62 tahun 1928 sampai 1939. Namun pada tahun 1936 tidak ditemukan catatan mengenai
jumlah kematian kuli kontrak. Salah satu penyebabnya adalah pada tahun tersebut terjadi pergantian direktur perusahaan perkebunan sehingga dalam laporan tahunan
lebih banyak cenderung catatan mengenai keberhasilan dalam menjalankan perusahaan perkebunan tersebut.
Selama 11 tahun antara 1928 sampai 1939 jumlah kematian kuli kontrak di Perkebunan Senembah Ma a tscha ppij mengalami angka yang fluktuatif. Angka
kematian paling rendah terjadi pada tahun 1932 yaitu 4,9 kematian per 1.000 kuli yang disebabkan semakin membaiknya kualitas kesehatan kuli kontrak di Perkebunan
Senembah Ma a tscha ppij.
117
Dalam beberapa tahun sempat mengalami peningkatan seperti pada tahun 1933 yaitu 9,7 kematian per 1.000 kuli. Hal ini disebabkan oleh
merebaknya campak, epidemik influenza dan penyakit malaria.
118
Setelah tidak ada catatan kematian pada tahun 1936 seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya,
jumlah kematian meningkat secara drastis yakni di tahun 1937 sampai 1939. Dalam laporan tahunan tersebut tidak disebutkan penyebab peningkatan jumlah kematian di
tahun-tahun tersebut.
3.3 Penyebaran Penyakit Tropis
Penyakit tropis adalah penyakit yang muncul di daerah yang beriklim tropis. Penyakit ini dapat berkembang pada wilayah-wilayah yang beriklim panas dan
117
Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1932,
Amsterdam: De Bussy, 1933
118
Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij 1933,
Amsterdam: De Bussy, 1934
Universitas Sumatera Utara
63 lembab seputar garis khatulistiwa. Penyakit tropis erat kaitannya dengan cara hidup
yang tidak sehat, sanitasi yang buruk dan berbagai penyakit yang menular.
119
Penyebaran penyakit tropis disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor lingkungan, agen penyebab penyakit dan inang atau manusianya. Faktor lingkungan terbagi menjadi
dua yakni lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan fisik antara lain terdiri dari keadaan geografis, kelembaban udara, temperatur, dan lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan non-fisik di antaranya adalah sosial, ekonomi, budaya dan politik. Agen penyebab penyakit biasanya berasal dari bakteri, virus, jamur dan parasit tertentu,
sedangkan faktor yang terakhir adalah inang yang dibagi berdasarkan umur, jenis kelamin, keturunan, ras dan pekerjaan.
120
Wilayah Perkebunan Senemba h Ma a tschappij yang beriklim tropis menyebabkan banyak terjadi kasus wabah dan penyebaran berbagai penyakit.
Penyakit-penyakit tersebut di antaranya adalah kolera, dysentri, typhus, beri-beri, cacing tambang a nkylostomia sis, malaria, pes, cacar, radang paru pneunomia ,
tuberkulosis TBC, demam typhoid, influenza, meningitis dan kusta lepra.
121
Penyakit kolera, dysentri dan typhus merupakan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan manusia. Penyakit-penyakit ini erat kaitannya dengan pola hidup
yang tidak higienis, lingkungan dan iklim yang buruk dan makanan yang tidak baik. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar langsung dari manusia ke manusia lain atau
119
Farin Wahyu Rachman, “Penyakit Tropis”, [t.t], [t.p], artikel diakses dari https:www.academia.edu.
120
Widoyono,
Penyakit Tropis:
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan da n
Pemberantasannya,
Jakarta: Erlangga, 2008, hal. 3-7.
121
Kouwenaar,
De Gezondheidszorg ter Oostkust van Sumatra 1911-1935
, [s.i.]: [s.n.], 1936, hal. 295-301.
Universitas Sumatera Utara
64 tidak langsung, yakni melalui minuman, lalat, udara dan makanan.
122
Kolera disebabkan oleh ba sil yang disebut vibrio-cholera . Ba sil ini menyerang bagian
pencernaan dan mengakibatkan gejala muntah-muntah dan buang air besar hingga kekurangan cairan tubuh. Selain itu pada penderita tingkat akut akan mengalami
kejang-kejang dan gangguan saluran kencing dan akhirnya mengalami kematian. Penyakit kolera, dysentri dan typhus juga disebabkan kebiasaan yang buang air besar
ke sungai dan tidak melindungi makanan dengan baik menyebabkan basil penyebab penyakit tersebut menyebar dan berpindah dibawa oleh lalat karena banyak ba sil
penyakit ditemukan di kotoran manusia.
