Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, pelaku usaha diberikan
hak untuk:
88
1 Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai
tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; 2
Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
3 Melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen; 4
Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian, konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan;
5 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
b. Kewajiban Pelaku Usaha
Sebagai konsekuensi dari hak konsumen, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
89
1 Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang danatau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan perbaikan, dan pemeliharaan.
3 Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur, serta tidak
diskriminatif ; 4
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku;
5 Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang
danatau jasa tertentu, serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau diperdagangkan;
6 Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
E. Tanggung jawab Produsen atau Pelaku Usaha
a. Pengertian Pelaku usaha
88
AZ. Nasution, Perlindungan Konsumen; Tinjauan pada UU No. 8 Tahun 1999, Op.cit, hlm 44
89
Ibid, hlm. 49
Universitas Sumatera Utara
Produsen sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan
jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat , grosir, leveransir dan pengecer professional.
90
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen tidak memakai istilah produsen melainkan menggunakan kata Pelaku usaha, sekalipun pada
dasarnya apa yang dimaksudkan dengan pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen sama dengan cakupan produsen yang dikenal di Belanda.
91
Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan apa yang dimaksud dengan pelaku usaha yaitu sebagai beikut :
“ Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan hukum, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
92
Sebagai perbandingan di Eropa, seperti yang dikutip oleh Rachmadi Usman dalam Directive on Product Liability yaitu suatu ketentuan perundang-undangan yang dibuat oleh
Dewan Kementerian Eropa, di dalam Pasal 3 disebutkan yang dimaksud dengan produsen adalah meliputi:
93
1. Pihak pembuat suatu produk akhir atau bagian komponenya yang berupa produk-
produknya manufacture.
90
Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannya di Beberapa Negara, Yogjakarta: Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Belanda-Indonesia, 1988, Hlm.2
91
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Hlm. 9
92
Lihat Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
93
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Jakarta: Djambatan 2000, Hlm 206
Universitas Sumatera Utara
2. Produsen dari setiap bahan mentah apapun
3. Tiap orang, yang dengan membubuhkan nama, merek dagang ataupun ciri pembela
lainnya pada suatu produk adalah mewakili dirinya sendiri sebagai produsen barang atau produk tersebut.
4. Setiap orang yang mengimpor suatu produk ke dalam lingkungan Economic
Community, apakah untuk dijual, disewakan, dikontrakkan atau bentuk distribusi lain di dalam perdagangan bisnisnya dianggap sebagai produsen dan harus bertanggung
jawab sebagai produsen. Pelaku usaha yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
tidak hanya membatasi produsen hanya sebagai pabrikan saja tetapi juga orang perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi termasuk pedagang, distributor dan
jaringannya, serta termasuk juga korporasi, BUMN, Koperasi, Importir dan lain-lain.
b. Tanggung jawab Pelaku Usaha
Tanggung jawab terdiri dari kata tanggung dan jawab, yang kemudian terbentuk beberapa kata seperti bertanggung jawab, mempertanggung jawabkan, penanggung jawab
dan pertanggungjawaban. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi sesuatu boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya.
94
Selanjutnya dari kata tanggung jawab tersebut diturunkan kata-kata sebagai berikut :
94
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988 Hlm. 899
Universitas Sumatera Utara
a. Bertanggung jawab berarti kewajiban memegang, memikul tanggung jawab.
b. Mempertanggung jawabkan berarti memberi jawab dan menanggung segala akibatnya
kalau ada kesalahan.
95
Dari penggunaan sehari-hari kata tanggung jawab cenderung menerangkan kewajiban. Kecenderungan ini terlihat pada penggunaan kata “pertanggungjawaban”
sebuah kata bentukan yang berasal dari kata dasar tanggung jawab. Dalam ilmu hukum ada dikenal dua macam tanggung jawab, yang pertama adalah tanggung jawab dalam arti
sempit, yaitu tanggung jawab tanpa sanksi dan yang kedua adalah tanggung jawab dalam arti luas yaitu tanggung jawab dengan sanksi.
