BAB II FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN KREDIT BERMASALAH
A. Prosedur Pemberian Kredit
Seiring dengan semakin pesatnya persaingan usaha bank dalam penyaluran kredit, sehingga bank dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk kredit
yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi kebutuhan masyarakat. Dengan beragamnya produk kredit ini, masyarakat konsumen mempunyai banyak kesempatan
untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian aktivitas perekonomian dalam masyarakat pun meningkat, yang juga akan mendorong
peningkatan kinerja perbankan.
Alam pikiran peminta kredit, pemberi kredit, maksud dan tujuan serta penggunaan kredit, kondisi dan situasi pada waktu kredit diberikan dan
jangka waktu kelonggaran pemakaian kredit serta cara pengangsurannya, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan iklim dunia usaha dan
perekonomian negara umumnya. Hal itu juga mempunyai hubungan timbal balik yang menjalin unsur-unsur perkreditan sedemikian rupa, sehingga baik
segi ilmiahnya maupun penerapannya tidak semudah seperti banyak orang menanggapinya
29
. Setiap bank memiliki segmen pasar tersendiri dalam penyaluran kredit.
Prioritas pembiayaan pada bidang usaha tertentu diatur dalam kebijakan internal perusahaan. Ada bank yang orientasi bisnis kreditnya adalah retail banking, seperti
fokus pembiayaan pada usaha mikro, kecil dan menengah tanpa melihat sektor usaha yang dibiayai. Ada juga bank yang fokus bisnisnya kepada corporate banking yakni
orientasi pembiayaan pada perusahaan ataupun proyek-proyek yang berskala besar.
29
R.Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun Jakarta: Prandnya Paramita, cetakan keenam, 1994, hlm.. 3
33
Universitas Sumatera Utara
Namun pengalaman dalam bisnis perkreditan bank telah membuktikan bahwa pelaku usaha pada bidang usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai daya tahan
yang kuat terhadap setiap gejolak perekonomian yang ada. Seperti pada saat terjadinya krisis ekonomi global atau krisis moneter, kebanyakan perusahaan-
perusahaan kecil yang mampu bertahan dan perusahan besar banyak yang bangkrut, termasuk di dalamnya industri perbankan.
Jenis kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM memiliki potensi dan prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan oleh sektor perbankan
dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dilihat baik dari tren pertumbuhannya yang cenderung terus meningkat setiap tahunnya maupun
dari sisi kolektibiltasnya yang mayoritas tergolong lancar dengan angka NPL yang relatif rendah NPL 5 yaitu sebesar 2,50.
30
Usaha perbankan dalam pemberian kredit secara khusus bertujuan untuk memperoleh laba atau pendapatan, dan secara umum bertujuan untuk menunjang
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian masyarakat dan negara. Industri perbankan yang sehat semakin menumbuhkan kepercayaraan masyarakat dan
investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bank mempunyai peranan dalam
kelangsungan pembangunan bangsa. Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda perekonomian
negara. Kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan
30
Laporan Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara, Kajian Triwulan II-2008, Medan : Kantor Bank Indonesia Medan, hlm.42
Universitas Sumatera Utara
49
produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sangat penting diperhatikan bank dalam penyaluran kredit adalah apakah unsur-unsur dalam pemberian kredit telah dipenuhi secara baik, dan
bagaimana proses penggunaan serta pemeliharaan kredit itu dilakukan para pihak secara berkesinambungan dari awal pemberian hingga pada saat pelunasannya. Hal
ini sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko kredit yang dapat berpotensi menjadi kredit bermasalah.
Suatu konsep yang dikenal dalam pemberian kredit yaitu total relationship concept atau konsep hubungan total permohonan kredit. Menurut konsep ini
pemberian kredit berdasarkan atas penilaian terhadap seluruh kredit dan permohonan kredit yang telah diberikan danatau akan diberikan secara bersamaan oleh bank, yang
meliputi seluruh perusahaan ataupun perorangan yang terkait dengan permohonan kredit tersebut. Dalam konsep ini tidak melihat kepada hanya satu permohonan atau
satu rekening pinjaman dari calon debitur, namun menilai secara keseluruhan dari keterkaitan permohonan kredit tersebut. Dengan konsep tersebut akan lebih
memudahkan bank dalam melalukan suatu evaluasi dan pemberian keputusan terhadap suatu permohonan kredit dari calon debitur.
