Sisi cara menjual Sisi cara klausula baku

3. Sisi cara menjual

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa; pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui menyesatkan konsumen dengan; 1. Menyatakan barang danatau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu; 2. Menyatakan barang danatau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi; 3. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain; 4. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu danatau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain. 5. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang lain; 6. Menaikkan harga atau tariff barang danatau jasa sebelum melakukan obral. Jika pelaku usahapedagang beras menjual beras hasil oplosan tanpa menjelaskan bahwa beras tersebut adalah beras hasil oplosan atau beras yang dijual seolah-olah telah memenuhi standar mutu jenis beras tertentu yang sudah dikenal masyarakat, maka tindakan pengoplosan dapat dinyatakan melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Tetapi jika pelaku usaha menjual beras dengan menyebutkan dan memberikan informasi yang jelas tentang mutu beras, bahwa beras yang dijual adalah beras hasil oplosan tanpa adanya pencampuran bahan kimia, hal ini tidak bertentangan dengan Undang–Undang Perlindungan Konsumen.

4. Sisi cara klausula baku

Dalam Pasal 1 ayat 8, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha Universitas Sumatera Utara yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Klausula baku tersebut biasanya merupakan isi atau ketentuan yang terdapat dalam kontrak standar standardized contract. Kontrak standar tersebut merupakan perjanjian tertulis berupa formulir yang isi, bentuk serta cara penyelesaiannya dibakukan secara sepihak oleh pelaku usaha dan lazimnya hanya memberikan pilihan “ take it or leave it” 63 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa klausula baku yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian dilarang bagi pelaku usaha, apabila dalam pencantumannya mengandung unsur-unsur atau pernyataan sebagai berikut : 64 1. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen; 2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; 3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen; 4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran; 5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen; 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; 63 Direktorat Perlindungan Konsumen Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri “Be a smart consumer” 64 Ibid Universitas Sumatera Utara 7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; Contoh klausula baku yang dilarang Undang-Undang Perlindungan Konsumen antara lain sebagai berikut : 65 a. Formulir pembayaran tagihan bank dalam salah satu syarat yang harus dipenuhi atau disetujui oleh nasabahnya, menyatakan bahwa “ Bank tidak bertanggung jawab atas kelalaian atau kealpaan, tindakan atau keteledoran dari bank sendiri atau pegawainya atau koresponden, sub agen lainnya atau pegawai mereka; b. Kwitansi ataufaktur pembelian barang yang menyatakan; “ barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan “ atau “ barang tidak diambil dalam waktu 2 minggu dalam nota penjualan kami batalkan”. Dari uraian di atas, tindakan pengoplosan beras tidak terkait dengan klausula baku, disebabkan sampai dengan saat ini, dalam setiap kemasankarung beras belum pernah menguraikan klausula baku. 65 Ibid Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NASABAH DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Kedudukan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 1 53

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45

KEDUDUKAN HUKUM PASIEN EUTHANASIA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

0 2 12