BAB II TINDAKAN PENGOPLOSAN BERAS
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengoplosan Beras
Untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dibutuhkan makanan yang aman, bermutu, bergizi dan tersedia secara cukup. Dengan demikian
pengadaan dan pendistribusian makanan tersebut harus dilakukan secara jujur dan bertanggung jawab sehingga tersedia makanan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.382Men.KesPerIV89 tentang Pendaftaran Makanan, Makanan diartikan sebagai “barang yang dimasudkan untuk
dimakan dan diminum oleh manusia, serta semua bahan yang digunakan pada produksi makanan dan minuman”.
47
Pengertian pangan juga dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan pada Pasal 1 ayat 1 menyatakan:
48
“ 1 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari: sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi
konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain digunakan dalam proses penyiapan, pengelolaan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman”.
Berkaitan dengan pemenuhan makanan yang aman, bermutu, bergizi dan tersedia secara cukup, utamanya dalam pemenuhan pangan pokok yaitu beras, tidak tertutup
kemungkinan terdapat upaya-upaya yang tidak jujur dari pelaku usaha dalam menghasilkan
47
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 382men.KesPerIV89 Tentang Pendaftaran Makanan.
48
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
Universitas Sumatera Utara
lain
50
. beras tersebut sehingga beras yang diterima oleh masyarakat tidak memenuhi syarat : aman,
bermutu dan bergizi, akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi konsumen. Sebagai antisipasinya para konsumen dituntut untuk bersikap kritis dan cerdas dalam mencermati
pemilihan beras yang akan dikonsumsi. Untuk menyatukan persepsi dalam pembahasan tentang pengoplosan beras, maka
perlu diberikan pembatasan pengertian tentang “oplos”. Dari berbagai literatur yang ditelusuri, kata Oplos berasal dari Bahasa Belanda
49
, yaitu : “oplossen” yang berarti “larut”. Di Indonesia istilah “oplos ” sering dikonotasikan sebagai usaha mencampur
dengan maksud untuk mengambil keuntungan tanpa mengindahkan kualitas. Mencampur adalah memadupadankan satu benda dengan satu atau beberapa benda lainnya kemudian
diolah dan diproses menjadi benda dengan nama yang Rahardi Ramelan, menyatakan mencampur dalam arti kata “blending”, merupakan
usaha yang biasa dilakukan di dalam perdagangan, khusunya komoditi pertanian untuk mendapatkan komposisi dan rasa khas maupun kualitas yang diinginkan konsumen,
penggilingan besar melakukan blending untuk mendapatkan kualitas dan harga yang tepat dan memakai merek atau brand tertentu untuk memudahkan pemasarannya. Demikian juga
yang dilakukan pedagang besar yang menampung beras dari berbagai daerah, melakukan blending untuk menghasilkan rasa, kualitas dan harga yang tepat bagi konsumen.
51
Proses pelaksanaan pengoplosan beras dapat digambarkan sebagai berikut:
49
Susi Moeimam, Hein Steinhauer, Kamus Belanda-Indonesia Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005
50
Goentoer Albertus, http:albertusgoentoer, blogspot.com200904mencampur, diakses tanggal 10 Maret 2010
51
Rahardi Ramelan, “Oplos Atau Blending”, http:www.leapidea.compresentation?id=93. di akses tanggal 08 Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
Beras Kualitas
A ‐‐‐‐‐‐‐ x‐‐‐‐‐‐‐
Beras Kualitas
B ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Beras Kualitas
C dicampur
menghasilkan
Menteri Perdagangan dalam kunjungannya ke Pasar Induk Beras Cipinang, 21 Januari 2010, menyatakan apabila pedagang melakukan pencampuran beras, pelaku usaha
harus tetap berpatokan kepada undang-undang perlindungan konsumen. Apabila pedagang mencampur beras berkualitas medium tiga dengan beras berkualitas medium satu,
pedagang harus menjual beras dengan beras kualitas medium dua, jangan lantas menjualnya dengan harga medium satu sehingga kembali mengorbankan konsumen.
52
Nurul Khumaida, menyebutkan pemberitaan di salah satu majalah Jepang, dimana Polisi Jepang menangkap pedagang beras karena dituduh melakukan tindakan kriminal
yakni mencampur beras yang berbeda kualitas. Pengoplosan itu diduga dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya yakni dengan cara mencampur beras
kualitas A dengan beras kualitas B, lantas hasil pencampuran tersebut dijual dengan beras Kualitas A. Polisi Jepang dengan mudah menangkap pelaku usaha tersebut karena polisi
dengan gamblang dapat membedakan beras kualitas A dengan beras oplosan.
53
B. Perbuatan yang dilarang Dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan