Latar Belakang Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan dan usaha manusia memiliki sifat yang hakiki yaitu sifat yang tidak kekal, keadaan ini selalu menyertai kehidupan manusia baik ia secara pribadi, maupun dalam kelompok masyarakat dalam melaksanakan kegiatan- kegiatannya, sifat alamiah ini mengakibatkan kita tidak dapat meramalkan suatu keadaan pada masa yang akan datang secara tepat, sehingga dengan demikian keadaan tersebut tidak akan memberikan rasa pasti, keadaan tidak pasti dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang biasanya selalu dihindari bila menimbulkan rasa tidak nyaman, keadaan ini biasanya atau lazimnya disebut resiko. Upaya untuk mengatasi sifat alamiah yang berwujud keadaan yang tidak pasti tersebut, oleh manusia dilakukan dengan cara menghindari atau melimpahkan kepada pihak-pihak lain di luar dirinya, upaya untuk mengurangi, menghindari resiko telah dilakukan oleh manusia sejak permulaan kegiatan ekonomi perdagangan yang masih sederhana, kegiatan inilah merupakan cikal bakal lahirnya lembaga asuransi. Dengan demikian, lembaga asuransi atau perusahaan asuransi sebagai salah satu lembaga yang ada dan tumbuh di dalam masyarakat berfungsi sebagai lembaga pelimpahan resiko dan sebagai penyerap dana dari masyarakat dengan mengumpulkan dana dari pelanggan yang membutuhkan jasa asuransi dengan 1 Universitas Sumatera Utara membayar premi dan menggunakan kumpulan dana yang berasal dari kumpulan premi. Perusahaan asuransi adalah suatu lembaga yang sengaja dirancang dan di bentuk sebagai lembaga pengambil alih dan penerima resiko. Dengan demikian, perusahaan asuransi pada dasarnya menawarkan jasa proteksi sebagai bentuk produknya kepada masyarakat yang membutuhkan, dan selanjutnya diharapkan akan menjadi pelanggannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan asuransi akan mengajak setiap pihak untuk bergabung ataupun bekerjasama untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi yang biasanya tidak disadari dan tidak siap dihadapi. Sebagai lembaga yang bergerak di bidang jasa yaitu janji memberikan proteksi, perusahaan asuransi biasanya menawarkan suatu janji akan memberikan ganti kerugian kepada nasabahnya, apabila nasabah tersebut pada suatu waktu mengalami suatu peristiwa yang sudah diperjanjikan sebelumnya. Produk jasa proteksi tersebut dirumuskan sedemikian rupa secara rinci dalam suatu akta yang lazim disebut polis, dalam akta tersebut tertuang inti dan syarat-syarat dari janji proteksi, Secara spesifik masing-masing perusahaan asuransi memiliki ciri dan tujuan operasional yang khas untuk mencapai sasarannya. Dengan demikian, suatu perusahaan asuransi dirancang dan diatur sedemikian rupa agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pengambil alih dan penerima resiko pihak lain. Universitas Sumatera Utara Pada masyarakat modern, perusahaan asuransi mempunyai peranan yang sangat luas jangkauannya, perusahaan asuransi mempunyai jangkauan yang menyangkut kepentingan-kepentingan sosial maupun kepentingan ekonomi, disamping itu juga menjangkau kepentingan-kepentingan masyarakat luas atau kepentingan-kepentingan individu Secara terbuka perusahaan asuransi menawarkan suatu proteksi perlindungan dan harapan pada masa yang akan datang, baik kepada kelompok maupun perorangan atau perusahaan-perusahaan lain atas kemungkinan menderita kerugian karena terjadinya resiko Perusahaan asuransi secara langsung atau tidak langsung mempunyai peranan yang cukup besar dalam bidang sosial ekonomi, antara lain adalah keberadaan perusahaan asuransi dapat memberikan lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan masyarakat yang bekerja di perusahaan tersebut. Dalam beberapa kasus perusahaan asuransi dapat muncul sebagai dewa penolong bagi perusahaan yang mengalami musibah kebakaran, dapat dibayangkan apabila suatu bencana kebakaran apabila tidak segera diatasi oleh suatu perusahaan asuransi maka akan dapat menimbulkan kerugian besar yang mengakibatkan tutupnya perusahaan tersebut, hal ini akan berdampak pada timbulnya tenaga kerja penggangguran, penggangguran tersebut akan menciptakan masalah-masalah sosial yang serius, oleh sebab itu dengan hadirnya lembaga asuransi dapat menjaga stabilitas kepentingan-kepentingan sosial ekonomi. Universitas Sumatera Utara Disamping itu perusahaan asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko mempunyai kegunaan yang positif baik bagi masyarakat, perusahaan maupun bagi pembangunan negara. Mereka yang menutup perjanjian asuransi akan merasa lebih tenang sebab mendapat perlindungan dari kemungkinan tertimpa suatu kerugian yang tidak diharapkan dikemudian hari. Suatu perusahaan yang mengalihkan risikonya pada lembaga asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan fokus kepada tujuan yang lebih besar. Demikian pula premi-premi yang terkumpul dalam suatu perusahaan asuransi dapat diusahakan dan digunakan sebagai dana untuk usaha pembangunan. Hasilnya akan dapat dinikmati masyarakat. 