d. Slip Casting
Metode ini dilakukan untuk memperkeras suspensi dengan air dari cairan lainnya, dituang kedalam plaster berpori, air akan diserap dari daerah
kontak kedalam cetakan dan lapisan yang kuat akan terbentuk.
e. Injection molding
Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur dengan bubuk pada cetakan. Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda-benda
yang mempunyai bentuk yang kompleks.
2.4. Bahan Dasar Keramik
Bahan dasar keramik terdiri dari fasa kompleks yang merupakan senyawa netral dan non netral yang terikat secara ionic maupun kovalen. Keramik pada
umumnya mempunyai struktur kristallin dan sedikit electron bebasnya. Susunan senyawa kimianya sangat bervariasi, terdiri dari senyawa yang sederhana hingga
campuran dari beberapa fasa kompleks. Pada dasarnya bahan baku keramik terdiri dari :
a. Bahan Plastis
Bahan ini berupa tanah liat argiles dengan kandungan mineral yang bersifat liat dan mineral tambahannyang berasal dari endapan kotoran.
Mineral berupa silikat, Mg, Fe, bersifat kapur dan alkali. b.
Bahan Pelebur Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan alumino silikat alkalin yang
beraneka ragam terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
Orthose
: Si
3
AlO
8
K, Potasis
Albithe : Si
3
Al
8
Na, Sodis
Anorthite : Si
3
AlO
8
Ca, Kalsis c.
Bahan penghilang Lemak Bahan ini adalah bahan baku yang mudah di haluskan dan koefisien
penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan ini berfungsi sebagai penutup kekurangan-kekurangan yang ada karena plastisitas yang eksesif
dari tanah liat, terdiri silica SiO
2
atau kwarsa yang berbeda bentuknya. d.
Bahan tahan panas Bahan ini terdapat bahan yang mengandung Mg dan SIlikat aluminium
Sembiring, Anwar D, 1990 e.
Bahan pencampur Bahan penguat selalu digunakan kaolin, bahan ini merupakan bahan baku
utama dalam pembuatan keramik, berfungsi untuk mengontrol tentang pembahasan dan distorsi selama pembakaran. Kaolin akan membentuk
fasa cair pertama dalam system pada sekitar suhu 900 C. kemudian fasa
kristalisasi utama dan berkutnya Mullite Relva,C,Buchanan, 1990.
2.5. Keramik Berpori
Keramik berpori memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan sebagai filter antara lain tahan korosi, tidak bereaksi dengan campuran yang dipisahkan serta pori dan
kekuatannya dapat diatur. Porositas dapat diatur antara lain dengan menambahkan bahan aditif seperti serbuk kayu dan bahan lain misalnya grog yang dapat
menghasilkan gas pada saat dibakar sehingga meninggalkan rongga yang disebut pori. Hasil pengukuran keramik cordierite berpori menunjukkan bahwa densitas
Universitas Sumatera Utara
berkisar 0,75-1,17 grcm
3
, porositas 58µ
½
, kekuatan patah 0,5-2 MPa, kekerasan HV 0,3-1,8 GPa Sebayang.P, 2006.
Swedish Ceramic Institute dapat membuat keramik berpori dengan tehnik yang berbeda yang dinamakan tehnik protein suspensi hingga memperoleh
porositas antara 50-80 dari volume keramik. Refractron Technologies Corp New York USA adalah badan yang meneliti dan memproduksi keramik berpori, dimana
mereka memproduksi keramik berpori dengan karakteristik standar porositas antara 40-50 sedangkan HP Technical Ceramics memproduksi keramik berpori
dengan standar porositas 35-50. Pembuatan keramik berpori dari bahan limbah juga telah dilakukan oleh
Sasai, dkk 2003 dengan mencampur limbah pabrik kertas, serbuk gergajian kayu K
2
CO
3
sebagai activator dan clay sebagai aditif dan dikalsinasi pada suhu 850 C selama 1 jam pada tekanan 2 atmosfer. Sasai,dkk. 2003
2.6. Limbah Padat Pulp