Philia; Cinta Seorang Pemimpin Kepada Rakyatnya sesama

- 75 - Demikian juga dengan Calon Arang yang sangat marah ketika penduduk membicarakan putrinya yang belum juga ada yang melamar. Calon Arang kemudian melampiaskan amarahnya itu dengan membunuh penduduk sebanyak-banyaknya. Hingga suatu hari, putrinya dilamar oleh Empu Bahula. Calon Arang pun sangat senang dan mengadakan pesta yang sangat meriah untuk pernikahan putri tunggalnya walaupun harus mengorbankan sebagian besar dari hartanya. Perbedaan dari kedua cinta ini, yaitu cinta ayah Empu Baradah kepada putrinya Wedawati menghasilkan hal yang baik, artinya tidak merugikan orang lain di sekitarnya. Sebaliknya, cinta ibu Calon Arang kepada putrinya Ratna Manggali, menyebabkan hal buruk bagi orang lain, yaitu sanpai menghilangkan nyawa orang lain.

5.1.2 Philia; Cinta Seorang Pemimpin Kepada Rakyatnya sesama

Philia adalah cinta yang setingkat lebih tinggi dari eros, berhubungan dengan jiwa daripada tubuh. Menyentuh kepribadian manusia-intelektual, emosi, dan kehendak, melibatkan saling berbagi. Bentuk cinta philia dalam novel Cerita Calon Arang ini terlihat dari rasa cinta yang dimiliki oleh pemimpin negara Daha, Sri Baginda Erlangga kepada seluruh rakyatnya sesama. Ia adalah raja yang memimpin dengan bijaksana dan berbudi. Sri Baginda selalu memperhatikan keadaan seluruh rakyatnya, dari daerah pelosok sampai ibukota. Karena ia ramah dan sangat peduli akan rakyatnya, seluruh rakyatnya pun mencintai Baginda. Namun keadaan penduduk Daha yang makmur dan sejahtera menjadi berubah. Seluruh penduduk hidup dalam ketakutan dan penderitaaan. Ini disebabkan oleh penyakit yang disebarkan oleh Calon Arang dan murid-muridnya. Akibatnya, banyak rakyat yang Universitas Sumatera Utara - 76 - menderita penyakit panas dingin, bahkan banyak yang meninggal setiap harinya. Mengetahui keadaan ini, Sri Baginda Erlangga sangat sedih. Ia gelisah melihat rakyat dan yang dicintainya hidup dalam penderitaan. Ia pun terus-menerus memikirkan cara untuk melawan kejahatan Calon Arang agar rakyatnya bebas dari penderitaan. Kemudian ia mengutus pasukan balatentara dari istananya untuk menangkap dan menaklukkan Calon Arang. Mereka yang hadir di bangsal diam merenung-renung menunggu putusan Raja. “Penyakit itu harus dilenyapkan. Kalau tidak bisa setidak-tidaknya harus dibatasi. Kirimkan balatentara ke dusun Girah. Tangkap Calon Arang. kalau melawan, bunuh dia besama-sama murid-muridnya.” Cerita Calon Arang, 2003: 30. Balatentara istana yang dikirim oleh Sri Baginda Raja Erlangga tidak berhasil menangkap Calon Arang. Bahkan, tiga dari pasukan itu dibunuh oleh Calon Arang. Mendengar kabar itu, Sri Baginda pun sangat sedih. Ia pun berdoa kepada dewa agar diberi petunjuk. Namun tidak ada dewa yang datang. Ia pun bertambah sedih memikirkan rakyatnya belum bisa terbebas dari penyakit yang disebarkan Calon Arang itu. Setelah sidang dibubarkan, segera Sri Baginda Erlangga masuk ke sanggar pemujaaan. Di sana Baginda memuja pada dewanya agar diberi petunjuk untuk memberantas penyakit yang telah begitu banyak membunuh rakyat kerajaanya. Tetapi tak ada dewa yang datang. Dengan hati sedih ditinggalkan sanggar pemujaaan itu dan seorang diri berjalan di taman. Tetapi keindahan taman itu tak menarik perhatiannya lagi. Lama Sri Baginda duduk diam-diam di bangku dalam taman. Kepalanya tunduk ke bawah. Di atasnya burung bernyanyi-nyanyi girang di dahan-dahan. Itupun tak menarik perhatiannya lagi. Tak senang ia duduk. Sebentar saja telah bangkit pula. Lambat-lambat ia melangkah ke kali kecil yang mengalir ke tengah-tengah taman. Ikan yang senag berenang- renang di air jernih itu pun tak menarik perhatiannya Cerita Calon Arang, 2003: 35. Penyakit yang disebarkan Calon Arang pun semakin hebat. Sri Baginda terus menerus memikirkan bagaimana cara menaklukkan Calon Arang. Hingga pada suatu hari Universitas Sumatera Utara - 77 - Sri Baginda mengadakan rapat dengan pendeta-pendeta terbaik. Sri Baginda menyadari bahwa kekuatan mantra Calon Arang memang tidak bisa dikalahkan dengan senjata, melainkan harus dengan mantra juga. Lalu mereka pergi bersama-sama ke candi untuk meminta petunjuk dari Dewa Agung, yaitu Dewa Guru yang akhirnya mmberi petunjuk bahwa yang dapat mengalahkan kekuatan Calon Arang hanya ada satu orang yaitu Sang Pendeta dari Lemah Tulis, yang bernama Empu Baradah. Setelah mendapat petunjuk itu, maka kemudian Sri Baginda Erlangga mengutus Kanduruan untuk memohon pertolongan Empu Baradah. Empu Baradah pun bersedia membantu Sri Baginda. Empu Baradah akhirnya dapat menaklukkan Calon Arang dan seluruh penduduk terbebas dari penyakit. Penduduk Daha pun hidup makmur kembali. Kepedulian yang dimiliki Sri Baginda Erlangga dalam cerita ini menunjukkan rasa cintanya kepada seluruh penduduk Daha. Sri Baginda juga merasakan kesedihan yang mendalam akibat penyakit dan penderitaan yang dirasakan rakyatnya. Ia selalu mencari jalan keluar menaklukkan Calon Arang, sampai akhirnya ia menemukan Empu Baradah sebagai orang yang memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan Calon Arang. Hal ini menunjukkan rasa cinta yang dalam dari seorang pemimpin kepada anggota rakyatnya. Cinta ini menghasilkan sesuatu yang baik, yaitu kesejahteraan seluruh rakyat yang dipimpinnya.

5.1.3 Agape; Cinta Empu Baradah Kepada Penduduk Daha