Landasan Teori Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Sosiosastra

- 18 - sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya baik yang berhubungan dengan penciptanya, gambaran masyarakat dalam karya itu, maupun pembacanya.

4. Karya Sastra

Karya sastra adalah karangan imajinatif yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri www.google.co.idqwtcassle.kemudian.com. Jadi, karya sastra merupakan hasil ciptaan pengarang dengan imajinasinya yang berisi tentang nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan manusia sehari-hari.

2.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian terhadap karya sastra dibutuhkan landasan teori yang mendasarinya sebagai titik tolak yang merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Seperti yang dikatakan Pradopo 2002: 17 “dalam penelitian sastra perlu dikemukakan apakah dasar-dasar atau kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk mempertimbangkan karya sastra”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori struktural. Suwondo 2001: 54 mengatakan “satu konsep dasar yang menjadi ciri khas struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang salin berjalinan”. Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan ini berpijak pada karya sastra itu sendiri dan lepas dari segala yang berada di luar karya sastra. Pendekatan struktural ini dapat dijadikan titik tumpu proses penelitian. Seperti yang dikatakan Teeuw dalam Universitas Sumatera Utara - 19 - Suwondo, 2001: 55 “analisis struktur merupakan tugas prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah pada hal-hal lain”. Selanjutnya Teeuw 2984: 112 menjelaskan “analisis struktural betujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan semua anasir dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh”. Jadi, pendekatan struktural ini merupakan tahap penting dalam penelitian karya sastra untuk mendapatkan makna karya sastra itu secara keseluruhan. Yang menjadi ciri dari pendekatan struktural ini adalah adanya anggapan karya sastra itu merupakan struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan dengan unsur-unsur pembangunnya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Pradopo 2002: 21 “karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsur pembentuk struktur”. Jadi, unsur-unsur dalam karya sastra itu merupakan struktur yang membangun karya sastra dan menciptakan makna yang utuh. Menurut Stanton dalam Suwondo, 2001: 56 “unsur-unsur pembangun struktur itu terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Fakta cerita itu sendiri terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Sedangkan sarana sastra biasanya terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol, imaji-imaji, dan cara-cara pemilihan judul”. Analisis unsur- unsur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencakup tema, alur, penokohan, dan latar yang terdapat dalam novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer, karena unsur-unsur ini termasuk fakta cerita yang berperan penting dalam menghasilkan makna yang utuh. Alasan lain adalah karena keterbatasan halaman dalam penelitian ini serta keterbatasan kemampuan peneliti. Universitas Sumatera Utara - 20 - Menurut pendapat di atas, terlihat jelas bahwa analisis unsur-unsur karya sastra melalui pendekatan struktural ini dapat membantu memahami makna karya sastra secara optimal dan menyeluruh. Namun pendekatan struktural ini masih memiliki kelemahan. Seperti yang dikatakan Teeuw 1984: 115 ada empat kelemahan pendekatan struktural yaitu: a analisis struktur karya sastra belum merupakan teori sastra, malahan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap, bahkan merupakan bahaya untuk mengembangkan teori sastra yang sangat perlu, b karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing, tetapi harus dipahami dalam rangka sistem sastra dengan latar belakang sejarah, c adanya struktur yang objektif pada karya sastra makin disangsikan, peranan pembaca selaku pemberi makna dalam interpretasi karya sastra makin ditonjolkan dengan segala konsekuensinya untuk analisis struktural, dan d analisis yang menekankan otonomi karya sastra juga dapat menghilangkan konteks dan fungsinya, sehingga karya sastra itu dimenaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya. Dari keterangan di atas maka dalam penelitian ini digunakan teori lain tambahan untuk mendukung makna karya sastra secara lebih terperinci dengan melihat relevansi sosialnya. Teori itu adalah teori sosiologi sastra karena karya sastra tidak lepas dari konteks sosialnya. Seperti yang dikatakan Wallek dan Warren 1984: 109 “sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia”. Jabrohim 2001: 158 menyatakan “pendekatan sosiologi sastra mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatannya. Pendekatan ini tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis atau pendekatan sosio-kultural terhadap sastra”. Kemudian Ratna 2003: 2 menyatakan “pemahaman terhadap karya sastra dengan Universitas Sumatera Utara - 21 - mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya”. Jadi, melalui teori ini juga akan terlihat gambaran tentang masyarakat di dalam sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini akan dilihat nilai-nilai sosial seperti cinta, kejahatan, dan kepahlawanan yang terdapat dalam novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer. Nilai-nilai sosial itu dapat dikaji dengan sosiologi sastra karena nilai-nilai sosial ini merupakan gambaran masyarakat yang terdapat dalam cerita itu. Cinta, kejahatan, dan kepahlawanan ini adalah bagian kehidupan masyarakat itu. Sesuai yang dinyatakan Damono dalam Jabrohim, 2001: 157 “sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Dalam pengertian ini kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang”. Dalam Wellek dan Warren 1984: 111 dikatakan “karya sastra menyampaikan kebenaran yang sekaligus juga merupakan kebenaran sejarah dan kebenaran sosial. Karya sastra merupakan dokumen sosial karena merupakan monumen”. Nilai-nilai sosial yang mencakup cinta, kejahatan, dan kepahlawanan tersebut merupakan suatu kebenaran sosial yang terjadi pada masyarakat yang dapat mewakili zaman kapan ia diciptakan dan dapat mencerminkan keadaan masyarakat itu sendiri. Dari keterangan di atas dapatlah dimengerti bahwa sosiologi sastra merupakan teori yang berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Teori ini dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti kelompok sosial, institusi sosial, kesadaran sosial, dan bentuk-bentuk konkrit nilai-nilai sosial. Universitas Sumatera Utara - 22 -

2.3 Tinjauan Pustaka