1 Di pihak lain, risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan juga dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi. Dengan adanya kegunaan positif tersebut maka keberadaan lembaga asuransi perlu dipertahankan dan dikembangkan. Namun untuk mengembangkan usaha ini banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti antara lain : peraturan perundang- undang yang memadai, kesadaran masyarakat, kejujuran para pihak, pelayanan yang baik, tingkat pendapatan masyarakat, pemahaman akan kegunaan asuransi serta pemahaman yang baik terhadap ketentuan perundang-undangan yang baik terhadap ketentuan perundang-undangan yang terkait. 2 1 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Peranan Pertanggungan Dalam Usaha Memberikan Jaminan Sosial Yogyakarta : Liberty, 1979, hlm 15. 2 M. Suparman Sastrawidjaja, Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung : Alumni, 1992, hlm 1. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, menyebutkan : ”Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan” Dengan adanya asuransi tersebut maka resiko yang timbul di kemudian hari dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi untuk menanggung resiko-resiko dimaksud. Dengan demikian, dapat membantu mengurangi beban hidup kita apabila terjadi suatu resiko, beberapa resiko yang mungkin dapat terjadi dalam kehidupan kita antara lain, seperti kehilangan harta kekayaan, kehilangan nyawa, kecelakaan, kebakaran, kerusakan pada hasil pertanian, kecelakaan pada angkutan umum, angkutan laut, angkutan udara dan lain-lain. Timbulnya resiko yang tidak diinginkan dapat saja terjadi dikemudian hari pada setiap sektor usaha apapun, termasuk lembaga keuangan perbankan, khususnya di bidang perkreditan, sekalipun mungkin dalam setiap pemberian kredit oleh bank telah diperhitungkan segala faktor pengembalian kredit agar dapat berjalan lancar, namun pada kenyataannya tidak selalu terjadi demikian. Oleh sebab itu, setiap pelepasan kredit senantiasa akan dilakukan penutupan asuransi terhadap obyek-obyek tertentu yang dinilai asurable, sehingga sekalipun Universitas Sumatera Utara terjadi resiko terhadap obyek-obyek tersebut diharapkan tidak akan menimbulkan kerugian atau setidaknya meminimalkan kerugian bagi bank maupun pihak debitur. Penutupan asuransi biasanya akan dicantumkan pada pasal tertentu dari suatu perjanjian kredit, demikian juga obyek yang akan ditutup pertanggungan dan besarnya nilai pertanggungan. Adapun manfaat secara umum dilakukan penutupan asuransi pada perjanjian kredit adalah : 1. Debitur Memberikan jaminan rasa aman terhadap kelangsungan usaha, meskipun barang usaha, gudang, rumah dan lain-lain musnah terbakar ataupun hilang, atau debitur meninggal dunia ahli waris tidak perlu menanggung beban kredit lagi. 2. Kreditur Memberi suatu keamanan dan kepastian yang terjamin atas nilai barang yang dijaminkan, dan kelangsungan pembayaran sisa hutang apabila debitur meninggal dunia. Untuk memahami penelitian lebih lanjut ada baiknya kita mengenal lebih dahulu mengenai perkreditan. Secara etimologis perkataan “kredit” berasal dari bahasa Latin “credere” yang berarti adalah kepercayaan. 3 Dari istilah tersebut, maka dasar pemberian kredit berarti kepercayaan. 3 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Gramedia, 2001, hlm 336. Universitas Sumatera Utara Di dalam kehidupan sehari-hari kata kredit sudah sedemikian populernya di kalangan masyarakat, dan karena itu bukanlah istilah yang terasa asing. Namun demikian, di kalangan masyarakat pada umumnya ataupun di kalangan industriawan masih ditemui adanya perbedaan pengertian tentang kredit. Kata “kredit” di kalangan masyarakat umum secara sederhana diartikan sebagai pembelian suatu barang-barang tertentu dengan membayar secara mencicil. Sementara di kalangan para pelaku bisnis atau kaum industriawan kata “kredit” lebih dikenal sebagai pemberian sejumlah uang tertentu atau barang oleh suatu bank kepada pihak lain yang memerlukannya untuk keperluan usahanya, dimana pihak lain akan melunasinya dalam jangka waktu tertentu dengan membayar sejumlah bunga yang telah ditentukan. Dalam arti ekonomi kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupun jasa. Dari pengertian ini faktor waktu ikut menentukan dalam pemberian dan pelunasan kredit ini. Dengan demikian kredit dapat pula berarti bahwa pihak pertama memberikan prestasi berupa