Tahapan Inciting Force Tahapan Rising Action

- 55 - manjur belaka. Itulah sebabnya tak ada orang berani padanya Cerita Calon Arang, 2003: 11. Pada bagian awal cerita juga diceritakan mengenai pelaku lain yaitu Empu Baradah yang juga merupakan pelaku utama dalam cerita ini yang akhirnya mampu menaklukkan kekuatan Calon Arang dengan kekuatan dan kepandaiannya. Pada waktu itu ada seorang pertapa. Ia bergelar Empu. Ia bernama Empu Baradah. Empu Baradah orang yang saleh dan taat benar pada agamanya. Ia selalu bertakwa pada dewanya. Sudah lama ia berasrama di Lemah Tulis, dan di sana pula ia tinggal. Karena Sang Empu sangat taat pada agamanya, penduduk dusun sujud belaka padanya. Lagipula ia selalu ramah, senang menolong orang sengsara, dan tidak pernah menolak bila orang datang minta tolong Cerita Calon Arang, 2003: 15. Demikian tahap exposition yang tergambar dalam novel Cerita Calon Arang ini. Pengarang membuat perkenalan pada awal cerita yang berupa informasi mengenai pelaku cerita yang sangat mendukung jalannya peristiwa demi peristiwa dalam cerita ini sehingga pembaca tertarik membaca kelanjutan ceritanya. Kemudian cerita berlanjut pada pertentangan yang terjadi akibat kekuatan dan perbuatan jahat yang dilakukan Calon Arang dan pengikutnya.

b. Tahapan Inciting Force

Tahap inciting force berlangsung dalam cerita ini ketika Calon Arang menjadi marah karena penduduk Girah tidak ada yang mau berteman dengan putrinya Ratna Manggali. Walaupun usia putrinya itu sudah lebih dari 25 tahun, belum ada seorang lelaki yang mau memperistrinya. Penyebabnya adalah seluruh penduduk takut dengan Calon Arang yang dikenal sebagai janda yang jahat yang memiliki ilmu hitam untuk mencelakakan orang lain. Karena mengetahui putrinya menjadi bahan percakapan di Universitas Sumatera Utara - 56 - dusunnya, maka Calon Arang pun semakin marah dan memutuskan untuk membunuh penduduk sebanyak-banyaknya agar kemarahannya terpuaskan. Lama-lama marahlah Calon Arang karena tak banyak orang yang suka padanya. Dari murid-muridnya itu banyak mendengar bahwa anaknya jadi buah percakapan, karena tak juga diperistri orang. Bukan main marahnya. Sifatnya yang jahat pun tumbuhlah. Ia hendak membunuh orang sebanyak-banyaknya, supaya puaslah hatinya. Setelah niatnya pasti, dipanggil semua muridnya Cerita Calon Arang, 2003: 12. Kejahatan yang mulai dilakukan oleh Calon Arang dan murid-muridnya ini menyebabkan penduduk dusun Girah dan ibukota diserang penyakit yang disebarkan Calon Arang dengan ilmu yang dimilikinya.

c. Tahapan Rising Action

Tahap rising action dalam novel Cerita Calon Arang ini diceritakan bahwa Calon Arang dan murid-muridnya terus menyebarkan penyakit. Banyak penduduk yang meninggal akibat penyakit yang disebarkan Calon Arang itu. Calon Arang tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukannya. Penyakit ini menyebabkan konflik dalam kehidupan penduduk. Konflik tersebut adalah perasaan ketakutan yang mencekam yang dialami seluruh penduduk dusun Girah. Tidak ada penduduk yang berani dan dapat melawan kekuatan Calon Arang. Jika mereka berani melawan, maka mereka pasti akan mati. Begitu juga dengan kepala dusun tidak berani melawan Calon Arang. Anak dari kepala dusun juga menjadi korban dari kehajatan Calon Arang dan murid-muridnya. Calon arang dan beberapa muridnya datang ke rumah kepala dusun. Di sana mereka tak mengobati anak yang celaka itu. Melihat hal itu menangislah kepala dusun itu laki-bini. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa karena ia pun takut pada Calon Arang dan murid-muridnya. “enak ya? enak ya?” kata Calon Arang. “Tentu saja enaklah ia sekarang, Nyai” kata muridnya. Universitas Sumatera Utara - 57 - Laki-bini itu berdiam diri saja mendengar sindiran itu. Keduanya takut mendapat bencana lebih besar lagi. “Lihat, lihat, lakinya menangis,” kata Calon Arang. Tiba-tiba muncullah kemarahan kepala dusun itu. Ia pun masuk ke dalam kamar. Dari sana diambilnya tombak yang bertuah. Kemudian ia keluar lagi dan berseru: “Hinakanlah kami, Calon Arang Hinakanlah kami” teriaknya. Calon arang tertawa melihat kepala dusun itu. Tiba-tiba perempuan itu berteriak: “Bah” Kena hawa teriakan itu jadi kaku-kejanglah kepala dusun itu. Bininya terlompat dan merangkul suaminya. Tapi kepala dusun itu telah mati. Menangislah istri yang malang itu tersedan-sedan Cerita Calon Arang, 2003: 25-26. Peristiwa kejahatan ini terus terjadi menimpa penduduk dusun. Mereka hidup dalam ketakutan. Tidak ada yang berani keluar rumah. Dusun Girah yang ramai menjadi sepi. tidak ada yang berani keluar rumah. Mereka takut akan menjadi korban kejahatan Calon Arang. Dahulu tanah lapang Dusun Girah adalah tempat bermain-main anak kecil. Apalagi kalu bulan bersinar-sinar. Bermacam-macam permainan mereka itu. Tetapi sekarang sunyi saja lapangan dusun itu. Bila mereka bermain-main dan lewatlah seorang murid Calon Arang, larilah mereka masing-masing karena takutnya. Kalau Calon Arang atau salah seorang muridnya sedang tidur, tak ada anak berani berseru atau tertawa-tawa. Kalau anak-anak itu berani membuat gaduh waktu mereka tidur, matilah ia diteluh Cerita Calon Arang, 2003: 24.

d. Tahapan crisis