Agape; Cinta Empu Baradah Kepada Penduduk Daha

- 77 - Sri Baginda mengadakan rapat dengan pendeta-pendeta terbaik. Sri Baginda menyadari bahwa kekuatan mantra Calon Arang memang tidak bisa dikalahkan dengan senjata, melainkan harus dengan mantra juga. Lalu mereka pergi bersama-sama ke candi untuk meminta petunjuk dari Dewa Agung, yaitu Dewa Guru yang akhirnya mmberi petunjuk bahwa yang dapat mengalahkan kekuatan Calon Arang hanya ada satu orang yaitu Sang Pendeta dari Lemah Tulis, yang bernama Empu Baradah. Setelah mendapat petunjuk itu, maka kemudian Sri Baginda Erlangga mengutus Kanduruan untuk memohon pertolongan Empu Baradah. Empu Baradah pun bersedia membantu Sri Baginda. Empu Baradah akhirnya dapat menaklukkan Calon Arang dan seluruh penduduk terbebas dari penyakit. Penduduk Daha pun hidup makmur kembali. Kepedulian yang dimiliki Sri Baginda Erlangga dalam cerita ini menunjukkan rasa cintanya kepada seluruh penduduk Daha. Sri Baginda juga merasakan kesedihan yang mendalam akibat penyakit dan penderitaan yang dirasakan rakyatnya. Ia selalu mencari jalan keluar menaklukkan Calon Arang, sampai akhirnya ia menemukan Empu Baradah sebagai orang yang memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan Calon Arang. Hal ini menunjukkan rasa cinta yang dalam dari seorang pemimpin kepada anggota rakyatnya. Cinta ini menghasilkan sesuatu yang baik, yaitu kesejahteraan seluruh rakyat yang dipimpinnya.

5.1.3 Agape; Cinta Empu Baradah Kepada Penduduk Daha

Agape adalah tingkat kasih yang paling tinggi. Ini adalah kasih yang senang memberi tanpa menuntut balas. Cinta ini tergambar dari cinta yang dimiliki oleh Empu Baradah yang rela bersedia menolong penduduk di sekitarnya. Empu Baradah memiliki Universitas Sumatera Utara - 78 - kekuatan yang luar biasa. Ia menguasai banyak ilmu. Oleh karena itu, banyak penduduk yang sering meminta tolong kepadanya. Empu Baradah tidak pernah menolak permintaan itu. Ia dengan senang hati membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Karena sangat taat kepada agamanya, penduduk dusun sujud belaka padanya. Lagipula ia selalu ramah, senang menolong orang sengsara, dan tak pernah menolak bila ada orang yang minta tolong. Menolong orang adalah pekerjaan yang sangat diutamakan. Karena itu lama-lama penduduk Dusun di Lemah Tulis menganggapnya sederajat dengan dewa. Malah ada yang menganggapnya sang dewa yang menjelma sebagai manusia. Selain penolong, pengasih, dan penyayang pada sesama manusia, ia pun orang yang pandai dan banyak belajar Cerita Calon Arang, 2003: 15-16. Empu Baradah juga bersedia membantu raja untuk menolong penduduk Daha agar bebas dari penyakit yang disebarkan Calon Arang. Ia dengan senang hati membantu mengalahkan Calon Arang agar seluruh penduduk hidup sejahtera kembali. “Sembahkan pada baginda bahwa aku, Empu Baradah , sanggup membatalkan teluh janda dari Girah yang bernama Calon Arang itu. Sembahkan juga bahwa penyakit pasti akan tumpas dan rakyat akan hidup aman kembali.” Cerita Calon Arang, 2003: 57. Rasa cinta yang dimiliki oleh Empu Baradah ini juga terlihat ketika menyembuhkan penduduk Daha yang sakit bahkan menghidupkan kembali mayat-mayat yang belum membusuk dengan ilmu yang dimilikinya. Sepanjang jalan mereka bertemu dengan orang mati. Dengan tuah mantranya Sang Empu mengobati orang-orang yang sakit. Segera saja mereka sembuh. Tentu saja girang benar yang telah disembuhkan itu. Mereka mengucapkan beribu-ribu terimakasih. Sang Pendeta pun menolong orang-orang yang telah meninggal. Bila mayat itu belum membusuk Sang Pendeta memercikinya dengan air. Dan hiduplah kembali mayat-mayat itu Cerita Calon Arang, 2003: 75 Rasa cinta yang dimiliki oleh Empu Baradah ini membawa keberhasilannya melawan kekuatan Calon Arang yang sebelumnya belum ada tandingannya, hingga pada akhirnya Universitas Sumatera Utara - 79 - penduduk bebas dari rasa takut dan penderitaan. Penduduk akhirnya dapat hidup sejahtera seperti sebelumnya. Anak-anak kecil senang kembali bermain-main di alun-alun atau di padang rumput sambil menggembalakan binatang masing-masing. Tak ada seorang pun merasa ketakutan. Calon Arang pun telah tiada lagi. Penyakit tak lagi sebanyak dahulu. Sedikit benar orang yang meninggal. Kebanyakan mati ialah karena sudah tua. Sawah dan ladang diolah lagi. Panen yang bagus tidak berkeputusan. Tak seorang pun yang takut akan kelaparan. Demikianlah keadaan kerajaan Daha setelah Calon Arang mati Cerita Calon Arang, 2003: 87. Perbuatan baik itu dilakukan oleh Empu Baradah tanpa mengharap imbalan. Ia melakukannya dengan rela hati. Ini tergambar ketika Empu Baradah berhasil membebaskan penduduk dari kekuaatan jahat Calon Arang, ia mendapat hadiah dari Raja Erlangga, namun ia memyerahkan seluruh hadiah itu kepada anak laki-lakinya dan memutuskan hidup dengan putrinya Wedawati untuk bertapa ke tempat yang jauh. Dan untuk jasanya ini Sang Maha Pendeta mendapat hadiah dari kedua raja serta Sri Erlangga segala macam emas berlian dan perak. Sesampai di asramanya sendiri, segala kekayaan itu diserahkannya kepada anaknya yang lelaki. Setelah menyerahkan semua harta-bendanya itu, pergilah ia ke tempat Wedawati bertapa. Diajaknya anaknya yang dicintai itu pergi jauh, jauh sekali Cerita Calon Arang, 2003: 92.

5.2 Kejahatan