2.14. Susut Volume
Pengukuran susut volume dilakukan pada benda uji yang berbentuk pelet dengan volume awal sebelum dibakar.
Susut Volume = 100
x V
V V
o s
o
−
Dimana : Vo = Volume sebelum dibakar
Vs = Volume sesudah di bakar Sembiring, A.D, 1990
2.15. Difraksi Sinar-X
Difraksi merupakan gejala hamburan yang terjadi apabila sinar-X datang pada atom-atom dalam bidang kristal. Pada tahun 1912 fisikawan Jerman Max
Van Laue menyatakan bahwa jika kristal terdiri dari barisan-barisan atom-atom yang teratur dan sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai
panjang gelombang yang sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka kristal tersebut dapat mendifraksikan sinar-X.
Apabila suatu kristal dihamburkan dengan berkas sinar-X, maka setiap atom dalam kristal yang dilalui oleh sinar-X mengabsorbsi energi dan kemudian
memancarkan kembali ke segala arah. Dengan demikian atom-atom itu merupakan sumber energi sekunder atau dapat dikatakan bahwa sinar x
dihamburkan oleh atom-atom dalam kristal. Sinar sekunder yang berasal dari berbagai atom saling berinterferensi, ada yang saling menguat dan ada pula yang
saling memusnahkan. Kemudian pada tahun 1913 teori tersebut dikembangkan oleh W. L. Bragg,
yang beranggapan bahwa sinar-x yang menembus kristal akan dipantulkan oleh lapisan atom yang berikutnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
..........2.7
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.4 Difraksi Sinar X Glenn, 2007 Agar terjadi interferensi maksimum saling menguat, sinar 1 dan sinar 2
harus se-fase. Ini berarti bahwa beda lintasan kedua harus sama dengan panjang gelombang sinar atau kelipatannya.
Jadi hubungannya memenuhi persamaan : 2d sin θ = n λ. Persamaan
tersebut dikenal dengan Hukum Bragg. Dimana :
λ= Panjang gelombang n = orde difraksi
θ = sudut hamburan Bragg d = Jarak antar bidang.
Besar Sudut difraksi θ tergantung pada panjang gelombang λ berkas sinar
x dan jarak d antar bidang. Syukur.M, 1982.
2.16. Gas Analyzer
Untuk mengetahui besar persentase gas buang dari kendaraan bermotor yang terserap oleh sampel dapat ditentukan dengan persamaan matematis sebagai
berikut : Perubahan emisi
Dimana : Xo = banyaknya gas CO, CO
2
dan HC sebelum menggunakan filter
1 2
Bidang
Bidang
100 x
Xo Xs
Xo −
=
.......... 2.8
Universitas Sumatera Utara
Xs = banyaknya gas CO, CO
2
dan HC sesudah menggunakan filter Tugaswati, T.A, 2000
2.17. Pencemaran Udara