Sebagai contoh penerapan konsep di atas, yaitu seorang calon debitur yang berkedudukan sebagai pemegang saham dan pengurus dalam beberapa perusahaan,
dan ingin mengajukan fasilitas kredit atas nama pribadi pada suatu bank. Disini bank akan melihat apakah yang bersangkutan, isterinya dan juga perusahaannya telah
memperoleh fasilitas kredit dari suatu bank. Data-data kredit ini yang akan menjadi
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan bank dalam menyetujui ataupun menolak permohonan fasilitas kredit tersebut.
Badan usaha ataupun perorangan dapat mengajukan kredit dan menjadi debitur pada bank, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan
internal bank maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh yaitu bagi calon debitur yang mengajukan permohonan modal kerja
usaha dagang, disyaratkan agar memiliki nomor pokok wajib pajak NPWP dan izin- izin usaha lainnya.
Yang memproses setiap permohonan kredit pada bank adalah unit-unit kerja terkait, yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai ketrampilan, pengetahuan dan
keahlian dibidang kredit. Sehingga dalam institusi perbankan lazim dijumpai apa yang disebut dengan Organisasi Manajemen Kredit.
Organisasi manajemen ini dibentuk dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bisnis kredit bank. Didalam menjalankan fungsi dan
tanggungjawabnya, organisasi ini berpedoman pada kebijakan internal perkreditan bank yang berisi tentang ketentuan ataupun sistem dan prosedur penyaluran kredit
kepada nasabah debitur. Yang menjadi dasar hukum disusunnya Kebijaksanaan Perkreditan Bank
KPB adalah : a. Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Di dalam pasal 29 ayat 3 antara lain menyebutkan :
1. Dalam memberikan kredit dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank
wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
Universitas Sumatera Utara
2. Bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam
rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
3. Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat disimpan
pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.
b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.27162KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No.277UPPB, masing-masing tanggal 31 Maret
1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum, yang dalam pasal 1 menyebutkan antara
lain bahwa :
Pasal 1 : -
Bank umum wajib memiliki Kebijaksanaan Perkreditan Bank secara tertulis yang sekurang-kurangnya harus memuat semua aspek yang ditetapkan
dalam pedoman penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank yang merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
- Kebijaksanaan Perkreditan Bank wajib disetujui oleh Dewan Komisaris
Bank. -
Dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank KPB antara lain menyebutkan bahwa Kebijaksanaan Perkreditan Bank KPB
harus menjadi acuan dan tercermin dalam Pedoman Pelaksanaan Kredit PPK
c. Surat keputusan Bank Indonesia No.31150KEPDIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit, yang di dalam lampirannya disebutkan
antara lain bank wajib melengkapi Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dimiliki dengan pedoman restrukturisasi kredit sebagai panduan mengenai prosedur
dan tata cara yang diperlukan dalam melaksanakan restrukturisasi kredit.
Surat Edaran Bank Indonesia tentang kualitas Aktiva Produktif No.31147KEPDIR tertanggal 12 November 1998 dan perubahan-
perubahannya.
31
Organisasi manajemen kredit ini terdiri dari beberapa satuan atau unit kerja tertentu, yaitu :
1. Manajer pemasarankredit, yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab dalam
merencanakan target pendanaan dan pendapatan bank dari kredit yang disalurkan, serta bertanggungjawab atas keputusan pemberian kredit sesuai wewenangnya
31
Ibid, hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
2. AccountCredit officer yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab memasarkan
produk-produk bank, baik itu produk simpanan maupun produk kredit, termasuk juga account officer ini bertanggungjawab dalam pemeliharaan account kredit.
3. Analis kredit atau reviewer, yang bertugas untuk melakukan analisis terhadap
setiap permohonan kredit, baik dari aspek keuangan, manajemen, pemasaran, dan aspek lainnya.
4. Appraiser atau penilai, yang bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan
penilaian terhadap setiap agunan yang diserahkan debitur. 5.
Staf hukumLegal staff. Unit kerja dalam divisi hukum ini dibagi dalam 2 dua bagian, yaitu unit kerja pada bagian litigasi yang mewakili bank dalam
penyelesian kredit macet melalui lembaga hukum yang ada, dan unit kerja internal yaitu yang bertugas dan bertanggungjawab dalam melakukan analisis
hukum terhadap setiap permohonan kredit yang diajukan calon debitur. Analisis yang dilakukan meliputi status ataupun identitas calon debitur atau penjamin,
legalitas usaha, memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen jaminan dan berbagai dokumen pendukung lainnya.
