Peradilan Niaga Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu

Dengan demikian perlindungan akan Hak Cipta Lagu sangat terlindungi dan diperhatikan baik dari segala lini, baik dalam hal penyidikan serta perkara di peradilan hingga undang-undang yang berlaku, menurut Syarifuddin Hasibuan Ilmuan HAKI disebutkan bahwa perlindungan Hak Cipta Lagu terlindungi dengan peraturan dan pelaksanaan yang baik 79 sedangkan pandangan tokoh HAKI T.Keizerina Devi Azwar bahwa hak moral dan Hak Materil dalam Hak Cipta lagu merupakan mutlak milik pemegang hak. 80

B. Peradilan Tempat Menggugat

1. Peradilan Niaga

Peradilan adalah merupakan lembaga yang dalam suatu pemerintah memilik berbagai jenis latar belakang permasalahan, pada permulaan zaman kemerdekaan republik Indonesia 1945 susunan peradilan sebagai berikut: 1. Peradilan Umum: a. Pengadilan Kewedanaan. b. Pengadilan Kebupaten. c. Pengadilan Negeri. d. Pengadilan Tinggi. e. Mahkamah Agung. 2. Peradilan agama: a. Rapat Agama. 79 Syarifuddin Hasibuan, Wawancara, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU, Medan, Mei 2010. 80 T.Keizerina Devi Azwar, Wawancara, Sekretaris Fakultas Hukum USU Program Magister Kenotariatan, Medan, Mei 2010. b. Mahkamah Agung Tinggi. Peradilan yang berlaku pada saat ini adalah: 1. Peradilan Umum: a. Pengadilan Negeri. b. Pengadilan Tinggi. c. Mahkamah Agung. 2. Peradilan Khusus: a. Pengadilan Agama b. Pengadilan Adat. c. Pengadilan Administrasi Negara atau Pengadilan Tata Usaha Negara. 3. Pengadilan Militer terdiri: a. Pengadilan Tentara. b. Pengadilan Tentara Tinggi. c. Mahkamah Tentara Agung. 81 4. Mahkamah Agung: Adalah merupakan lembaga dalam hal pengajuan kasasi dari peradilan tingkat pertama, dan dilanjutkan ke Pengadilan Tinggi dalam hal banding namun dalam Pengadilan Niaga langsung selanjutnya ke Mahkamah Agung. Dalam Hak Cipta Lagu sering terjadi sengketa hukum dalam penerapanya di tengah-tengah masyarakat, sehingga perlu adanya suatu lembaga yang dapat menyelenggarakan peristiwa hukum Hak Cipta atas lagu terhadap masalah yang timbul dimana pada ahirnya akan memperoleh suatu putusan yang adil. 81 Kansil CST, Kansil Cristine ST, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm.282. Peradilan yang menangani akan sengketa Hak Cipta Lagu adalah seperti disebutkan pada pasal 56 UUHC Nomor 19 tahun 2002: “Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasi perbanyakan ciptaan itu”. Namun peristiwa hukum terhadap Hak Cipta Lagu, tidak tertutup kemungkinan secara koneksitas masuk dalam peradilan yang umum yang berada diluar wilayah peradilan Niaga, dimana hal tersebut termasuk hal yang khusus sehingga dilakukan dengan peradilan: 1. Pengadilan Perdata. 2. Pengadilan Pidana. 3. Pengadilan TUN. 4. Pengadilan Militer. 5. Pengadilan Agama. 6. Pengadilan Adat. Sesuai akan bentuk dan fungsinya dimana peradilan-peradilan tersebut memakai cara yang masing-masing berbeda, sehingga perlu perhatian khusus terhadap sengketa yang timbul, dalam hal ini pula dimana yang bersengketa dapat memilih bentuk peradilan mana yang akan ditempuhnya atau secara koneksitas. Dalam hal ini jenis peristiwa hukum yang muncul secara klasifikasi hukum adalah: 1. Administrasi a. Pembekuan pencabutan SIUP. b. Pembayaran pajak bea masuk yang dilunasi. c. Reeksport barang hasil pelanggaran. 2. Perdata. a. Ganti kerugian terhadap pelanggaran. b. Penghentian pembuatan pelanggaran. c. Penyitaan barang hasil pelanggaran untuk dimusnahkan. 3. Pidana. a. Penyitaan barang. b. Kurungan badan. Bentuk peradilan yang dipilih menentukan kearah mana yang ditempuh oleh pihak yang bermohon dan termohon. Peradilan Niaga adalah suatu Peradilan khusus yang pada saat ini berada didalam pengadilan negeri, menangani bidang Hak Cipta serta perkara lain dibidang perniagaan. Sejarah terbentuknya peradilan niaga untuk pertama kalinya Peradilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. 