Tahapan Conclusion Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Sosiosastra

- 61 - Empu Baradah telah mengetahui penyebab mengapa Calon Arang berbuat demikian kejam, yaitu karena tidak ada seorang pun yang mau memperistri putri tunggalnya Ratna Manggali yang berusia lebih dari 25 tahun. Maka Empu Baradah pun menyusun rencana menikahkan Empu Bahula, seorang murid terbaiknya dengan Ratna Manggali. Pernikahan itu bertujuan agar Empu Bahula mengetahui rahasia kekuatan Calon Arang melalui putrinya Ratna Manggali. Calon Arang sangat senang ketika Empu Bahula melamar putrinya. Pernikahan yang meriah pun dilaksanakan. Setelah beberapa waktu menikah, Empu Bahula mengetahui bahwa rahasia kekuatan Calon Arang berada dalam sebuah kitab. Ia pun menyuruh istrinya Ratna Manggali untuk mengambil kitab itu. Setelah mendapat kitab itu, Empu Bahula pun langsung pergi ke Lemah Tulis untuk menyerahkan kitab itu kepada Empu Baradah. Di Lemah Tulis ia pun bertemu dengan gurunya. Kitab segera diserahkan. Kagum Empu Baradah membaca kitab itu. Katanya: “Inilah kitab yang sangat luar biasa isinya. Hanya saja si Calon Sarang salah mempergunakannya. Kalau dipergunakan untuk maksud yang baik, ia akan segera mendapat terima kasih beribu-ribu manusia. Sayang ia salah pergunakan.” Setelah kitab itu terbaca habis, bicara lagi sang Baradah: “Nah, Bahula, inilah kitab itu, suruh istrimu menyimpan baik-baik. Kembalilah engkau ke Dusun Girah.” Cerita Calon Arang, 2003: 75.