barang, jasa kepada pihak lain dan kontra prestasinya akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu. Kredit memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 4 a. Kepercayaan Setiap pelepasan kredit, dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat di bayar kembali. b. Waktu 4 Rachmadi Usman, Ibid, hlm. 238. Universitas Sumatera Utara Antara pelepasan kredit oleh bank dengan pembayaran kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu. c. Resiko Setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung resiko didalamnya, yaitu resiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit dengan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang waktu kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut. d. Prestasi Setiap kesepakatan terjadi antara bank dengan debiturnya mengenai suatu pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan kontra prestasi. H.M.A. Savalberg menyatakan kredit mempunyai arti lain yakni: a. Sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. b. Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu. Mr. J.A. Levy merumuskan arti hukum dari kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari. Ada beberapa obyek yang dapat diasuransikan dalam suatu perjanjian kredit antara lain, asuransi jiwa debitur, asuransi terhadap barang jaminan agunan atas resiko kehilangan barang, musnah karena terbakar, dan resiko tidak terbayarnya hutang oleh debitur, sehingga untuk itu perlu dilakukan penutupan asuransi yang disyaratkan dalam satu pasal pada perjanjian kredit, sehingga apabila terjadi resiko kepentingan kreditur tetap terlindungi. Universitas Sumatera Utara Bank Negara Indonesia Persero Tbk yang merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan milik pemerintah sebagaimana dalam ketentuan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998, disamping sebagai pengumpul dana masyarakat juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, dan sudah barang tentu pihak debitur berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut di belakang hari sesuai dengan yang diperjanjikan dan untuk menjamin kepentingan kreditur terhadap pengembalian kredit atas suatu kerugian yang tidak dikehendaki yang timbul dikemudian hari oleh resiko yang tidak dikehendaki maka pihak kreditur dan debitur biasanya sepakat untuk mendudukkan syarat penutupan asuransi oleh debitur terhadap jiwa debitur maupun barang jaminan yang assurable yang terkait dengan pemberian pinjaman dengan di buatkan Bankers Clauses. Dalam pelayanan asuransi terhadap nasabah PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk melakukan kerjasama dengan PT. Asuransi Jiwasraya Persero untuk pertanggungan asuransi jiwa kredit bagi debitur kredit BNI wirausaha dan untuk asuransi kerugian menjalin kerjasama dengan Asuransi Wahana Tata. Meskipun dalam perjanjian kredit sudah dimuat ketentuan penutupan asuransi terhadap obyek yang dapat ditutup asuransi namun adakalanya penutupan asuransi tersebut tidak dilakukan oleh pihak bank maupun debitur oleh sebab-sebab tertentu atau dilakukan penutupan namun tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit, akibatnya ketika terjadi klaim atas suatu kerugian yang timbul dimasa berlangsungnya perjanjian kredit, tidak jarang terjadi penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi sehingga timbul perselisihan antara Universitas Sumatera Utara kreditur dan debitur perihal siapa yang bertanggung jawab atas beban kerugian yang timbul akibat terjadinya penolakan klaim oleh perusahaan asuransi. Kondisi penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi akan berdampak erat dengan kelangsungan perjanjian kredit dapat dilaksanakan sebagaimana diperjanjikan sebelumnya, tidak jarang terjadi kredit menjadi bermasalah bahkan kredit dapat menjadi macet, hal ini tentu dapat menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur itu sendiri, pembayaran pokok dan bunga pinjaman yang diharapkan oleh bank tidak dapat dipungut sementara pihak bank harus membayar bunga simpanan nasabah dan biaya operasinal lainnya, sedangkan bagi debitur terjadi penurunan usaha oleh karena kekurangan modal, masuk dalam daftar blacklist Bank Indonesia yang mengakibatkan debitur tidak dapat menikmati fasilitas pinjaman di berbagai bank lainnya. Demikianlah suatu asuransi memiliki peran yang cukup penting, disebabkan dalam masa berlangsungnya suatu perjanjian kredit kerap dihadapkan dengan beberapa resiko kerugian yang dapat saja timbul sewaktu-waktu sehingga dapat merugikan para pihak kreditur maupun debitur, untuk itu diperlukan suatu lembaga yang mampu mengambil resiko yang mungkin terjadi yaitu lembaga asuransi.

B. Perumusan Masalah