Imunohistokimiawi Benign Prostatic Hyperplasia BPH

10 Gambar 2.5: Menunjukkan corpora amylacea di dalam salah satu kalenjar prostat Dikutip dari: Wheathers Functional Histology: A text and Colour Atlas 5 th Edition Secara histopatologi pula, prostat ada mensekresi kan produk dimana ia memenuhi hampir separuh dari volume cairan seminal. Cairan ini merupakan cairan halus yang kaya dengan asam sitrat beserta enzim proteolitik termasuk fibrinolisin yang bertindak mencairkan kembali semen yang berkoagulasi setelah dilepaskan ke dalam vagina. Akan tetapi, sisa cairan ini yang tersisa dan mungkin tidak dilepaskan akan terkumpul di dalam beberapa kalenjar untuk membentuk apa yang dinamakan sebagai corpora amylacea, yang mana meningkat sejalan usia dan bisa terjadinya kalsifikasi gbr 2.3 Young Barbara et al, 2006.

2.2.5 Imunohistokimiawi

Perbahasan secara histopatologi merupakan lanjutan dari subtopik sebelumnya, ini adalah bagi membolehkan kita agar lebih memahami akan pewarnaan dan kaedah Universitas Sumatera Utara 11 dalam mengetahui dengan lanjut akan reaksi bagian dalam prostat terhadap antibodi yang diberikan, beserta karakteristik el tersbut secara umum. Setelah dilakukan proses imunohistokimia, kita dapat lihat pada bagian fibroleiomyomatous BPH, menunjukkan reaksi yang kuat dengan antibodi terhadap vimentin, desmin dan aktin. Lapisan sel basal dapat digambarkan dengan adanya terjadi reaksi keratin strata-korneum. Ekspresi antigen spesifik prostat PSA dan fosfatase asam prostat spesifik PAP akan memberikan hasil negatif pada lapisan sel basal. Sel-sel sekretori pula menunjukkan menunjukkan yang sebaliknya. PSA dan PAP menunjukkan pewarnaan yang kuat. Kadang-kadang chromogranin A-sel endokrin menunjukkan hasil yang positif, akan tetapi antara epitel kelenjar sekretori hiperplastik terdeteksi negatif. Pewarnaan lapisan sel basal oleh reaksi lapisan korneum-keratin telah ditemukan terjadi satu perbedaan yang signifikan antara indeks diagnostik khas hiperplasia dan atipikal serta neoplasia intraepitel prostat PIN dari nilai moderat dan parah, dan antara kanker prostat kelenjar. Pola ekspresi stratum corneumkeratin menjadi lebih merata dengan peningkatan atypia dan akhirnya menghilang, sesuai dengan menghilangnya lapisan sel basal dan di dalam kasus karsinoma gbr 2.5, sel basal hiperplasia prostat ditandai oleh ekspresi dari stratum corneumkeratin yang kuat M 903 dan dengan kurangnya pewarnaan PSA atau PAP Helpap B, 1980. Gambar 2.6: Pewarnaan sel basal pada hiperplasia atipikal dengan stratum- corneumkeratin Dikutip dari: httpswww.graminex.com.au Universitas Sumatera Utara 12 Intranuklear estrogen ER dan progesteron PR reseptor tidak ditemukan dalam sel sekretori. Namun, sel-sel basal dalam prostat hiperplastik dapat mengekspresikan reseptor ini. Reseptor seringnya dapat ditemukan dalam sel-sel stroma periglandular Helpap B, 1980. Menurut hasil terbaru reseptor androgen ditemukan dalam sel-sel sekretori, pola imunohistokimia dari bagian-bagian hiperplastik, stroma, dan kelenjar prostat dari hiperplastik tidak berbeda dari yang dari prostat normal. Dalam hiperplasia sel basal, hampir kesemua sel basal mengungkapkan reseptor estrogen dalam inti Svanholni, H., B. Nielsen, 1989. Lapisan tunggal epitel sekresi, terletak di bagian lumen kelenjar, namun, negatif. Dengan memanfaatkan marker proliferasi Ki 67, sel-sel yang aktif berpoliferasi dapat ditunjukkan dalam hiperplasia sel basal Sar, M., D. B. Lubahn, 1990. Sel- sel otot berserat dan halus dalam stroma dapat dicirikan oleh vimentin filamen intermediate dan desmin. Dalam nodul stroma yang mengandung banyak sel yang belum matang, beberapa sel yang berlabel dapat ditunjukkan menggunakan kaedah imunohistokimia Ki 67. Pada sel stroma yang berada di dalam keadaan stasioner, tiada sel terwarnakan oleh Ki antibodi 67. Hal ini berkorelasi dengan baik dengan kinetik-autoradiographical sel dengan 3H-thymidan. Sel stroma aktif secara radioaktif sangat jarang terlihat. Oleh karena itu, indeks sel yang berlabel sangat rendah yakni berada di bawah 0,01. Keadaan ini tidak berubah secara signifikan dalam pembentukan apa yang disebut sebagai mesenkim bintil merah. Dalam kasus hiperplasia sel basal dan khususnya pada hiperplasia postatrophic, indeks sel berlabel meningkat menjadi 1,6 Helpap B, 1991. Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 2.7: Sel atrofi dan postatrofi pada kalenjar hiperplasia yang dilabel secara radioaktif. Dikutip dari: https:www.graminex.com.au

2.2.6 Klasifikasi dan Penamaan Prostat Hiperplasia

Dokumen yang terkait

Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

16 180 62

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

9 79 79

Gambaran Faktor-Faktor Risiko Kanker Laring di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Bulan September-November Tahun 2014

1 43 81

Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012

4 48 49

Gambaran Kejadian Hipertiroid Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik(RSUPHAM) Medan Tahun 2008 Hingga 2012

3 77 75

Karakteristik dan Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011

0 35 76

Prevalensi Konjungtivitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 dan 2010

2 77 53

Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010

5 52 81

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) - Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

0 0 16

Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

0 0 15