Alur Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Sosiosastra

- 52 - Setelah anak tirinya itu lenyap dari pemandangannya, dengan air muka berseri-seri, pergilah ia mendapatkan anaknya. Ia pun bermain-main dengan anaknya itu. Diberinya berbagai macam janji yang besar-besar Cerita Calon Arang, 2003: 47. Berdasarkan fungsi tokoh, tokoh ini tergolong tokoh bawahan tambahan, yang kemunculannya dalam cerita ini hanya pada beberapa bagian saja. Keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita juga hanya sedikit, sedangkan berdasarkan cara menampilkan tokoh, tokoh ini tergolong tokoh datar yang tidak menunjukkan perubahan watak dan sikapnya dari awal hingga akhir cerita.

4.3 Alur

Alur merupakan unsur karya sastra fiksi yang sangat penting, karena melalui alur akan didapat gambaran tentang hubungan peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Alur cerita yang jelas dan sederhana akan mempermudah pemahaman pembaca atas cerita yang dibacanya. Namun, apabila alur yang ditampilkan kompleks, maka hubungan antarperistiwa yang terjadi dalam cerita sulit dipahami oleh pembacanya. Aminuddin 2000: 83 mengatakan “Alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa-peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita”. Stanton 2007: 26 menyatakan “Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa- peristiwa yang terhubung”. Selanjutnya Stanton menyatakan: Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen lain, alur Universitas Sumatera Utara - 53 - memiliki hukum-hukum tersendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir, yang nyata, meyakinkan, logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan. Abram dalam Nurgiyantoro, 1995: 113 mengemukakan “Plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.” Dari beberapa pengertian yang tersebut di atas, semakin jelas bahwa alur sebuah cerita sangat penting dalam sebuah karya sastra atau fiksi, karena alur menjelaskan rentetan peristiwa demi peristiwa yang saling bertautan dalam cerita sehingga pembaca dapat memahami cerita yang ditampilkan dalam karya fiksi tersebut. Aminuddin 2000: 84 menyatakan urutan peristiwa dalam plot atau alur adalah sebagai berikut: Tahapan exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta pengenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita, tahapan inciting force, yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak, maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku , rising action, yakni situasi panas, karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik, crisis, yaitu situasi mulai panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya, tahapan climax, yakni situasi puncak ketika konflik berada pada kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri, falling action, yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dlam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita.Dari keterangan di atas peneliti mendapat gambaran mengenai urutan peristiwa yang terjadi dalam alur atau plot yang terdapat dalam novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara - 54 -

a. Tahap Exposition