123
Penyebab penyebaran penyakit ini adalah arus kedatangan kuli yang sangat besar baik dari Cina maupun Jawa. Kuli-kuli diangkut dengan kapal-kapal khusus
pengangkut kuli biasanya tanpa memperhatikan kondisi kebersihan kuli tersebut sehingga penularan penyakit tersebut terutama kolera telah terjadi sebelum kuli
sampai di perkebunan. Di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij, ketiga penyakit ini menyebabkan
jumlah kematian yang cukup mengkhawatirkan terhadap kuli antara tahun 1897- 1904. Penyakit dysentri menyumbang jumlah kematian yang paling tinggi yaitu 681
kuli. Penyakit typhus dan kolera masing-masing menyumbang jumlah kematian 114 dan 111 pada 8 tahun tersebut. Pada 8 tahun selanjutnya yakni tahun 1905-1912
122
W. A. P. Schuffner, “De Prophylaxe van Cholera, Amobendysenterie, Bacillendysenterie en Typhus”, dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem Kiewiet de Jonge eds,
Plantage-Hygiene ten Behoeve van Directeuren, Administrateurs en Geneesheeren van Landbouw-Ondernemingen in
Nederlandsch-lndie,
Batavia: Javasche Boekhandel Drukkerij, 1914, hal. 101.
123
Ibid.,
hal. 101-104.
Universitas Sumatera Utara
65 menunjukkan penurunan jumlah kematian yang signifikan diantara ke tiga penyakit
tersebut. Penurunan jumlah yang paling drastis yaitu pada penyakit dysentri dan kolera yakni pada jumlah 108 dan 28, sedangkan penyakit typhus juga mengalami
penurunan yaitu pada jumlah 73.
124
Berikut ini adalah diagram perbandingan jumlah kematian karena ke tiga penyakit tersebut di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij
antara tahun 1897-1904 dan 1905-1912.
Gambar 5. Diagram Perbandingan Jumlah Kematian karena Penyakit Dysentri, Kolera dan
Typhus di Perkebunan Senembah Maatschappij antara tahun 1897-1904 dan
1905-1912.
Sumber: W. A. P. Schuffner, “De Prophylaxe van Cholera, Amobendysenterie,
Bacillendysenterie en Typhus”, dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem
124
Ibid.,
hal. 118-119 dan 121.
100 200
300 400
500 600
700 800
1897-1904 1905-1912
Jumlah kematian kuli kontrak
Dysentri Kolera
Typhus
Universitas Sumatera Utara
66 Kiewiet de Jonge eds, Pla nta ge-Hygiene ten Behoeve va n Directeuren,
Administra teurs en Geneesheeren va n La ndbouw-Ondernemingen in Nederla ndsch-lndie,
Batavia: Javasche Boekhandel Drukkerij, 1914, hal. 100.
Jumlah kematian kuli Cina akibat dari penyakit dysentri, kolera dan typhus menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kuli Jawa. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Faktor pertama adalah kebanyakan kuli Jawa menikah. Hal ini menyebabkan ada yang mengurusi kuli tersebut antara lain dari
makanan serta kuli yang menikah ditempatkan di tempat tersendiri sehingga tingkat kebersihan pasangan menikah ini terjaga. Berbeda dengan kuli Cina yang biasanya
hidup bersama dalam suatu barak panjang yang dalam penyediaan makanan dilakukan bersama-sama dengan kuli Cina yang lain. Selain itu kuli Cina juga banyak
menghisap candu dan tingkat kebersihan kuli Cina terbilang buruk.
125
Penyakit lain yang menyebabkan banyaknya jumlah kematian di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij
adalah beri-beri. Penyakit ini mulai mendapat perhatian oleh dokter di Hindia Belanda sejak pertengahan abad ke XIX. Hal ini dikarenakan adanya
publikasi
126
mengenai perdebatan penyakit ini di jurnal kedokteran pada masa itu yakni Geneeskundig Tijdschrift voor Nederla ndsch-Indie.
Penyebab penyakit beri-beri masih spekulatif, hingga pertengahan abad ke XIX beri-beri masih diklasifikasikan sebagai penyakit kosmik. Dalam konsep
125
W. A. Kuenen, “De Bacillaire Dysenterie”, dalam
Geneeskundige Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie,
Batavia: G. Kolff co, 1915, hal. 305
126
Publikasi paling awal dari penyakit beri-beri di Hindia Belanda adalah dari Jacobus Bontius nama aslinya Jacob de Bondt tahun 1629. Penyakit ini dinamakan kelumpuhan. Nama
penyakit ini berasal dari hewan biri-biri karena penderita beri-beri, oleh gangguan motorik akibat
polyneuretius
, berjalan dengan gaya seperti biri-biri. Nama ini muncul pertama kali dalam tulisan Jacous Bontius. Lihat dalam A. A. Loedin,
Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010, hal. 32 dan 34-35.