6. Administrasi kredit atau credit settlement, yang bertugas dan bertanggungjawab
untuk membukukan atau mencairkan fasilitas kredit, melakukan pembebanan- pembebanan biaya yang berkaitan dengan pemberian kredit, membukukan
Universitas Sumatera Utara
pelunasan kredit serta membuat laporan-laporan mengenai kredit, baik itu laporan yang bersifat internal maupun secara eksternal laporan kepada Bank Indonesia.
Direksi dapat memberikan kewenangan memutus pemberian plafond kredit kepada pejabat dalam organisasi manajemen kredit ini. Limit plafond yang
diberikan berbeda-beda, sesuai dengan tanggungjawab dalam jabatannya. Pemberian kewenangan ini bertujuan untuk lebih meningkatkan perkembangan
dan pertumbuhan kredit, dan demi tercapainya pemberian kredit yang efisien, sehat dan berkualitas. Untuk memutus permohonan kredit dalam jumlah besar
credit corporate, biasanya berada ditangan pengurus atau direksi dengan persetujuan komisaris.
Permohonan kredit yang diajukan calon debitur pertama sekali diproses oleh account officer. Oleh account officer akan melakukan wawancara kepada calon
debitur yang bertujuan untuk mengetahui identitas dan status calon debitur, termasuk penilaian karakter yang bersangkutan dan berbagai aspek lain dari
dirinya. Dalam wawancara ini, Account officer juga akan menanyakan dan meneliti dengan benar tujuan permohonan kredit, usaha yang dijalankan,
pengalaman dalam bekerja atau berusaha, data keuangan, agunan yang akan diserahkan, serta berbagai data dan informasi lain yang dibutuhkan pihak bank.
Semua informasi dan data yang didapatkan menjadi masukan bagi account officer untuk menindaklanjuti permohonan kredit.
Selanjutnya account officer bersama-sama dengan appraiser dan analis kredit, melakukan peninjauan atau survei dan penilaian ke tempat usaha dan lokasi
agunan calon debitur. Dalam survei ini pihak bank langsung dapat melihat dan menilai kondisi usaha calon debitur. Juga akan mendapatkan berbagai informasi
yang dibutuhkan melalui wawancara di lapangan, misalnya kepada pejabat atau pihak-pihak lain dalam perusahaan calon debitur.
Demikian penilaian terhadap agunan, akan memberi gambaran pasti mengenai nilai agunan. Faktor yang diperpertimbangkan dalam penilaian agunan antara lain,
yaitu kondisi agunan, prospek letak atau lokasi agunan tersebut apakah strategis dan marketable, lingkungan sekitar, dan faktor-faktor lain yang bisa
mempengaruhi nilai agunan. Biasanya dari nilai taksasi agunan ini, bank akan menghitung lagi nilai likuidasinya berdasarkan pertimbangan yang berbeda-beda,
seperti faktor-faktor yang disebutkan tersebut.
Bagi permohonan fasilitas kredit oleh pemohon yang berstatus sebagai pegawai atau karyawan pada suatu instansi, evaluasi yang biasanya dilakukan pihak bank
cukup dengan memverifikasi ataupun mengkonfirmasi kepada pejabat pada instansi terkait mengenai kebenaran data dan informasi yang diserahkan ke bank.
Universitas Sumatera Utara
Pada praktik perbankan, permohonan kredit dalam jumlah yang besar disyaratkan agar laporan keuangan debitur diaudit oleh auditor independent. Demikian
terhadap agunan akan dinilai oleh independent appraisal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data ataupun informasi yang objektif terhadap data keuangan dan
agunan calon debitur, dimana biasanya penilaian yang dilakukan dalam hal ini sangat kompleks.