96
Perlindungan konsumen yang diberikan produsenpelaku usaha oleh berbagai penulis diberi istilah product liability dalam bahasa Inggris, misalnya oleh Charles O.
Smith dalam bukunya Product Liability, menyatakan sebagai berikut : ”The term products liability also includes commercial loss by a consumer operation due to alleged failure or
inadeguate performance of a product”.
97
Maksudnya tanggung jawab produk adalah istilah yang syah yang menguraikan aksi tanggungjawab bilamana pihak yang dirugikan mencari
atau menemukan kerusakan atas kerugian diri atau hilangnya penghasilan bila pihak tersebut menduga bahwa kerusakan produk menyebabkan kerugian.
Selain itu Tentang pengertian product liability dapat dikemukakan beberapa defenisi sebagai berikut:
95
Ibid, Hlm. 901
96
Harun Alrasjid, Hubungan Antara Presiden dan Majelis Permusyawaratan, Jakarta ; Balai Pustaka, 1996, Hlm. 9
97
Charles O Smith, Product Liability, New Jersey Prentice Hall: Englewood Cliff, 1920, hlm.1
Universitas Sumatera Utara
Hursh: product liability “adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari produsen yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang bergerak dalam
proses untuk menghasilkan suatu produk, atau orangbadan yang menjual produk tersebut”. Perkins Coie menyatakan: product liability “adalah tanggung jawab hukum dari
produsen atau orang-orang yang terlibat dalam distribusi suatu produk kepada para pemakai produk yang terluka karena menggunakan produk tersebut”.
Dalam bahasa Indonesia, Product Liability diterjemahkan menjadi tanggungjawab produk. Sedangkan menurut Sudargo Gautama dalam pembahasannya mengenai Konvensi
Den Haag Tahun 1972, secara bergantian memakai terjemahan yang berbeda-beda, yaitu dengan “tanggungjawab untuk hasil produksi” dan “tanggungjawab produsen terhadap hasil
produksinya”.
98
Agnes M. Toar, memberi batasan pemahaman tentang tanggungjawab produk sebagai berikut: “Tanggungjawab produk ialah tanggungjawab para produsen untuk
produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkanmenyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.
99
H.E. Saefullah,
100
mengatakan bahwa “Tanggungjawab produk yang biasa disebut Product Liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang
menghasilkan suatu produk produk manufaktur atau dari orang atau badan yang bergerak
98
Sudargo Gautama , Kapita Selekta Hukum Perdata Internasional, Bandung: Alumni, 1983, hlm. 105
99
Agnes M. Toar, Tanggungjawab produk dan Sejarah Perkembangannya di Beberapa Negara Yogjakarta: Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Indonesia dengan Belanda, 1988, hlm.2
100
H.E.Syaefullah, Tanggung Jawab Produsen Terhadap Akibat Hukum Yang Ditimbulkan Dari Produk dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas, Makalah Seminar Nasional Perspektif Hukum
Perlindungan Konsumen dalam Sistem Hukum Nasional Menghadapi Era Perdagangan Bebas, Diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UNISBA, Bandung, 1998, hlm.5
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk prosessor, assembier atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan seller, distributor produk tersebut”.
Nahatattand V. Lambock seperti dikutip oleh Nurmardjito mengatakan sebagai berikut:
101
“ Tanggung jawab tanggung gugat produk merupakan terjemahan bebas bahasa Indonesia, secara popular sering disebut dengan “product liability” adalah suatu konsepsi
hukum yang intinya dimaksudkan memberikan perlindungan kepada konsumen yaitu dengan jalan membebaskan konsumen dari beban untuk membuktikan bahwa kerugian
konsumen timbul akibat kesalahan dalam proses produksi dan sekaligus melahirkan tanggungjawab produsen untuk memberikan ganti rugi”.
F. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dari Tindakan Pengoplosan Beras.