPV en AVROS V.E.D.A., hal ini dikarenakan Perhimpunan
Pengusaha Karet yang tergabung dalam Algemeene Vereniging Rubberpla nters Oostkust va n Suma tra
A.V.R.O.S. bergabung dalam badan pengerahan kuli Jawa tersebut.
61
Dalam mendatangkan kuli Jawa, Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij menugaskan kuli kontrak yang telah bekerja di perkebunan untuk pulang dan
menghimpun kuli kontrak baru dari kampung halamannya. Kuli yang pulang ke Jawa biasanya akan kembali ke perkebunan dalam waktu sepuluh hari. Biaya yang
dikeluarkan untuk merekrut kuli Jawa setiap tahun mengalami penurunan. Tahun 1920 untuk merekrut kuli Jawa diperlukan f 140, tahun 1925 mengalami penurunan
menjadi f 120. Pada tahun 1930 menjadi f 99,50, bahkan setelah krisis malaise
59
Madelon Hermine Szekely-Lulofs,
Kuli,
Jakarta: Gratipiers, 1985, hal. 9-10.
60
Jan Bremen,
op.cit.,
hal. 68.
61
Verslag Nopens de Overwogen Plannen en Maatregelen Betreffende de Kolonisatie van Javaansche Werklieden op de Cultuurondernemingen ter Oostkust van Sumatra in Verband met de
Voorgenomen Afschaffing der Zoogenaamde Poenale Sanctie in de Koelieordonnantie,
Weltevreden: Landsdrukkerij, 1920; lihat juga C. W. Janssen dan H. J. Bool,
op.cit.,
hal. 65
Universitas Sumatera Utara
33 semakin turun menjadi f 75. Hal ini berlanjut pada tahun 1939 yaitu f 35,75 untuk
kuli Jawa lajang dan f 47,15 untuk kuli Jawa dengan istri dan dua orang anak.
62
Biaya yang semakin murah inilah yang menyebabkan meningkatnya perekrutan kuli Jawa
ke perkebunan. Salah satu faktor terjadi peningkatan yang signifikan kuli Jawa di Perkebunan
Senemba h Ma a tscha ppij adalah keberhasilan pihak perkebunan dalam menjalin
hubungan antara kuli kontrak di perkebunan dengan keluarga yang ditinggalkan di Jawa. Hal ini dapat dilihat semakin meningkatnya pengiriman paket dan uang ke
Jawa oleh kuli kontrak setiap tahun. Menurut laporan dari Deli Pla nters Vereniging D.P.V., tahun 1916 telah dikirim 113 paket dan uang f 415, tahun 1920 meningkat
menjadi 3.014 paket dan uang f 2.682. Pada tahun 1930 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 7.287 paket dan uang f 17.461.
63
2.1.3 Kuli Kontrak Perempuan Jawa