Kondisi Ekonomi dan Lingkungan Sosial

42 Cina tidak bekerja di perkebunan dan banyak yang meminjamkan uang dengan bunga tinggi atau menghasut suaminya untuk meninggalkan perkebunan. Setelah dua tahun, percobaan di perkebunan Gunung Rintih dihentikan dan menyusul tahun berikutnya di perkebunan Simpang Empat. 79

2.4 Kondisi Ekonomi dan Lingkungan Sosial

Tidak hanya pola permukiman saja yang menunjukkan hierarki struktur kehidupan, namun dalam kondisi ekonomi dan lingkungan sosial juga terjadi. Hierarki terdapat dalam semua hubungan sosial di perkebunan. 80 Dalam sistem perkebunan terjadi pemisahan yang sangat jelas antara staf Eropa yang menempati tempat tertinggi, perantara antara kuli dan manajemen Eropa yaitu biasa disebut mandor atau ta ndil dan kuli yang menempati struktur paling rendah. Perbandingan terlihat jelas dengan gaji yang diterima oleh staf Eropa dan upah yang diterima mandor terlebih kepada kuli yang menempati posisi struktur paling rendah. Setelah peralihan abad XIX, staf Eropa menerima gaji f 200 per bulan dan naik menjadi f 400 setelah 6 tahun bekerja. 81 Upah ta ndil kuli Cina sebesar f 319 per tahun, seorang mandor besar Jawa memperoleh upah f 258 per tahun, sedangkan mandor Jawa biasa mendapatkan f 135. 82 Kuli Cina upahnya dihitung berdasarkan jumlah perawatan dan pemanenan yaitu 1000 pohon tembakau diberi upah sebesar f 79 Ibid., hal. 69-70. 80 Elsbeth Locher- Scholten, “The Nyai in Colonial Deli: A Case of Supposed Mediation” dalam Sita van Bemmelen, dkk. eds., Women and Mediation in Indonesia, Leiden: KITLV Press, 1992, hal. 219. 81 C. W. Janssen H. J. Bool, op.cit., hal. 79. 82 Muhammad Said, op.cit., hal. 92. Universitas Sumatera Utara 43 10 karena menggunakan sistem borongan. Untuk kuli Jawa yang baru memperoleh upah f 0,55 per hari, kuli Jawa yang sudah lama f 0,60 per hari dan untuk kuli perempuan f 0,50 per hari. 83 Selain dengan upah, sistem pembayaran hasil kerja kuli juga dengan menggunakan beras yang disebut catuan atau rangsum. 84 Dalam perkebunan juga diciptakan suasana agar para kuli tetap terikat oleh kontrak yang berlaku. Setelah hari gajian, biasanya tanggal 1 dan 16 setiap bulannya diadakan semacam pasar malam atau keramaian yang didalamnya secara sengaja perkebunan melegalkan perjudian, pelacuran dan penjualan secara bebas candu -candu kepada kuli. 85 Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tempat tinggal kuli dipisahkan berdasarkan rasnya. Hal ini juga berimplikasi terhadap lingkungan sosial kuli-kuli tersebut. Pemisahan yang dilakukan oleh pihak perkebunan bertujuan untuk lebih mudah mengontrol dan mengawasi kegiatan kuli, sebab perkebunan tidak ingin kuli tersebut bersatu sehingga dapat membahayakan perkebunan. Hierarki yang diciptakan dalam perkebunan tidak jarang membuat kuli melakukan tindakan yang tidak terduga terhadap tingkatan kekuasaan yang ada diatasnya. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa penyerangan hingga pembunuhan. Contohnya dalam pemberitaan berikut ini yaitu ketika kuli menyerang ta ndil di perkebunan Batang Kuis. 83 C. W. Janssen dan H. J. Bool, op.cit., hal. 81. 84 Karl J. Pelzer, op.cit., hal. 156. 85 T. Keizerina Devi, op.cit., hal.130-131. Universitas Sumatera Utara 44 ”Satu orang koeli – menoelis ka soerat kabar Deli Courant dari 13 Oktober – da ri kebon Ba ta ng Kuis, da ta ng ka Meda n a ka n menga doe ha l da ri pada ta ndil besa r. Si ta ndil itoe kebetoela n a da itoe wa ktoe di Meda n, dia ini dia ntja m tenga dja la n oleh bebra pa ora ng ja ng ma rah itoe, ma ka ta ndil itoe soedah toeloeng dirinja sendiri oleh la ri. Diba wa menga da p pa da toea n kontroleur, ma ka sa toe ba gia n da ri koeli-koelie itoe tida sa toe poela ng kembali ka kebon. Di orang semoea ditahan didalem roema boei.“ 86 Contoh lainnya adalah penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan oleh kuli terhadap seorang staf Eropa dan kepala ta ndil terjadi di perkebunan Selayang dan Batang Kuis dapat dilihat dari pemberitaan berikut. ”Di onderneming Selayang satoe koelie bangsa T.H. totok soedah menjerang pada sa toe a ssistent da n kepa la ta ndil. Berdoea nja da pet loea ka ma la han itoe ka pa la tandil loekanja ada brat.” ”Baroe baroe ini dari Deli telah diwartaken dengan kawat tentang pemboenoehan a ta s dirinja Segers, Assistent da ri onderneming, Ba ta ng Kuis kepoenja’annja Senembah Maatschappij.” 87 Dibandingkan kuli Cina, Perkebunan Senemba h Ma a tsscha ppij lebih memperhatikan perbaikan dan kesejahteraan sosial kuli Jawa. Pada masa kepemimpinan C. W. Janssen pada 1889 sampai 1927 sangat memperhatikan pendidikan anak-anak Jawa di perkebunan. Ia menolak program pendidikan dasar dari pemerintah Belanda yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Sebaliknya ia mempekerjakan guru-guru Jawa yang memberikan pelajaran dalam bahasa Jawa di waktu pagi dan mengawasi pekerjaan praktek ringan di waktu sore. Setiap anak menerima sarapan pagi di sekolah dan setiap anak lelaki ditugaskan 86 Ibid., hal. 139. 87 Ibid., hal. 141-144. Universitas Sumatera Utara 45 untuk suatu kebun kecil untuk menanam dan memeliharanya. Kebanyakan anak-anak yang lulus dari sekolah-sekolah tersebut dipekerjakan di perkebunan tersebut. 88 Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh C. W. Janssen kemudian diikuti oleh direksi dan pemimpin selanjutnya. Perkebunan Senemba h Ma a tschappij juga mempunyai kepedulian terhadap masa pensiun para pekerjanya. Diawali pada tahun 1896 melakukan sistem pensiun kepada staf Eropanya, kemudian pada tahun 1914 diberlakukan juga sistem pensiun terhadap kuli kontrak yang ada di perkebunan. Para kuli ini menerima uang pensiun sebesar f 5 setiap bulannya dan dibayarkan setiap tiga bulan sekali. 89 88 Karl J. Pelzer, op.cit., hal. 61. 89 C. W. Janssen dan H. J. Bool, op.cit., hal. 82. Universitas Sumatera Utara 46