Berbagai data atau dokumen yang dibutuhkan dan disyaratkan bank untuk suatu permohonan kredit adalah sebagai berikut :
1. Identitas calon debitur, yaitu : a.
Jika pemohon kredit adalah perorangan, maka disyaratkan adanya identitas atau dokumen berupa Kartu Tanda Penduduk atau KTP, akta lahir, surat nikah
jika sudah menikah, surat cerai jika sudah bercerai, dan surat kematian jika calon debitur berstatus janda atau duda, serta kartu keluarga dan dokumen-
dokumen lainnya. Dokumen di atas juga disyaratkan untuk dilengkapi oleh pemilik jaminan, jika dalam hal ini debitur bukan sebagai pemilik jaminan.
Terhadap keabsahan dokumen tersebut dapat diverifikasi pihak bank pada instansi yang mengeluarkannya, seperti verifikasi KTP pada kantor kelurahan
setempat. b.
Jika pemohon adalah badan usaha berbadan hukum maka disyaratkan untuk menyerahkan akta pendirian perusahaan, akta perubahan anggaran dasar
beserta pengesahannya. c.
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP 2. Data penghasilan atau keuangan.
a. Apabila calon debitur adalah seorang pegawai swasta ataupun pegawai
pemerintahan, maka disyaratkan melengkapi surat keterangan kepegawaian,
Universitas Sumatera Utara
seperti surat pengangkatan atau surat keputusan instansi tempat bekerja dan bukti atau slip gaji terakhir.
b. Rekening tabungan atau giro minimal 3 tiga bulan terakhir.
c. Apabila debitur adalah badan usaha, disyaratkan adanya laporan keuangan
dan rekening koran atau giro perusahan. Dalam hal pengajuan kredit dalam jumlah yang besar biasanya disyaratkan adanya laporan keuangan yang sudah
diaudit. 3. Izin-izin usaha, seperti Tanda Daftar Perusahaan TDP, Surat Izin Usaha
Perdagangan, Surat Izin Industri, Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi, Surat Domisili dan surat-surat izin lainnya yang disesuaikan dengan bidang usaha yang
dijalankan debitur.
4. Jaminan. Oleh karena pengumpulan dokumen ini untuk keperluan analisis permohonan kredit, maka dokumen jaminan yang diserahkan masih berupa
photocopy. Dokumen yang harus dilengkapi yang berhubungan dengan jaminan kredit, seperti photocopy sertipikat tanah, BPKB kendaraan, faktur, dafftar stok
barang, surat izin mendirikan bangunan SIMB, bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan PBB, dan lain sebagainya.
Prinsip yang diterapkan bank untuk persyaratan kelengkapan dokumen di atas sejalan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah atau Know Your Costumer
KYC. Prinsip ini ditujukan untuk mencermati dan mengetahui identitas nasabah, dan selanjutnya setelah nasabah membuka rekening pada bank, maka sudah
menjadi tanggungjawab bank untuk memantau kegiatan transaksi pada rekening tersebut, termasuk pelaporan jika terdapat transaksi yang mencurigakan.
32
Setelah semua data yang disyaratkan dipenuhi, maka account officer akan membuat suatu usulan dalam bentuk memorandum kredit. Isi memorandum ini
menguraikan secara jelas mengenai data calon debitur, usaha yang dijalankan, latar belakang dan tujuan permohonan kredit, serta termasuk agunan yang
diserahkan calon debitur. Demikian aspek-aspek lainnya diinformasikan dalam usulan ini, antara lain aspek kegiatan usaha, meliputi jenis usaha, omset usaha dan
lain-lain.
32
Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm., 218
Universitas Sumatera Utara
Sebagai lampiran memorandum kredit ini yaitu track checking yang berisi informasi mengenai track record dan reputasi calon debitur yang bisa diperoleh
account officer dari kolega ataupun rekanan bisnis yang bersangkutan.
Demikian dalam memorandum kredit ini diinformasikan juga data pinjaman calon debitur pada bank lain. Data ini dapat diperoleh melalui permohonan data
informasi kredit secara online ke Bank Indonesia. Permohonan informasi ini diistilahkan dengan BI Checking. Setelah memorandum kredit selesai, seterusnya
permohonan kredit dianalisis oleh analis kredit.
Analis kredit akan melakukan berbagai analisis khususnya yang berhubungan dengan bidang usaha, manajemen, pemasaran dan keuangan debitur, dengan
menggunakan berbagai analisis yang menggunakan rasio-rasio perhitungan keuangan. Kalkulasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
konkrit akan kebutuhan dana dan manfaat yang diperoleh bank.
