Kekerasan Uji Emisi Gas Buang

Dari gambar 4.6. ditunjukkan bahwa kuat impak relatif menyamai kuat tekan, hanya berbeda dalam hal perlakuan yang di alami sampel uji. Kuat tekan dilakukan dengan perlahan-lahan, sedangkan uji impak dilakukan secara tiba-tiba. Mulai campuran kaolin 30 - 50, kuat impak terlihat naik begitu mencolok. Hal ini disebabkan oleh kenaikan densitas yang sebanding dengan penyerapan energi, bilamana benda uji mengalami pukulan secara mendadak. Semakin besar densitas bahan, maka semakin besar pula kekuatan impak tersebut.

4.5 Kekerasan

Dari hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan dengan menggunakan Equotip Harness Tester diperoleh data hasil pengujian sebagaimana tertera pada Tabel 4.5 berikut ini. No Kaolin Brinell HardnessHB MPa Vickers Hardness Hv MPa 1 - - 2 10 82 87 3 20 93 99 4 30 96 102 5 40 103 109 6 50 120 127 Dari Tabel 4.5 ditunjukkan bahwa kekerasan sampel berkisar dari 87 – 127 MPa. Grafik hubungan antara kekerasan dengan penambahan persentase kaolin ditunjukkan pada Gambar 4.7. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kekerasan Universitas Sumatera Utara Dari data pada tabel 4.5 dan gambar 4.7, ditunjukkan bahwa pada 100 limbah, nilai kekerasan tidak dapat dilakukan, karena tidak terbentuk ikatan antar partikel yang kuat. Akan tetapi pada penambahan10 - 30 secara bertahap mulai terlihat kenaikan nilai kekerasannya meskipun tidak begitu mencolok. Namun diatas 30 sampai 50 pertambahan nilai kekerasannya begitu menonjol terlihat, hal ini analog dengan pertambahan kekuatan tekan dan kekuatan impak, akibat bertambah kecilnya porositas dan bertambah besarnya densitas dari sampel uji.

4.6 Uji Emisi Gas Buang

Pertama dilakukan uji emisi tanpa filter sampel untuk mengetahui keadaan awal dari gas buang Lampiran F. Hasil pengukuran awal tanpa filter diterakan pada Tabel 4.6 berikut ini. Gambar 4.7 Grafik Kekerasan Hv ‐ Persentase Kaolin 8 9 100 110 120 130 140 1 2 30 4 50 Kaolin Kek eras an MPa Universitas Sumatera Utara Kemudian selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan filter sampel dari tiap-tiap persentase kaolin yang pengujiannya berlangsung sekitar 15 menit Lampiran F. Hasil pengujian ini tertera pada Tabel 4.7. Dengan Filter Emisi No Kaolin CO CO 2 HC CO CO 2 HC 1 3,696 5,08 565 47,41 43,11 48,87 2 10 3,594 5,16 568 48,86 42,22 48,60 3 20 3,543 5,02 554 49,59 43,78 47,91 4 30 0,201 0,36 134 97,14 95,97 87,87 5 40 3,766 5,39 589 46,41 39,64 46,70 6 50 4,483 6,64 702 36,21 25,64 36,47 Dari Tabel 4.7 diperoleh emisi CO terentang antara 36,21 – 97,14, emisi CO 2 di antara 25,64 – 95,97, emisi HC antara 36,47 – 87,87. Tanpa Filter CO CO 2 HC O 2 7,028 8,93 1101 1,39 Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Tanpa Filter Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Emisi Berfilter Universitas Sumatera Utara Grafik hubungan antara emisi CO, CO 2 , HC dengan persentase penambahan kaolin ditujukkan pada Gambar 4.8. Bentuk grafik ketiga emisi gas buang relatif memiliki bentuk yang sama Gambar 4.8. Emisi CO relatif konstan sampai penambahan persentase kaolin 20, lalu relatif meningkat sangat tajam pada penambahan persentase kaolin sampai 30, lalu turun kembali dengan curam sampai pertambahan persentase kaolin 40, dan kemudian turun kembali relatif linear sampai pertambahan persentase kaolin 50. Emisi gas CO 2 dan gas HC relatif sama dengan gas CO pada petambahan persentase kaolin yang sama juga. Namun dari grafik terlihat bahwa ketiga gas memiliki penunjukkan yang sama untuk emisi terbesar yaitu pada penambahan persentase kaolin 30 . Hal ini dapat terjadi karena pada komposisi 30 kaolin, ikatan antar butir telah terbentuk dan orientasi keporiannya juga telah tersusun dengan baik. Sedangkan pada campuran 40 sampai 50 kaolin, densitasnya mengalam peningkatan, sehingga porositasnya menurun. Dengan demikian emisi gas buang juga akan mengalami penurunan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.8 diatas. Berbeda dengan ketiga gas lainnya, jumlah gas O 2 ternyata bertambah. Hal tertera pada Tabel 4.8 Lampiran F. ABSORBSI CO, CO2, HC - KAOLIN 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 Kaolin Ab s o rb s i C0 CO2 HC Gambar 4.8 Grafik Emisi CO, CO 2 , HC ‐ Persentase Kaolin Emisi CO, CO 2 dan HC E m is i Universitas Sumatera Utara No Kaolin O 2 Berfilter Pertambahan O 2 1 9,83 607,19 2 10 10,05 623,02 3 20 10,25 637,41 4 30 18,96 1264,03 5 40 9,45 579,86 6 50 6,96 400,72 Dari Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa pertambahan persentase O 2 berkisar antara 400,72 – 1264,03. Hubungan persentase pertambahan O 2 dengan persentase kaolin ditunjukkan pada Gambar 4.9. OKSIGEN - KAOLIN 200 400 600 800 1000 1200 1400 10 20 30 40 50 Kaolin P e rt a m ba h a n Tabel 4.8 Hasil Pengukuran O 2 Berfilter Universitas Sumatera Utara Jika jumlah ketiga gas lainnya berkurang, gas O 2 malah bertambah. Pertambahan ini dapat terjadi karena adanya reaksi gas pada saat melewati filter. Namun demikian, meskipun jumlah O 2 bertambah dari 400,72 – 1264,03, pertambahn jumlah ini tidak begitu signifikan dibandingkan ketiga gas lainnya. Dari grafik terlihat bahwa O 2 memiliki penambahan maksimal pada pertambahan persentase kaolin 30 . Ini menunjukkan bahwa komposisi terbaik dari sampel tersebut.

4.7. Hasil Uji Analisa XRD