- 22 -
2.3 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian haruslah memiliki objek karena objek adalah unsur yang paling utama dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini objeknya adalah novel Cerita Calon
Arang karya Pramoedya Ananta Toer. Sejauh yang peneliti ketahui, novel ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara.
Namun, di lain tempat cerita ini pernah diteliti oleh I Made Suastika untuk meraih gelar doktoral dalam ilmu sastra yang dipertahankannya dalam ujian promosi di hadapan senat
Universitas Gajah Mada Setya Amrih Prasaja: http:www.google.co.idm?hl=id oe=UTF-
8 source=wax. Tetapi, yang menjadi objek penelitian I Made Suastika adalah teks prosa
Calon Arang dalam tradisi Bali, bukan karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam penelitian ini, I Made Suastika meneliti teks prosa Calon Arang dengan
pendekatan filologi dan intertekstualitas. Pendekatan filologi digunakan karena objek penelitian ini merupakan teks lama yang dalam penanganannya menggunakan kerja fililogi.
Adapun cara kerja filologi yang dilakukan adalah pendataan naskah, pendeskripsian naskah, penyuntingan, dan penerjemahan, sedangkan pendekatan intertekstual digunakan
dalam mengetahui proses tranformasi yang terjadi, hal ini untuk menjelaskan bahwa teks Calon Arang yang muncul kemudian adalah wujud tranformasi dari bentuk hipogramnya
Setya Amrih Prasaja: http:www.google.co.idm?hl=id oe=UTF-8source=wax.
Lalu pada lain tempat, ada artikel karya Gadis Arivia yang berjudul “Calon Arang Calon Feminis: Kisah Pramoedya dan Kisah Toeti Heraty”. Artikel ini mengulas tentang
Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer dan Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki karya Toeti Heraty. Menurut Gadis, Pramoedya masih terkungkung pada
misi manusia modern. Sebuah misi yang memperjuangkan ide-ide besar semangat
Universitas Sumatera Utara
- 23 - unversalisme dan kebenaran tunggal, serta perjuangan kemanusiaan yang baik melawan
kekuasaan yang jahat. Ide-ide besar ini menurut Gadis, sudah tentu mementingkan rasio, lalu Pramoedya mengenyampingkan mengenai masalah perempuan. Tidak memikirkan
problematik seorang janda. Itu sebabnya Calon Arang bagi Pramoedya menjadi gender netral, tidak ada masalah seksual, dan sangat serasi dengan pemikir-pemikir modern.
Sementara tulisan Toeti Heraty menurut Gadis terlihat bebas, liar dengan imajinasi, tanpa kekangan, kata-kata yang terus mengalir, serta tidak bisa dibendung, ia melepaskan tali
segala norma yang melilit. Calon Arang memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan mampu memberontak dengan membiarkan bahasa-bahasa berlari bebas ke segala arah.
Selain itu karya Toeti Heraty mengajak pembaca untuk bergairah karena dengan gairah atau keinginan, dan bukan rasio, perempuan dapat bebas dari struktur-struktur pemikiran yang
sudah ditetapkan oleh laki-laki. Karena pada akhirnya perempuan hanya dapat bebas dari penindasan bila ada gairahkeinginan dan bukan rasio.
Dari artikel ini dapat diketahui bahwa tidak ada karya sastra yang netral. Baik Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer, maupun Calon Arang: Kisah
Perempuan Korban Patriarki karya Toeti Heraty memperlihatkan perspektif yang berbeda. Pramoedya menuliskan cerita ini dengan sudut pandang laki-laki, sementara Toeti
menuliskannya dengan sudut pandang perempuan. Perbedaan sudut pandang tersebut mengakibatkan Pramoedya menempatkan Calon Arang seorang janda dari Desa Girah
sebagai tokoh yang jahat antagonis, sementara Toeti menempatkan Calon Arang sebagai korban budaya patriarki.Asep Sambodja: www.asepsambodja.blogspot.com200810c
Pada kesempatan ini, peneliti akan menganalisis novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer ini dari segi sosiosastra, yaitu menganalisis unsur intrinsik dengan
Universitas Sumatera Utara
- 24 - pendekatan struktural, yang mencakup tema, alur, penokohan, dan latar. Kemudian
menganalisis unsur-unsur ekstrinsik berupa nilai-nilai sosial, seperti cinta, kejahatan, dan kepahlawanan yang terdapat dalan novel ini.
Universitas Sumatera Utara
- 25 - BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data