Xs = banyaknya gas CO, CO
2
dan HC sesudah menggunakan filter Tugaswati, T.A, 2000
2.17. Pencemaran Udara
Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah natural sources seperti letusan gunung berapi, dan yang
berasal dari kegiatan manusia antropogenic sources, seperti yang berasal dari transportasi , emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar
udara utama yang berasal dari kegiatan manusia anthropogenic sources yaitu : karbon monoksidaCO, Oksida Sulfur SOx, Oksida nitrogen NOx, Partikulat,
Hidrokarbon HC, dan Oksida fotokimia, termasuk ozon. Pencemaran udara yang terjadi di kota-kota besar telah menyebabkan
menurunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan, bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Menurunnya kualitas
udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar. Proses
pembakaran fosil tersebut sepenuhnya tidaklah sempurna, sehingga gas hasil buangannya mengandung gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Selain itu, efek rumah kaca juga menjadi penyebab utama atas meningkatnya pencemaran udara, sehingga memicu terjadinya “global warming”, yaitu
meningkatnya suhu permukaan bumi akibat adanya pencemaran di berbagai lingkungan, salah satunya pencemaran udara yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi polusi udara dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara tersebut ini, perlu dilakukan
usaha untuk mengendalikan pencemaran, yaitu dengan mengurangi konsentrasi zat-zat berbahaya yang dilepaskan ke lingkungan. Cara yang dilakukan dapat
berupa usaha untuk mengkonversikan gas-gas berbahaya tersebut menjadi gas yang ramah lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai teknologi yang ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat berbagai aktivitas mesin-mesin
kendaraan dan industri. Salah satu penelitian yang dikembangkan adalah mengenai “Catalytic Converter”. Catalytic Converter adalah merupakan
pengembangan dari jenis katalis padatan yang digunakan untuk membantu proses konversi, reduksi dan oksidasi zat-zat berbahaya dari hasil pembakaran bahan
bakar kendaraan bermotor dan industri. Pada dasarnya, mesin-mesin sudah di desain untuk dapat melakukan pembakaran dengan sempurna terhadap bahan
bakar mesin, sehingga zat-zat hasil pembakaran adalah berupaH
2
O, CO
2
dan NO
2
yang ramah lingkungan. Namun keadaan yang terjadi di lapangan, pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor dan industri selalu tidak sempurna,
sehingga zat-zat yang dihasilkan berupa gas-gas beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan mahkluk hidup, yaitu :gas CO, NO
x
dan HC. Gas CO, jika terhirup dan masuk kedalam saluran pernafasan selanjutya akan berikatan dengan
Haemoglobin Hb, sehingga mengganggu transportasi oksigen. Gas NOx selain berakibat langsung pada tanaman dan meracuni manusia, hasil akhir
pencemarannya adalah asam nitrat HNO
3
yang terinsepsi ke dalam lingkungan dalam bentuk garam-garam nitrat dalam air hujan, sehingga terjadilah hujan asam.
Hujan asam dapat menyebabkan tumbuh-tumbuhan rusak, bahkan mati adapun senyawa HC bersifat karsinogenik, yang jika masuk ke dalam tubuh mahluk
hidup, dengan oksida dan nitrogen, HC akan bereaksi secara foto-oksidasi dan membentuk Smog. Selanjutnya dengan adanya katalis converter yang berfungsi
untuk mengatasi pencemaran zat-zat yang berbahaya tersebut dengan proses konversi, yaitu mereduksi dan mengoksidasi gas CO dan HC menjadi CO
2
dan H
2
O, mereduksi gas NOx menjadi N
2
, O
2
dan NO
2
dengan bantuan sebuah pengemban mediasupport dari bahan alam yang ada di Indonesia, seperti batuan
alam zeolit yang memiliki ketahanan termal yang tinggi, sehingga tahan pada proses bersuhu tinggi.
Uji emisi terhadap gas buang kendaraan bermotor dilakukan sesuai dengan peraturan Menteri No. 052006 tentang ambang batas Emisi Gas Buang
kendaraan bermotor,. Peraturan Pemerintah tersebut juga mewajibkan kepada
Universitas Sumatera Utara
Pemda Pemko untuk melakukan uji Emisi setiap enam bulan di daerahnya masing-masing.
Dalam uji tersebut, besarnya polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar premium, yaitu kendaraan tahun pembuatan
dibawah 2007, gas buang yang dihasilkan berupa Hidro Carbon HC tidak melebihi 1200 dan karbondioksida CO
2
sekitar 4,5. Sementara untuk kendaraan tahun pembuatan diatas 2007, ketentuannya lebih ketat, yaitu tingkat
HC sebesar 200 dan CO
2
1,5. Untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar, opastias atau ketebalan asap yang dihasilkan mencapai70. Pada
dasarnya menurut pengalaman uji emisi yang dilakukan bahwa tinggi polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor tidak selalu dipengaruhi oleh tahun pembuatan,
tetapi lebih kepada perawatan mesin kendaraan. Dari 300 kendaraan roda empat pribadi maupun umum yang diuji di setiap
provinsi, rata-rata ada sebanyak 40 kendaraan tidak lulus uji emisi. Hal ini menandakan cukup tinggi polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Emisi
kendaraan bermotor juga mengandung dinitro oksidaN
2
O dan methaneCH
4
yang merupakan gas rumah kaca yang menghalangi pantulan sinar matahari, sehingga dapat meningkatkan suhu bumi atau dapat menimbulkan pemanasan
global.
2.18. Bahaya Karbon monoksida.CO