BAB III WABAH DAN PENYEBARAN PENYAKIT TERHADAP KULI KONTRAK

DI PERKEBUNAN SENEMBAH MAATSCHAPPIJ

3.1 Kondisi Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja kuli kontrak dalam perkebunan erat kaitannya dengan wabah dan penyebaran penyakit yang melanda wilayah perkebunan Sumatera Timur pada akhir abad ke XIX hingga awal abad ke XX. Masalah kebersihan lingkungan kerja merupakan persoalan utama yang menyebabkan penyebaran wabah penyakit. Penyakit seperti dysentri, kolera, malaria, typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan dan sanitasi yang buruk dan kotor. Selain itu kondisi iklim yang ada di perkebunan, serta kondisi tubuh yang rentan terhadap penyakit merupakan faktor penyumbang terjadinya wabah dan penyebaran penyakit pada saat itu. Faktor lainnya yaitu pemondokan tempat tinggal kuli yang buruk pada masa perintisan perkebunan menyebabkan berbagai penyakit menular semakin mewabah pada akhir abad XIX. Tembakau adalah komoditas tanaman yang pembudidayaannya menggunakan sistem ladang berpindah. Tanah yang telah ditanami tembakau biasanya dibiarkan selama 8 sampai 12 tahun. Setiap tahun hanya 1 10 dari seluruh luas perkebunan yang ditanami tembakau. Pada peralihan abad XX, penanaman tembakau di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij luasnya adalah sekitar 1.800 ha. Dalam setiap perkebunan, luas lahan yang ditanami adalah sekitar 300 ha. Dalam perkebunan terdiri dari Universitas Sumatera Utara