Hasil analisis ini akan menginformasikan mengenai sumber dana serta kemampuan debitur dalam mengembalikan dan melunasi pinjamannya pada bank.
Yang dianalisis termasuk aspek dan prospek kegiatan usaha debitur serta risiko- risiko bisnis dan risiko-risiko pemberian fasilitas kredit.
Bank sangat terekspos pada risiko kredit mengingat kegiatan usahanya yang bersifat lending-based. Disamping itu bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap
modal yang tinggi highly-leveraged. Setiap kenaikan tingkat kegagalan membayar masing-masing debitur default rate secara potensial akan berdampak
terhadap berkurangnya permodalan bank.
33
Analisis selanjutnya dilakukan oleh staf hukum. Analisis dilakukan terhadap seluruh dokumen permohonan kredit, seperti identitas pribadi dan status calon
debitur, legalitas usaha dan dokumen agunan kredit yang diserahkan. Unit kerja ini bertanggungjawab dalam meneliti keabsahan agunan, termasuk
merekomendasi cara pengikatan kredit dan agunan yang memberi perlindungan bagi bank jika sewaktu-waktu kredit yang diberikan menjadi bermasalah atau
macet. Demikian syarat-syarat lain yang harus dipenuhi calon debitur adalah menjadi usulan dari unit kerja ini.
Sebenarnya agunan bukan merupakan faktor utama yang dijadikan oleh bank untuk menentukan keputusan pemberian dana kepada suatu nasabah tertentu.
Namun mengingat analisis yang telah dilakukan bank terhadap berbagai aspek yang lain seperti telah disebutkan di atas tidak selalu dapat mencerminkan kinerja
nasabah dimasa yang akan datang, pihak bank perlu berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terburuk. Antisipasi terhadap kemungkinan macetnya
33
Global Association of Risk Professionals Badan Sertipikasi Manajemen Risiko, Indonesia Certificate In Banking Risk and Regulation, Work Book, Tingkat 1. Edisi pertama
diterbitkan di Inggris oleh Global Association of Risk Professionals, dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2008, hlm 21
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kewajiban oleh nasabah adalah kewajiban penyerahan berbagai bentuk agunan sebelum dana diberikan kepada nasabah. Hal penting dalam
penyerahan agunan ini adalah keabsahan secara yuridis dalam perjanjian pengikatan agunan. Pihak bank harus yakin bahwa agunan yang telah diserahkan
telah berdasarkan perjanjian yang sah secara yuridis.
34
Untuk lebih memberi pengamanan atau perlindungan bagi bank dan debitur, biasanya agunan kredit disyaratkan untuk diasuransikan sehingga kedua pihak
terhindar dari risiko kerugian yang bisa timbul karena adanya kebakaran ataupun kehilangan agunan yang menjadi objek pertanggungan.
Terhadap produk kredit tertentu, seperti Kredit Pemilikan Rumah KPR, disyaratkan agar debitur menutup asuransi jiwa kredit. Tujuannya adalah apabila
pada masa kredit sedang berjalan dan debitur meninggal dunia, maka seluruh kewajibannya pada bank akan dilunasi atau menjadi tanggungjawab pihak
perusahaan asuransi, sehingga keluarga atau ahli waris yang ditinggalkan tidak terbebani untuk melunasi hutang debitur pada bank.
Seluruh usulan atau rekomendasi dari unit kerja di atas, termasuk hasil penilaian agunan dari Appraiser disampaikan kepada komite kredit. Usulan ini yang
menjadi dasar pertimbangan bagi komite kredit dalam mengambil keputusan atas persetujuan ataupun penolakan permohonan kredit dari calon debitur.
Setelah permohonan atau usulan kredit disetujui komite kredit, maka persetujuan itu akan diberitahukan secara tertulis kepada calon debitur. Surat pemberitahuan
ini sering disebut dengan Surat Penegasan atau Persetujuan Kredit Offering LetterOL. Surat ini berisikan tentang hak dan kewajiban para pihak, antara lain
kesediaan bank memberikan fasilitas kredit kepada calon debitur, termasuk syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Jika debitur menyetujui syarat-syarat yang
harus dipenuhinya untuk memperoleh fasilitas kredit dimaksud maka seterusnya calon debitur akan menandatangani surat tersebut di atas materai cukup sebagai
tanda persetujuannya.
B. Perjanjian Kredit dan Pengikatan Jaminan