Universitas Sumatera Utara
67 penyakit kosmik udara adalah penyebab dan penyebar penyakit. Selain itu perubahan
iklim, suhu, kelembaban disebut sebagai faktor yang memicu penyakit ini. Penderita penyakit ini pada masa kolonial Belanda banyak ditemukan pada individu yang
seluruh kehidupannya diatur seperti di ta ngsi, penjara, tempat penampungan kuli, panti yatim piatu, asrama sekolah dan rumah sakit sehingga penyakit ini sering
disebut Gouvernementsziekte penyakit pemerintah.
127
Ada beberapa teori mengenai penyebab penyakit ini, yaitu keterkaitan beri- beri dengan penyakit lain seperti penyakit cacing, anemia, gangguan ginjal, radang
tulang belakang dan infeksi racun dari dalam tanah atau rawa-rawa.
128
Titik terang penelitian tentang penyakit beri-beri adalah dari teori Eijkman dan dilanjutkan oleh
penelitian Gerrit Grijns yang pendapat mereka adalah dalam makanan pokok yang dikonsumsi tidak ditemukan adanya vitamin B
1
.
129
Pada akhir abad XIX penyakit beri-beri menjadi penyebab naiknya jumlah kematian di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij, tepatnya terjadi pada tahun 1896
dan berlanjut pada tahun 1897, walapun mengalami penurunan namun jumlah kematian masih dapat dikatakan sangat tinggi. Jumlah penderita penyakit ini pun
relatif tinggi dan mulai menunjukkan angka penurunan yang drastis setelah tahun 1898. Untuk dapat memahami jumlah penderita dan jumlah kematian akibat dari
127
Ibid.,
hal. 36 dan 39.
128
Dalam beberapa publikasi oleh dokter-dokter yang meneliti tentang penyakit beri-beri pada saat itu masih terdapat perbedaaan pandangan penyebab penyakit ini, yaitu infeksi, intoksikasi atau
makanan.
Ibid.,,
hal. 55; lihat juga W. F. Donath, “A Short History of Beri-beri Investigations In the
Netherlands Indies” dalam Pieter Honig and Frans Verdoom eds.,
Science and Scientists In the Netherlands Indies,
New York: Board for the Netherlands Indies, 1945, hal. 75
129
A. A. Loedin,
op.cit.,
hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
68 penyakit beri-beri di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij perhatikan tabel berikut
ini.
Tabel. 8. Jumlah Kuli, Jumlah Penderita Beri-beri dan Jumlah Kematian Akibat
Penyakit Beri-beri di Perkebunan Senembah Maatschappij tahun 1897-1910. Tahun
Jumlah kuli Jumlah penderita
Jumlah kematian
1897 3.824
270 90
1898 4.029
98 24
1899 4.330
7 6
1900 4.167
12 2
1901 4.590
11 -
1902 5.132
10 2
1903 5.909
4 1
1904 5.656
3 -
1905 5.684
7 -
1906 5.666
4 -
1907 6.503
12 -
1908 6.798
22 2
1909 6.982
40 1
1910 6.730
25 -
Jumlah 76.020
525 128
Sumber: W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen , ”Die Gesundheitlichen Verhaltnisse
des Arbeiterstandes der Senembah Maatschappy “, in Archiv fur Schiffs- und
Tropen Hygiene, Leipzig: Verlag von Johann Ambrosius Barth, 1912, hal.
278.
Berdasarkan tabel diatas selama 14 tahun yaitu dari tahun 1897-1910, terdapat jumlah kuli yang bekerja 76.020. Dari jumlah tersebut 532 diantaranya menderita
penyakit beri-beri dan 127 kuli mengalami kematian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan penyakit beri-beri di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij . Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah musim, letak perkebunan,
ras dan gender, serta yang paling penting adalah faktor makanan.
Universitas Sumatera Utara
69 Faktor yang pertama adalah musim, penyakit beri-beri muncul dan
berkembang di kalangan kuli-kuli di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij dimulai dari akhir Oktober dan mencapai puncak pada bulan Desember sampai Januari dan
kemudian berangsur-angsur berkurang di bulan berikutnya. Pada tahun 1897-1900 dari 122 kematian kuli, jumlah terbesar terjadi di bulan Januari yaitu sebanyak 37 kuli
dan bulan Februari yakni 31 kuli.