g. Tahapan Conclusion

Tahap conclusion atau penyelesaian masalah dalam novel Cerita Calon Arang ini tergambar setelah mengetahui rahasia kitab Calon Arang, Empu Baradah dan ketiga muridnya yang terbaik pergi ke tempat-tempat yang banyak diserang penyakit. Empu Baradah mengobati orang-orang yang sakit. Dengan mantranya yang ampuh, penyakit itu hilang. Penduduk pun satu per satu telah sembuh. Di sepanjang jalan Empu Baradah juga menemukan orang yang meninggal, lalu ia dapat menghidupkan kembali mayat yang belum Universitas Sumatera Utara - 62 - membusuk dengan pandangan, sentuhan, atau hembusan napas. Penduduk yang menerima pertolongan pun bergembira dan mengucapkan banyak terimakasih pada Empu Baradah. Empu Baradah terus melanjutkan perjalanan dari dusun ke dusun dan menyembuhkan serta menghidupkan mayat-mayat yang masih segar. Penduduk menyambut gembira kedatangan Empu Baradah. Barang ke mana Sang Empu datang, tentu beribu-ribu orang datang memohon berkah. Orang-orang yang mati berhayat kembali. Orang-orang sakit segera sembuh lagi. Karena itu, tiap langkah Empu Baradah bertindak, ia ditaburi dengan bunga- bungaan aneka macam. Kalau meneruskan perjalanan, semua penduduk sujud menghormatinya Cerita Calon Arang, 2003: 75-76. Melihat kekuatan dan kebaikan Empu Baradah, dua murid Calon Arang yaitu Weksirsa dan Mahisa Wadana menemui Empu Baradah. Mereka mengakui kejahatan dan dosa yang telah mereka lakukan dan meminta agar Empu Baradah mau menyucikan jiwa mereka kembali. Empu Baradah pun memeperbaiki jiwa kedua murid Calon Arang itu. Kemudian kedua murid Calon arang ini mengajak Empu Baradah ke Candi Durga. Di sana Calon Arang sedang memohon dan berpikir tentang bahaya yang akan dialaminya. Ketika bertemu Empu Baradah, karena dalam keadaan takut, Calon Arang langsung meminta ampun kepada Empu Baradah, namun Empu Baradah menolaknya, karena jiwa Calon Arang masih sangat kotor dan jahat akibat dosa yang terlalu banyak. “Nyai, kata Weksirsa lagi, “semoga Nyai mengetahui, bahwa inilah Sang Maha Pendeta Baradah dari Lemah Tulis. Beliau kuasa dalam mengembalikan manusia pada yang benar dan mengampuni dosa.” Karena Calon Arang sedang ketakutan dan membutuhkan pertolongan, segera ia berlutut dan menyembah Sang Maha Pendeta, katanya” “Ampun Sang Maha Pendeta. Sungguh berbahagia hamba dapat bertemu dengan paduka tuan. Tolonglah hamba yang durhaka ini. Lenyapkanlah segala dosa hamba dan berilah hamba jalan pada budi yang luhur. Ya, Maha Pendeta segeralah paduka tuan menyucikan jiwa raga hamba yang durhaka ini.” Empu Baradah menggeleng-gelengkan kepala. Calon Arang mendesak dan mendesak. Universitas Sumatera Utara - 63 - “Hai, janda Girah tukang sihir. Engkau Calon Arang yang banyak dosa. Jiwa ragamu tak dapat disucikan lagi. Engkau tak bisa diampuni lagi. Dosamu terlampau banyak. Puluhan ribu orang yang tak berdosa mati karena tingkahmu. Begitu banyak orang yang kau buat sengsara. Dosamu terlampau besar. Tak ada seorang pendeta pun yang bisa mengampuni Cerita Calon Arang, 2003: 80-81. Karena Empu Baradah menolak permintaan ampunnya, maka kemarahan Calon Arang timbul. Ia mengancam Empu Baradah. Calon Arang menyerang Empu Baradah dengan kekuatannya. Calon Arang mengeluarkan api yang sangat besar dari mulutnya kemudian disemburkannya ke arah Empu Baradah. Lama api itu berkobar pada diri Empu Baradah. Semakin lama api itu semakin besar. Namun api itu tidak dapat membakar tubuh Empu Baradah. Ia tetap berdiri tenang. Kemudian sang Empu Baradah hanya mengatakan: “Hei, kau Calon Arang, mesti mati” Cerita Calon Arang, 2003 83. Maka Calon Arang pun terkapar dan tidak bergerak di atas tanah. Kemudian Empu Baradah menghidupkan Calon Arang lagi untuk menyucikan jiwanya, kemudian membunuhnya lagi. “Ini tidak baik. Tidak ada gunanya kalau ia mati begitu saja sebelum jiwanya dibersihkan. Ini namanya pembunuhan.” Setelah Calon Arang dibangunkan kembali. “Hai, pendeta Lemah Tulis” teriak perempuan itu. Untuk apa kau hidupkan aku lagi? Bukankan lebih baik aku mati?” “Mati ialah gampang, Calon Arang. Tetapi mati itu tidak berguna kalau tidak membawa kesucian. Baiklah kusucikan jiwamu dahulu,” kata Empu Baradah. Empu Baradah memberi pelajaran tentang budi-pekerti yang baik kepada janda Girah itu. Pelajaran itu membuat tukang sihir itu insaf. Kemudian ia menyembah Empu Baradah dengan takzim. Setelah itu calon Arang dibunuh kembali oleh sang Empu. Matilah dia Cerita Calon Arang, 2003: 84. Setelah Empu Baradah berhasil menaklukkan Calon Arang, seluruh penduduk bergembira. Begitu juga dengan Sri Baginda, ia sangat senang dan berterimaksaih kepada Empu Baradah yang telah berhasil membebaskan rakyat dan negerinya dari penderitaan Universitas Sumatera Utara - 64 - yang diakibatkan oleh kekuatan jahat Calon Arang. Sri Baginda Erlangga pergi ke Lemah Tulis meminta Empu Baradah mengajarkan tentang ilmu budi pekerti yang baik untuk memimpin Daha. Setelah mendapat ilmu budi pekerti itu, Sri Baginda Erlangga mampu membuat rakyat Daha hidup makmur dan sejahtera. Rakyat semakin mencintai Sri Baginda. Daha kembali seperti dahulu. Sawah dan ladang diolah lagi dan panen kembali berhasil. Anak-anak juga kembali bermain dengan gembira di padang dan rumput sambil menggembalakan binatangnya. Negri-negri lain pun datang ke Daha untuk berdagang. Demikianlah keadaan Daha setelah Calon Arang tiada.

4.4 Latar