Kelemahan Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Pangan beras

kesalahan, didasarkan kepada hasil pemeriksaan BPOM. Dalam hal ini Deperindag bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Obat dan Makanan BPOM. Demikian halnya dengan Perusahaan Umum BULOG, jika ditemukan beras yang memiliki kualitas di bawah standar, harus dilakukan pemeriksaan kepada BPOM untuk mengetahui layak atau tidaknya beras tersebut untuk dikonsumsi, serta dalam rangka pendistribusian beras di tingkat kabupatenkota, Perum BULOG tidak dapat melaksanakan pendistribusian beras tanpa koordinasi dengan pemerintah kabupatenkota. Akhirnya keseluruhan rangkaian pekerjaan pembinaan dan pengawasan tersebut jika ditemukan indikasi pelanggaran oleh pelaku usaha akan diserahkan penyelesaian hukumnya kepada aparat yang berwenang untuk itu dengan pengambilan tindakan hukum yang tepat. Menyangkut pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Swadaya Masyarakat LPSM, dalam proses pelaksanaan pembinaan dan pengawasannya didasarkan kepada kerja sama LPSM dengan instansi terkait dalam rangka mewujudkan perlindungan konsumen.

B. Kelemahan Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Pangan beras

Dari uraian di atas tentang pembinaan dan pengawasan terhadap perdagangan pangan beras yang dilakukan oleh pemerintah maupun pembinaan dan pengawasan di luar pemerintah, masih terdapat kelemahan dari pembinaan dan pengawasan perdagangan beras ini yakni belum optimalnya pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tersebut. Hal ini didasarkan sesuai hasil wawancara penulis dengan salah satu pemilik kilang padi, disebutkan bahwa pembinaan dan pengawasan yang dilakukan terhadap kilang padi tidak Universitas Sumatera Utara secara periodikrutin dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk itu, namun pengawasan lebih sering dilakukan menjelang adanya hari-hari besar keagamaan dan pada saat adanya laporan kenaikan harga beras di pasaran atau adanya issu pengoplosan beras. Salah satu penyebab belum optimalnya pembinaan dan pengawasan perdagangan beras ini dimungkinkan karena banyaknya jumlah pedagang ataupun industri kilang padi, sehingga untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan secara rutin kepada setiap pedagang beras dan kilang padi akan memakan waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar, seperti pedagang-pedagang beras dipasar tradisional ataupun pedagang beras yang berada di pasar modern super market. Disamping itu untuk memastikan bahwa beras yang dipasarkan oleh pelaku usaha bebas dari dugaan pengoplosan berbagai jenis beras ataupun pengoplosan dengan menggunakan bahan kimia tidaklah mudah, secara visual konsumen sulit untuk membedakannya. Untuk memastikan ada tidaknya pengoplosan dengan menggunakan bahan kimia harus melalui uji laboratorium sedangkan untuk memastikan adanya pengoplosan dari berbagai jenis kualitas beras, harus didasarkan kepada standar mutu yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu konsumen dihimbau untuk lebih berhati-hati dalam memilih beras yang akan dibeli. Menyikapi kelemahan pembinaan dan pengawasan di atas, pemerintah seyogianya memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat yakni dengan memberikan suatu uraian atau keterangan tentang jenis dan kualitas beras sesuai dengan tingkatan kualitas beras yang terdapat dalam daftar SNI beras lihat table 1 kepada seluruh kilang padi dan pedagang beras di pasar-pasar tradisional dan pasar-pasar modern, kemudian para pedagang dan pemilik kilang padi tersebut diwajibkan memperlihatkan dengan cara Universitas Sumatera Utara menempelkan standar mutu beras tersebut pada lokasi penjualan berasnya sehingga konsumen yang hendak membeli beras dapat membandingkan kualitas beras dengan harga yang ditawarkan pelaku usaha. Selain kurang optimalnya pembinaan dan pengawasan terhadap perdagangan beras, pengamatan penerapan mutu hasil beras di industri penggilingan juga belum secara maksimal dilaksanakan. Indonesia telah menerbitkan Standar Nasional Indonesia untuk mutu beras. Yaitu Standar Nasional Indonesia SNI No. 01-6127-1999 tabel 1 halaman 27. Adanya SNI beras yang telah ditetapkan pemerintah, seharusnya dijadikan acuan terhadap kualitas beras yang beredar di pasaran. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis ke Kantor Perindustrian Sumatera Utara, menyebutkan bahwa sampai dengan saat ini penerapan SNI beras belum maksimal dilakukan khusunya untuk produksi beras lokal atau produk dalam negeri, berbeda dengan produk beras impor, SNI beras sudah diwajibkan. Belum diterapkannya SNI beras ini secara maksimal untuk produksi beras dalam negeri akan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk dapat memanipulasi standar mutu beras yang diperdagangkan. Oleh karena itu untuk menghindari adanya pengoplosan beras, penerapan SNI beras yakni dengan pencantuman SNI pada setiap karung beras menjadi suatu keharusan bagi industri penggilingan padi sebelum beras dipasarkan, dengan demikian masyarakat sebagai konsumen dengan mudah dan tanpa ragu- ragu mengetahui dengan jelas bahwa beras yang dibeli adalah beras yang sudah sesuai dengan standar mutu yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara Pentingnya penerapan SNI beras memang sangat diperlukan, namun penerapan SNI mendapat kesulitan dalam penerapannya untuk produksi beras lokaldalam negeri disebabkan beras yang diperjual belikan dipasaran tidak seluruhnya dihasilkan oleh industri-industri penggilingan besar yang mempunyai badan hukum, tetapi produksi beras dapat juga dihasilkan oleh penggilingan padi kecil yang tidak mempunyai badan hukum. Yang dimaksud tidak mempunyai badan hukum adalah tidak mempunyai SIUP, Ijin Gangguan, Tanda Daftar Perusahaan TDP dan Ijin Usaha Industri IUI. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NASABAH DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Kedudukan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 1 53

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45

KEDUDUKAN HUKUM PASIEN EUTHANASIA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

0 2 12