130
Pada bulan November hingga April terjadi musim hujan dan bulan Desember hingga bulan Februari merupakan bulan paling
basah di wilayah iklim tropis di Pantai Timur Sumatra. Faktor lainnya adalah letak. Pada saat itu penyakit beri-beri adalah penyakit
yang misterius, biasanya penyakit ini lebih banyak berkembang di wilayah dataran rendah atau pantai ketimbang dataran tinggi atau pedalaman. Di Perkebunan
Senemba h Ma a tschappij jumlah kematian selama tahun 1897-1910 dari kebun
Tanjung Morawa dan Tanjung Morawa Kiri yang letaknya berdekatan dan berada di daerah pantai mengalami perbedaan yang signifikan. Jumlah kematian di kebun
Tanjung Morawa Kiri adalah 39 kuli sedangkan di kebun Tanjung Morawa berjumlah 9 kuli. Jumlah kematian di Kebun Gunung Rintih yang terletak di dataran tinggi
berjumlah 18 kuli. Pada tahun 1907-1910 terjadi peningkatan penderita beri-beri di kebun Gunung Rintih, hampir separuh penderita di tahun-tahun tersebut ditemukan di
kebun Gunung Rintih. Jumlah penderita beri-beri dari tahun 1907-1910 di kebun Gunung Rintih adalah 42 kuli dan jumlah penderita di lima perkebunan lainnya yaitu
130
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, “Die Gesundheitlichen Verhaltnisse des Arbeiterstandes der Senembah Maatschappy“, in
Archiv fur Schiffs- und Tropen Hygiene,
Leipzig: Verlag von Johann Ambrosius Barth, 1912, hal. 281.
Universitas Sumatera Utara
70 Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Batang Kuis, Sei Bahasa dan Petumbak
adalah 62 kuli.
131
Faktor selanjutnya adalah ras dan gender. Berdasarkan tabel di atas jumlah penderita dan kematian akibat penyakit beri-beri didominasi oleh kuli Cina. Dari
tahun 1897-1910 jumlah Kuli Cina yang menderita penyakit beri-beri adalah 461 orang sedangkan kuli Jawa yang menderita beri-beri berjumlah 52 orang dan lebih
sedikit lagi kuli perempuan Jawa yang menderita hanya 12 orang. Kematian akibat dari penyakit beri-beri juga didominasi oleh kuli Cina. Dari 128 kuli yang meninggal
116 di antaranya merupakan kuli Cina, sedangkan sisanya kuli Jawa yang meninggal berjumlah 11 kuli dan hanya 1 orang kuli perempuan Jawa meninggal akibat dari
penyakit ini. Bahkan semenjak tahun 1907 hanya kuli Cina yang terdapat menderita penyakit beri-beri.
132
Faktor yang terakhir dan yang paling penting adalah makanan. Makanan pokok masyarakat di Hindia Belanda adalah beras. Beras yang dikonsumsi oleh kuli
di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij adalah beras giling dari Siam Thailand yang berwarna putih. Jenis beras ini biasanya kadar vitamin B
1
telah hilang sehingga menyebabkan penyakit beri-beri.
Penyakit lain yang menyebar di kalangan kuli Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij
adalah a nkylostomia sis. Penyakit ini biasa disebut juga sebagai cacing tambang. Penyakit ini banyak menyerang kuli yang bertempat tinggal dengan tingkat
131
Ibid.,
hal. 283.
132
Ibid.,
hal. 279-280.
Universitas Sumatera Utara
71 kebersihan yang buruk. Penyakit ini menyebar melalui infeksi cacing yang dapat
masuk melalui kulit. Biasanya penyakit ini banyak menyerang kuli perempuan. Penyebab utama merebaknya penyakit ini disebabkan oleh sanitasi dan jamban-
jamban yang tidak higienis di sekitar barak-barak kuli. Gejala penyakit ini yaitu wajah pucat, kaki dan wajah bengkak dan dapat menyerang sistem pencernaan yang
dapat mengakibatkan mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Pada kondisi yang kronis cacing tambang dapat menghisap darah pasiennya dan dapat mengakibatkan
anemia.
133
Kondisi lingkungan yang buruk dan iklim yang lembab menyebabkan larva dan telur cacing tambang dapat berkembang dan hidup. Penularannya dapat
melalui tinja karena telur dan larva cacing tambang hidup di dalam tinja manusia. Infeksi dapat terjadi melalui makanan yang telah tercemar larva cacing tambang
tersebut. Pencemaran dapat melalui serangga atau lalat karena makanan yang tidak disimpan dengan baik.
3.4 Penyebaran Penyakit Kelamin