Sisi standar kualitas beras

bahwa tindakan pencampuran suatu barang yang berbeda kualitas, bertentangan atau merupakan suatu perbuatan yang melanggar undang-undang perlindungan konsumen. Namun pada Pasal 18 ayat 1-2, UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan : “ Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan diperdagangkan, kecuali pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, Beras yang dioplos harus diuji lagi apakah tindakan tersebut melanggar undang-undang perlindungan konsumen jika ditinjau dari parameter :

1 Sisi standar kualitas beras

2 Sisi informasi

3 Sisi cara menjual

4 Sisi klausula baku

1. Sisi standar kualitas beras

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329Men-KesXII1976 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan Pasal 1 angka 6 menyatakan ketentuan yang berkenaan dengan standar mutu makananminuman : “standar mutu adalah suatu ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan mengenai nama, bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, komposisi, wadah, pembungkus serta ketentuan lain untuk pengujian tiap jenis makananminuman:. 57 57 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329Men-KesXII1976 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Pertanian RI No. 32PermentanOT.14032007 tanggal 12 Maret 2007 tentang Pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras pada Pasal 1 disebutkan sebagai berikut: Pasal 1 butir 8 : 8 Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Pasal 1 butir 9 : 9 Mutu beras adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap beras Selanjutnya pada Pasal 3 disebutkan: a. Peraturan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat atas mutu dan kemananan pangan. b. Memberikan ketentraman bathin masyarakat terhadap beras yang dikonsumsi. Pada Pasal 4 butir 1 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 32PermentanOT.14032007 tanggal 12 Maret 2007 disebutkan bahwa : “ Beras yang diperoleh melalui penggilingan padi, huller dan penyosohan beras dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya”. Bahan kimia yang berbahaya tersebut diantaranya adalah : 1. Klorin dan senyawanya 2. Bromat dan senyawanya 3. Asam bromat dan senyawanya 4. Asam salisilat dan garam-garamnya 5. Dietilpirokarbonat diethylpirocarbonate 6. Dulsin dulcin 7. Kloramfenikol Chloramphenicol 8. Nitrofurazon nitrofurazone0 Universitas Sumatera Utara 9. Larutan formaldehydeformalin 10. Rodamin B 11. Parafarmaldehyde 12. Tiroksan atau 13. Kuning metanil Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722Men.KesPer88 Tentang Bahan Tambahan Makanan Yang Aman Digunakan, dikenal beberapa bahan tambahan makanan yang aman digunakan yakni telah diizinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM, di antaranya adalah : 58 1. Pengawet seperti : asam benzoate, asam propionate, asam sorbet, natrium benzoate dan nisin. 2. Pewarna, seperti: tartrazine 3. Pemanis, seperti ; aspartame, sakarin, dan siklamat 4. Penyedap rasa dan aroma, seperti: monosodium glutamat 5. Antikempal, seperti; aluminium silikat, magnesium karbonat dan trikalsium fosfat. 6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental, seperti : lesitin, sodium laktat, dan potassium laktat. Sangat disayangkan apabila terdapat pelaku usaha yang melakukan tindakan pencampuran bahan-bahan kimia yang tidak dianjurkan kedalam makanan sehingga 58 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722Men.KesPer88 Tentang Bahan Tambahan Makanan Yang Aman digunakan. Universitas Sumatera Utara makanan kelihatan baru dan berbau segar, sementara disisi lain hal ini sangat membahayakan dan merugikan konsumen. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi pengambilan tindakan atau penghukuman atas perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerugian atau bahaya kepada konsumen dalam berbagai bentuk perundang-undangan yang telah ada adalah : 1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan, antara lain: 59 a. Pasal 21 ayat 3 yaitu: “ makanan dan minuman yang tidak memenuhi standard dan atau persyaratan dan atau membahayakan kesehatan dilarang diedarkan, ditarik dari peredaran dan disita untuk dimusnahkan sesuai ketentuan”; b. Pasal 80 ayat 4, yaitu: “ barang siapa dengan sengaja mengedarkan makanan dan atau minuman yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan dan atau membahayakan kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000; tiga ratus juta rupiah 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,, juga diatur tentang bahan- bahan tambahan panganmakanan, antara lain: 60 a. Pasal 8 “setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran makanan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi” b. Pasal 10 a Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. b Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. c. Pasal 11 59 Pasal 21 ayat 3 dan Pasal 80 ayat 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan 60 Pasal 8, Pasal 10, 11 dan 20 ayat 1, Pasal 21 huruf a, Pasal 26 huruf b, pasal 55 Undang- Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan Universitas Sumatera Utara Bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamananya, dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah. d. Pasal 20 1; “setiap orang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi” e. Pasal 21 a: “setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia”. f. Pasal 26 b : ‘setiap orang dilarang memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu yang dijanjikan”; g. Pasal 55 “Barang siapa dengan sengaja bertentangan dengan Pasal 8, Pasal 21 huruf a, Pasal 26 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600.000.000 enam ratus juta rupiah 3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, antara lain: 61 Pasal 8 ayat 1 yaitu; “Dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang danatau jasa yang : a. Tidak memenuhi atau sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan. b. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, Komposisi, proses pengolahan, gaya mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan pada label atau keterangan barang danatau jasa tersebut; c. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut; d. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atau barang tertentu; e. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan ‘halal” yang dicantumkan dalam label; 61 Pasal 8 dan Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Universitas Sumatera Utara f. Tidak memasang label atau memuat informasi penjelasan mengenai barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat samping, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat; g. Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; h. Pasal 62 ayat 1 yaitu: “pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000; dua miliar rupiah. 4. Peraturan Menteri Pertanian, No. 32PermentanOT.14032007 tanggal 12 Maret 2007 tentang Pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras. Pasal 8 1 Perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan beras yang terbukti menggunakan bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Diberikan teguran secara tertulis. 2 Apabila teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak diindahkan, terhadap perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan beras diberikan sanksi pencabutan izin usaha. Tindakan pengoplosan beras, jika dilihat dari berbagai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha baik dari kacamata undang-undang perlindungan konsumen maupun dari peraturan perundang-undangan lainnya, beras yang dioplos melanggar ketentuan tentang standar kualitas beras yang telah diatur di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, namun sepanjang hasil dari pengoplosan beras tersebut diberikan informasi yang jelas tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan, pengoplosan bukan merupakan perbuatan yang melanggar undang-undang perlindungan konsumen. Universitas Sumatera Utara

2. Sisi informasi

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NASABAH DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Kedudukan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 1 53

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45

KEDUDUKAN HUKUM PASIEN EUTHANASIA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

0 2 12