97 Tahun 1999 dibentuk 4 empat Pengadilan Niaga, yaitu Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga Ujung Pandang Makasar, Pengadilan Niaga Semarang, dan Pengadilan Niaga Surabaya. Khusus wilayah hukum Pengadilan Niaga Medan meliputi wilayah Propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi dan Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Pengadilan Niaga pada awalnya menangani perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perkara perniagaan akan lainnya ditentukan dengan peraturan perundang – undangan. Perkara – perkara tersebut antara lain adalah perkara – perkara dibidang Hak Kekayaan Intelektual HKI. Penyelesaian sengketa Hak cipta lagu melalui Pengadilan Niaga diatur dalam Undang – Undang Hak Cipta Pasal 55, dst.Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa, dalam hal ini Undang – Undang mengatur hal – hal sebagai berikut : 1. Pengadilan Khusus. 2. Penetapan Sementara. 3. Hukum Acara Khusus. 4. Upaya Hukum Kasasi. 5. Ganti Rugi. 2 Pengadilan Khusus Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan Khusus yang berada di dalam lingkungan peradilan umum, perangkat dalam peradilan ini dimana Hakim yang menangani adalah merupakan khusus dan merupakan Hakim ad-hoc. Dengan kekuasan kehakiman yang mandiri dan jujur Sebagai Hakim Niaga yang memeriksa sengketa HAKI khususnya Hak Cipta Lagu harus memahami kasus dan kriteria perlindungannya, yakni : 1. Apakah termasuk objek yang dilindungi. 2. Apakah termasuk kriteria yang dikecualikan dari perlindungan. 3. Apakah memenuhi persyaratan yang dilindungi. 4. Apakah terdaftar di negara tujuan dimana perlindungan diharapkan. Sedangkan penyebab perselisihan dalam sengketa HAKI lazimnya adalah : 1. Ketidak jelasan status kepemilikan. 2. Penggunaan HAKI tanpa seizin pemilik. 3. Tidak dipenuhinya perjanjian lisensi HAKI. Dengan sarana Pengadilan Niaga yang dipandang memahami kriteria sengketa HAKI, diharapkan keadilan benar – benar tercapai dan memuaskan. Idealnya setiap putusan Hakim mengandung 3 tiga unsur, yaitu : 1. Unsur kepastian hukum. 2. Unsur kemanfaatan. 3. Unsur keadilan. Dalam hal ini kekuasaan hakim harus melakukan sesuatu pristiwa hukum yang adil dan penemuan hukum yang sesuai dengan azas keadilan, otonomi kebebasan mencakup hal – hal sebagai berikut : 1. Mendefinisikan undang-undang. 2. Menciptakan dasar hukum. 3. Menciptakan hukum bila terjadi kekosongan hukum. Dalam situasi seperti ini dibenarkan pula melakukan contra legem, apabila ketentuan peraturan perundang – undangan bertentangan dengan kepentingan umum dan mengikuti otonomi yang bebas untuk mengikuti yurisprudensi. 2 Penetapan sementara Sebelum suatu perkara HAKI masuk ke Pengadilan dan didaftarkan maka atas permintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat penetapan sementara untuk upaya perlindungan terhadap pemilik HAKI untuk mencegah kerugian yang lebih besar dalam hal ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak lain terhadap HAKI miliknya, lihat Pasal 67 UUHC 192002 tentang Hak Cipta.Sebagaimana diketahui, sistem HAKI merupakan sistem hukum yang masih sangat muda di Indonesia baik dari sisi regulasi maupun implementasinya. Sistem HAKI berkembang di negara – negara industri maju dan menjadi sistem yang bersifat global dan terharmonisasi. Demikian halnya dengan penetapan sementara merupakan hal baru di Indonesia, sehingga perlu belajar dari praktik – praktik yang sudah matang teruji diberbagai negara maju. Pengadilan di negara – negara maju mengenal beberapa jenis putusan penetapan seperti Anton Pillar Order, Mareeva Injuction dan Interlocutory. Anton Pillar Order : adalah putusan yang memberikan kewenangan kepada Penggugat untuk melakukan inspeksi ke tempat lokasi Tergugat, dimana pelanggaran dilakukan barang – barang hasil pelanggaran disimpan. Mareeva Injuction : adalah putusan yang memberikan kewenangan kepada Penggugat untuk meretensi aset – aset yang diperlukan untuk pemeriksaan perkara. Interlocutory : adalah putusan – putusan sela yang terkait dengan perintah Pengadilan kepada pihak yang berperkara untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan selama proses perkara HAKI dipersengketakan masih berlangsung. Berkaitan dengan gugatan perdata pelanggaran Hak Cipta, atas permintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat penetapan dengan segera dan efektif untuk lihat Pasal 67 UUHC No.192002: 1. Mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta atau hak terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi; 2. Menyiapkan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bakti; 3. Meminta kepada pihak yang merasa dirugikan supaya memberikan bukti yang menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas Hak Cipta atau hak terkait, dan hak pemohon tersebut memang sedang dilanggar. Tentang penetapan sementara disebut dalam Pasal 69 1 dan 2UUHC 192002 yaitu: 1 Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan penetapan sementara pengadilan, hakim Pengadilan Niaga harus memutuskan apakah mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 huruf a dan huruf b dalam waktu paling lama 30 hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara pengadilan tersebut. 2 Apabila dalam jangka waktu 30 hari para hakim tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, penetapan sementara pengadilan tidak mempunyai kekuatan hukum Pasal 69 yat 2 UUHC 192002. Bila penetapan sementara dibatalkan dapat ditinjau pada Pasal 70 UUHC 192002 yaitu: Dalam hal penetapan sementara dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara atas kerugian yang ditimbulkan oleh penetapan sementara tersebut. 2 Hukum Acara Khusus Undang – Undang HKI merupakan ketentuan yang abstrak yang sesungguhnya merupakan “rencana sesuatu tata hukum yang dikehendaki”. Peraturan tersebut menjadi in concreto manakala diterapkan dalam suatu peristiwa hukum tertentu dalam putusan Hakim.Putusan Hakim akan bergantung kepada pembuktian para pihak, yang hukum acaranya diatur dalam hukum acara perdata ditambah beberapa ketentuan khusus yang diatur dalam peraturan HKI tertentu. Di dalam hukum acara perdata dianut prinsip “actori incumbit probatio” siapa yang mengaku mempunyai hak harus dibebani dengan beban pembuktian. Selain itu terdapat azas hukum : equal justice under law, suatu perlakuan yang sama terhadap para pihak yang bermakna siapa yang lemah pembuktiannya harus dikalahkan.Dalam membuktikan dan mendukung dalil gugatannya para pihak mengajukan alat-alat bukti seperti Pasal 164 HIR dan Pasal 284 Rbg yaitu: a. Surat – surat; b. Saksi – saksi; c. Persangkaan; d. Pengakuan; dan e. Sumpah; Dalam hal pembuktian digunakan dengan alat bukti dan serta keputusan yang yuridis dan secara berkeadilan. Hukum acara khusus juga terkristal dalam kekhususan prosedur bagi penyelesaian sengketa dibidang HKI di Pengadilan Niaga yaitu adanya tenggang waktu yang ketat: a. Penyampaian gugatan kepada Ketua Pengadilan. b. Mempelajari berkas gugatan dan menetapkan hari sidangnya. c. Pemanggilan para pihak untuk bersidang. d. Pemeriksaan di persidangan. Dalam hal memasuki putusan harus diucapkan paling lama dalam 90 hari setelah pendaftaran gugatan. Penyampaian putusan kepada para pihak sehingga tidak terkesan memakan waktu lama. Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu Paling lama 60 enam puluh hari setelah gugatan didaftarkan, yang dengan tanggal yang sama dengan pendaftaran untuk melanjutkan perkaranya menurut pasal 59 UUHC 192002, dalam tenggang waktu 90 hari sejak gugatan didaftarkan di Pengadilan Niaga yang bersangkutan, Pengadilan Niaga wajib memutuskan gugatan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 pasal 56 dan pasal 58 UUHC 192002 mengenai tata cara gugatan atas pelanggaran Hak Cipta serta pemeriksaanya diatur dalam pasal 64 UUHC 192002. Dalam hal mengenai tata cara pengajuan gugatan atas pelanggaran Hak Cipta serta pemeriksaanya diatur dalam pasal 60 sampai pasal 64 UUHC 192002, pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita, sesuai pasal 61 UUHC 192002 paling lambat setelah tujuh hari setelah gugatan didaftarkan, putusan paling lama 90 sembilan puluh hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 tiga puluh hari atas persetujuan Mahkamah Agung, putusan harus sudah diucapkan selama 120 seratus dua puluh hari setelah pendaftaran gugatan. dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun akan putusan tersebut diajukan upaya hukum paling lama 14 empat belas hari. Isi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan juru sita kepada para pihak yang bersengketa. