93
4.2.2 Penyediaan Air dan Makanan
Upaya preventif yang langsung berpengaruh terhadap kondisi tubuh kuli adalah penyediaan nutrisi, bahan makanan dan air minum. Dengan pekerjaan
penanaman tembakau yang padat karya, semua pekerjaan menggunakan tenaga manusia sehingga kuli harus mempunyai tubuh yang sehat. Pekerjaan tersebut antara
lain membuka hutan, merawat tanaman tembakau dan lahan, dan menyortir di gudang-gudang tembakau. Penyebab merebaknya wabah penyakit menular seperti
kolera, thypus dan dysentri adalah banyak kuli di perkebunan yang meminum air parit atau selokan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mempercepat proses
penularan bibit-bibit penyakit. Selain itu makanan yang dikonsumsi kuli seringkali sangat memprihatinkan.
Penyediaan air yang dilakukan oleh Perkebunan Senemba h Ma a tschappij adalah dengan membangun sumur-sumur di sekitar wilayah tempat tinggal kuli atau
dengan mengandalkan aliran sungai. Sumur yang digali dan dibangun untuk persediaan air minum secara rutin diperiksa kadar bakteri dalam air dengan
menggunakan alat yang dapat mengontrol tingkat pemurnian air yang dinamakan pengontrol air Eijkman
174
. Alat tersebut dapat mengukur tingkat basil bakteri dalam kadar air. Tingkat ba sil yang masih normal adalah di bawah 1.000 mm.
175
174
Eijkman adalah seorang dokter Belanda yang banyak melakukan kegiatan penelitian di bidang penyakit tropis di Hindia Belanda, beberapa penemuannya adalah mengenai epidemiologi dan
penanganan penyakit beri-beri dan juga penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan kebersihan. Lihat Satrio et. al,
op.cit.,
hal. 65.
175
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, 1910,
op.cit.,
hal. 61.
Universitas Sumatera Utara
94 Ketika musim kemarau terjadi sumur-sumur yang digali di perkebunan
biasanya akan kering. Penyediaan air dilakukan dengan memanfaatkan Sungai Bloemei yang mengalir di sepanjang wilayah perkebunan. Namun air yang ada di
sungai tersebut kualitasnya tidak terlalu baik, karena banyak permukiman orang Melayu di pinggiran sungai dan limbah rumah tangganya di buang ke sungai.
Pemanfaatan air sungai biasanya lebih diperuntukkan untuk mandi dan mencuci.
176
Pembangunan sumur-sumur di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij dibagi menjadi dua fungsi, yakni sumur untuk kegiatan mandi, buang air dan mencuci, dan
sumur untuk penyediaan air minum bagi kuli. Sumur yang digali untuk penyediaan air minum dilengkapi dengan batasan yang agak tinggi di pinggiran sumur agar air
dan kotoran dari luar tidak masuk ke dalam sumur tersebut.
177
Pihak perkebunan melakukan pembatasan yang jelas mengenai fungsi kedua sumber air tersebut. Hal ini
dilakukan untuk pencegahan bibit-bibit penyakit yang dapat menular melalui persediaan air di perkebunan.
Selain itu Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij juga melakukan kebijakan dengan menyediakan air minum bagi kuli yang bekerja dalam penanaman tembakau
di lahan maupun dalam pembukaan hutan. Air minum yang disediakan bagi kuli adalah air bersih yang diambil dari persediaan air dan telah direbus atau dimasak
untuk menghilangkan ba sil atau kuman penyebab penyakit menular. Air minum untuk kuli tersebut dilengkapi dengan teh yang berfungsi untuk memurnikan air
176
Ibid.,
hal. 64.
177
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
95 minum tersebut.
178
Seperti telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa banyak kuli yang meminum air parit atau selokan sehingga menyebabkan banyak
wabah kolera, typhus, dan dysentri. Setiap tahun terjadi peningkatan dalam penyediaan air minum yang dikelola oleh administratur Perkebunan Senemba h
Ma a tscha pppij. Teh yang digunakan adalah teh yang berasal dari Cina. Harganya yaitu f 1.70
per kg. Dalam satu kg teh dapat menghasilkan 200-300 liter air minum. Setiap tahun biaya dalam penyediaan air minum dengan teh untuk kuli di Perkebunan Senemba h
Ma a tscha ppij adalah f 8.728,60. Biaya tersebut sudah termasuk pengangkutan air
minum untuk para kuli yang bekerja.
179
Penyediaan teh dalam air minum untuk kuli-kuli yang bekerja di Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij
telah berhasil dalam menurunkan tingkat penyebaran penyakit menular yang penyebarannya melalui air minum. Penyakit tersebut
diantaranya a nkylostomia sis, dysentri, thypus dan kolera. Kebijakan ini didukung penuh oleh direktur Perkebunan Senemba h Ma a tschappij yaitu Dr. C.W. Janssen.
180
Penyediaan makanan terutama terkait dengan ancaman penyakit beri-beri yang pada akhir abad XIX merupakan wabah besar yang mengakibatkan banyaknya
jumlah kematian kuli kontrak. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelu mnya dalam beberapa tahun menjelang akhir abad XIX, penyakit ini merajalela di perkebunan.
Kemudian dokter di Perkebunan Senemba h Ma a tschappij menemukan bahwa
178
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, 1912,
op.cit.,
hal. 112.
179
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, 1910,
op.cit.,
hal. 66.
180
Ibid.,
hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
96 pengaruh makanan adalah faktor yang paling penting terhadap mewabahnya penyakit
ini. Makanan yang terutama dikonsumsi oleh kuli adalah beras. Beras tersebut
adalah beras giling yang terutama diimpor dari Siam Thailand. Selain itu juga ada tambahan makanan yaitu ikan kering. Perkebunan Senemba h Ma a tscha ppij mencoba
mencegah terjadinya beri-beri pada kuli-kuli Cina yang makan beras giling, dengan memberi makanan tambahan, seperti daging babi, kapri, buncis, dan sayuran, tetapi
penyakit beri-beri tetap kembali. Beri-beri baru dapat diberantas dengan mengganti seluruh beras dengan beras setengah giling zilvervlies. Satu-satunya kasus beri-beri
yang masih ditemukan adalah seorang mandor kuli Cina yang merasa beras zilvervlies
kurang halus dan tidak sesuai dengan kedudukan sosialnya sehingga dia makan beras giling Siam Thailand yang putih.
181
Ada kalanya kuli juga dapat makan daging yaitu pada waktu pemimpin Perkebunan Senembah Ma atscha ppij
menyembelih lembu untuk personel perusahaan. Pengawas sering memborongkan pekerjaan menyiapkan makanan tersebut kepada regu-regu kerja tersendiri.
182
Biasanya yang diserahi tugas memasak adalah pemilik kedai, istri pengawas, atau juru masak yang ada di bangsal-bangsal. Jika yang memasak adalah juru masak
tersebut maka upah memasak akan dibebankan kepada kuli.
183
4.2.3 Pemeliharaan Kebersihan dan Sanitasi