Tahapan climax Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Sosiosastra

- 59 - Patik lihat sendiri betapa ketakutan mereka itu. Patik bersama pasukan datang di waktu tengah malam. Pasukan kami mendapati Calon Arang di rumahnya. Sedang ia tidur waktu itu. Waktu bangun keluar api besar yang menjilat-jilat ke sana- kemari. Kepala pasukan beserta dua orang prajurit yang hendak menangkapnya terbakar hangus sama sekali. Karena itu, patik bersama sisa pasukan segera mundur dan kembali ke kota. Hemat patik si janda Calon Arang tidak dapat dilawan dengan senjata.” Cerita Calon Arang, 2003: 34.

e. Tahapan climax

Tahap climax dalam novel Cerita Calon Arang ini tergambar ketika Calon Arang semakin marah setelah pasukan balatentara kerajaan mulai menyerang dan mengganggu rencana jahatnya. Maka Calon Arang memutuskan untuk menyebarkan penyakit mematikan itu tidak hanya di Dusun Girah saja, melainkan melanjutkannya ke ibukota. Para muridnya pun setuju dan membantu Calon Arang menyebarluaskan penyakit itu sampai ke ibukota. Mereka meminta izin kepada Dewi Durga dan Dewi Durga mengizinkan rencana jahat mereka. Mereka pun memulai aksi kejahatannya. Mereka juga tidak ragu untuk membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Kejahatan Calon Arang sudah sangat merajalela ke seluruh pelosok negeri Daha. Penyakit yang mereka sebarkan semakin hebat. Ratusan penduduk setiap hari meninggal akibat penyakit itu. Mereka yang masih hidup tidak sempat lagi menguburkan mayat kerabat yang meninggal. Mayat-mayat itu terkapar di sepanjang jalan, di dalam rumah, di sawah, bahkan di dekat-dekat istana demikian pula. Hampir dari tiap rumah terdengar tangis menghiba-hiba. Saban hari ada orang- orang yang masih sehat berduyun-duyun ke candi dan berdengunglah doa memohon keselamatan dari para dewa. Saban hari terdengar rintih kesakitan serta jerit kesedihan dan ketakutan. Banyak orang mengungsi meninggalkan daerah yang sudah diserbu oleh penyakit. Tetapi ditengah perjalanan mereka terserang penyakit itu dan roboh di pinggir jalan. Sawah dan ladang tak diolah lagi. Semak dan rumput merayap merajalela. Seri kerajaan Daha kini telah menjadi suram. Lalat besar-kecil merajalela dan terbang berdansa-dansa kian kemari tambah melebarkan serangan penyakit. Dan karena rumput dan semak merajalela, Universitas Sumatera Utara - 60 - margasatwa pun beranak-biak dengan secepatnya. Di seluruh negeri itu hanya satu dua orang saja yang tidak kurus. Kata orang, pada waktu itu banyak setan bersuara dari angkasa, dari pohon-pohon, dari padang, dan dari mana-mana saja Cerita Calon Arang, 2003: 53-54. Karena keadaan negara yang dipimpinnya semakin gawat, maka Sri Baginda Erlangga pun sangat sedih dan marah. Oleh karena itu, ia selalu dan tidak berhenti mencari cara bagaimana caranya mengalahkan Calon Arang dan murid-muridnya agar rakyat dan negaranya hidup seperti semula.

f. Tahapan Falling Action