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak yang bersengketa terhadap putusan Pengadilan Niaga dapat untuk selanjutnya dilakukan kasasi. 4. Upaya Hukum Kasasi Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditanda tangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. 5. Ganti Rugi Remedies Karya intelektual adalah aset yang mengandung nilai ekonomis. Kepada pemiliknya diberikan hak monopoli eksklusif untuk mengontrol penggunaan karya intelektual yang dilindungi. Pemegang Hak Kekayaan Intelektual akan memperoleh imbalan keuangan atas infestasinya dalam menghasilkan karya intelektual.Tuntutan ganti rugi Hak Kekayaan Intelektual yang dalam Undang – Undang mengatur ganti rugi antara lain :Pasal 56, Undang – Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. merupakan peradilan yang menangani akan perkara Hak Cipta Lagu dimana dalam hal ini pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Pengadilan Niaga sesuai pasal 60 UUHC 192002, selanjutnya Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan gugatan tersebut pada tanggal gugatan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditanda- tangani oleh oleh pejabat berwenang, paling lama dua hari dari hari pendaftaran Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga, lalu Pengadilan Niaga diberikan waktu tiga hari untuk mempelajari gugatan tersebut tersebut dan menetapkan hari sidangnya. Terhadap semua pelanggaran Hak Cipta pelanggaran Hak Moral dan Hak Ekonomi yang diancam hukuman administrasi dan pidana sebagaimana disebut di atas, Pencipta, pemegang Hak Cipta, pemegang hak terkait atau ahli warisnya dapat mengajukan gugatan perdata dalam rangka memulihkan haknya atau menuntut ganti rugi begitu pula terhadap kepabeanan dimana ditangani melalui administrasi dalam hal ekspor-impor melalui Pengadilan Niaga. Pencipta atau ahli warisnya walaupun Hak Cipta telah dialihkan kepada orang lain dapat menggugat pihak-pihak yang tanpa persetujuannya: meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada ciptaan itu mencantumkan nama Pencipta pada ciptaannya, mengganti atau mengubah judul ciptaan, mencantumkan atau mengubah nama samaran, mengubah isi ciptaan Pasal 24, Pasal 55, dan Pasal 58 UUHC 192002. Gugatan dimaksud berdasarkan Pasal 59 UUHC 192002 diajukan ke Pengadilan Niaga Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Pasal 56 ayat 1. Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dan penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan dan pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta Pasal 56 ayat 2. Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan Pengumuman danatau perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. Berdasarkan Pasal 57 UUHC 192002, hak mengajukan gugatan yang dimiliki Pencipta atau pemegang Hak Cipta termasuk pemegang hak terkait, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 UUHC 192002 tidak berlaku terhadap ciptaan yang berada pada pihak yang dengan iktikad baik memperoleh ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluan sendiri, dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersial danatau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial. Jadi, kalau ada orang memfotokopi buku, membuat rekaman lagu memperbanyak dan membacakan isi buku kepada orang lain, membacakan sajak di depan umum, memutar lagu untuk didengar orang banyak, menyanyikan ciptaan lagu di depan umum atau mengumumkan jika hal- hal itu dilakukan semata mata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial hal itu tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta. Hal beracara dalam kasus perdata pelanggaran Hak Cipta selengkapnya diatur pada Pasal 59 sampai dengan Pasal 64 UUHC 192002. Hal-hal khusus yang perlu digaris bawahi dan berbagai ketentuan tersebut, antara lain adalah: 1. Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Pasal 60 ayat 1; 2. Acara pemeriksaan perkara perdata Hak Cipta termasuk kategori acara cepat. Untuk perkara tertentu wajib diputus dalam tenggang waktu 90 hari, terhitung sejak gugatan didaftarkan di pengadilan niaga yang bersangkutan Pasal 59 UUHC 192002, dan yang lainnya wajib diputus paling lama 90 hari setelah gugatan didaftarkan yang dapat diperpanjang paling lama 30 hari Pasal 61 ayat 2. Proses yang cepat ini tetap diterapkan sampai pada tahap kasasi; 3. Terhadap putusan pengadilan niaga menyangkut perkara perdata Hak Cipta dapat diajukan kasasi Pasal 62 ayat 1. Berdasarkan Pasal 65 UUHC 192002, penyelesaian sengketa di bidang Hak Cipta, selain dilakukan melalui Pengadilan Niaga, para pihak berperkara juga dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Yang dimaksud dengan alternatif penyelesaian sengketa penjelasan Pasal 65 UUHC 192002 adalah negosiasi, mediasi, konsiliasi dan cara lain yang dipilih oleh para pihak berperkara sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun walaupun sengketa Hak Cipta sudah diselesaikan melalui pengadilan niaga, arbitrase maupun alternatif penyelesaian sengketa lainnya hal ini tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta lihat Pasal 66 UUHC 192002. 6. Pendaftaran gugatan Tata Cara Pelaksanaan Permohonan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual Haki Di Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan.

I. Pelaksanaan Pendaftaran Gugatan Hak Cipta

1. Penggugat melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, dengan beberapa kelengkapansyarat yang harus dipenuhi : a. Surat Permohonan Gugatan; b. Surat Kuasa dan Kartu Identitas Advokat yang masih berlaku; c. Biaya Panjar Gugatan SKUM yang sudah ditentukan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat; 2. Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan; 3. Kuasa Penggugat yang mengajukan Gugatan membayar biaya setelah Gugatan dapat persetujuan dari Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, dan diberikan tanda terima tertulis yang ditanda tangani oleh PANITERASEKRETARIS Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, dan membayar biaya gugatan SKUM;Ket : Sesuai dengan aturan dalam Undang – Undang RI No. 19 Thn. 2002 Pasal 60 dan Pasal 61 yang mengatur tentang Hak Cipta; 4. Penetapan Majelis Hakim; Oleh Ketua Pengadilan Negeri Medan; 5. Penetapan Panitera Pengganti; Oleh Penitera Sekretaris Pengadilan Negeri Medan; 6. Penetapan Hari dan Tanggal Sidang; Oleh Ketua Majelis Hakim 7. Penunjukan Jurusita Pengganti; Oleh Panitera Muda Perdata Niaga; 8. Pemanggilan para Pihak dilakukan oleh Jurusita Pengganti; 9. Pencatatan dalam buku Regester; 10. Lampiran Contoh : a. Tanda Terima; b. Penetapan Majelis; c. Penetapan Hari dan Tanggal Sidang; d. Bukti biaya SKUM; e. Relaas Panggilan Sidang; f. Relaas Pemberitahuan Isi Putusan;

II. Pelaksanaan Pendaftaran Kasasi Hak Cipta :

1. Pemohon melalui Kuasanya, mendaftar menyatakan Kasasi diterima bilamana tidak melebihi jangka waktu yang sudah ditentukan, paling lama 14 empat belas hari setelah tanggal Putusan diucapkan; UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 62 tentang Hak Cipta. 2. Pemohon membayar biaya Kasasi dengan bukti SKUM yang sudah ditentukan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, dan dibuatkan tanda terima yang ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang; 3. Pemohon Kasasi wajib menyampaikan Memori Kasasi kepada Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, 14 empat belas hari sejak tanggal permohonan Kasasi di daftarkan; UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 63 ayat 1. 4. Jurusita Pengganti yang ditunjuk oleh Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, sebagai petugas wajib mengirimkan Permohonan Kasasi dan Memori Kasasi kepada Termohon Kasasi paling lama 7 tujuh hari setelah Memori Kasasi diterima oleh Panitera; UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 63 ayat 2. 5. Termohon Kasasi dapat mengajukan Kontra Memori Kasasi paling lama 14 empat belas hari setelah tanggal Termohon Kasasi menerima Memori Kasasi; UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 63 ayat 3. 6. Jurusita Pengganti yang ditunjuk oleh Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, sebagai petugas wajib mengirimkan Kontra Memori Kasasi kepada Pemohon Kasasi paling lama 7 tujuh hari setelah Kontra Memori Kasasi diterima oleh Panitera;UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 63 ayat 3. 7. Pengiriman berkas perkara Kasasi kepada Mahkamah Agung RI paling lama 14 empat belas hari, setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada UU RI No. 19 Tahun 2002 Pasal 63 ayat 3 dengan persyaratan dan kelengkapan sebagai berikut : a. Surat pengantar yang ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang; b. Lembar Bukti Setoran; c. Foto copy Slip Setoran Biaya Perkara BRI; 8. Lampiran Contoh : a. Tanda Terima Permohonan dan Memori Kasasi; b. Bukti biaya SKUM; c. Tanda Terima Kontra Memori; d. Relaas Pemberitahuan Permohonan dan Memori Kasasi; e. Relaas Penyampaian Kontra Memori Kasasi; f. Relaas Pemberitahuan Putusan Kasasi; Untuk melihat proses jangka waktu pemeriksaan lihat lampiran tabel 5. Dalam hal Hukum Acara Perdata peraturan hukum yang mengatur bagaimana menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan Hakim. 82 Untuk melihat bagan alur pendaftaran gugatan perkara perdata lihat lampiran tabel 6. Hakim pengadilan negeri dalam kepentinganya untuk pemeriksaan proses persidangan dapat melakukan penahanan paling lama tiga puluh hari, dan dapat melakukan penahanan paling lama tiga puluh hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan selama enam puluh hari. Setelah sembilan puluh hari lamanya penahanan walau perkaranya belum putus terdakwa harus sudah keluar dari tahanan. 83 Untuk 82 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm.94. 83 R.Abdul Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005 hlm.202. melihat proses pendaftaran dan alur perkara Pidana tingkat pertama dan banding lihat lampiran table 7 dan 8. Dalam hal peristiwa hukum Hak Cipta lagu tidak tertutup kemungkinan pula terhadap pihak yang berperkara melalui peradilan Tata Usaha Negara, dimana salah satu pihak merupakan pegawai pemerintah. Dalam hal ini sesuai pasal 89 ayat 1 dinyatakan bahwa;”Tindak Pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka mereka yang termasuk dalam lingkungan peradilan umum dan lingkungan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan dengan peretujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer” 84 .Peradilan yang merupakan tersendiri secara koneksitas bagi pelaku seorang militer ataupun melalui peradilan militer seperti apakah seseorang tersebut sebagai pegawai militer yang melakukan delik terhadap Hak Cipta Lagu. Dalam hal berkaitan dengan hukum Islam bila melalui Hak Cipta Lagu yang diwariskan secara agama, sehingga menimbulkan suatu teritorial bagi peradilan agama.Peradilan yang menyangkut akan peradilan adat, dimana sengketa lagu tersebut menyangkut akan kepemilikan secara adat, seperti lagu yang telah menjadi milik adat. Dalam hal perkara berkaitan dengan Hak Cipta Lagu dimana melalui lembaga peradilan yang ada namun secara teoritis pilihan hukum merupakan klausula yang penting dalam suatu kontrak karena tanpa pilihan hukum, setiap sistem negara tertentu sudah memiliki peraturan guna menetapkan hukum apa yang bahkan diterapkan dengan 84 R. Abdul Djamali, Op Cit, hlm.202. yuridiksi mana yang berwenang menyelesaikan sengketa dalam pelaksanaan suatu kontrak. Disamping itu klausula mana atas penyelesaian sengketa, melalui proses arbitrase atau ADR negosiasi, mediasi, penilaian ahli. 85 Namun dalam hal peradilan yang menyangkut akan bahagian masing-masing namun masih terbuka kemungkinan dilakukanya upaya secara peradilan koneksitas sehingga tercapai akan kebutuhan hukum tersebut, perkara koneksitas yaitu tindak pidana yang duilakukan bersama- bersama antara seorang atau lebih yang hanya dapat diadili oleh Peradilan Umum dan seorang atau lebih hanya dapat diadili di Peradilan Militer. 86

2. Mahkamah Agung