Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Kerangka Teori Dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

B. Perumusan Masalah

Latar belakang penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah: 1. Bagaimana bentuk pelanggaran Hak yang terjadi terhadap Hak Cipta Lagu? 2. Bagaimana bentuk perlindungan bagi pemegang Hak Cipta Lagu? 3. Bagaimana sikap peradilan dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta Lagu secara pidana dan perdata? C.Tujuan Penelitian 1. Untuk memahami bentuk pelanggaran Hak Cipta Lagu. 2. Untuk memahami akan bentuk perlindungan terhadap pemegang Hak Cipta Lagu. 3. Untuk memahami sikap peradilan tentang penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta Lagu secara pidana dan perdata.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan adalah: 1. Secara Teoritis Dengan harapan, penulisan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan bidang Hak Cipta. 2. Secara Praktis Dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pemegang Hak Cipta lagu, pendidikan, masyarakat dan pemerintah.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang prosedur yang biasa dilakukan dilingkungan Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul ”Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu”, belum ada judul yang sama namun ada tesis berjudul”Suatu Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Lagu atau Musik Mengenai Kasus Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik Dalam Bentuk Video Compact Disk” oleh Dwi Astuti yang dalam pokok permasalahanya mengenai: 1. Bagaimana bentuk-bentuk pembajak Hak Cipta Lagu dan Musik? 2. Bagaimana pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan upaya penegakan hukum terhadap pembajak ? 3. Bagaimana peranan Pemerintah dalam upaya menegakkan hukum terhadap pembajak Hak Cipta Lagu atau musik? Perbedaannya, penulisan saya menekankan pada kajian pada putusan-putusan Hak Cipta Lagu .

F. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian. 14 Teori yang dipergunakan adalah teori prioritas 14 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan Ke I, 1994, hlm.80. baku, pendapat Red Bruch, tujuan hukum itu harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai yaitu ”keadilan, kepastian dan kemanfaatan” 15 , perubahan masyarakat harus diikuti dengan perubahan hukum, 16 Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisebel terhadap tindakan sewenang-wenang, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum. 17 Teori kepastian hukum adalah merupakan suatu bentuk dalam penerapan hukum yang berdasarkan atas undang-undang yang berlaku dalam kasus tersebut didalam suatu peradilan, teori kepastian hukum yang dikemukakan oleh Aristoteles “bahwa hukum harus membuat Algemeene Regels Peraturan Ketentuan umum dimana peraturanketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum, kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban masyarakat. 18 Teori-teori Hukum Alam sejak Socrates hingga Francois Geny, dimana tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum, teori hukum alam mengutamakan “the search for justice,” sehingga dalam hal Hakim dalam mengambil suatu keputusan dengan memperhatikan asas kepastian hukum, namun juga tetap memperhatikan akan rasa keadilan sesuai dengan prinsip hukum kita serta kemanfaatanya. Seperti dikemukakan di atas maka ditelaah akan pewadahan hukum 15 Penegakan-hukum Http:www.sribd.comdoc1953532, diakses tanggal 20 Juni 2010. 16 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung Angkasa 1984 ,hlm, 102. 17 Sudikno Merto Kusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar , Penerbit: Liberty, Yogyakarta, Edisi ke-lima, 2003, hlm.160. 18 http:Yahyazein.blogspot.com200807keadilan-dan-kepastian-hukum.html. diakses pada taggal 20 Juni 2010. atas Hak Cipta terutama Hak Cipta yang berkaitan dengan lagu. Dengan adanya undang-undang tentang Hak Cipta UU No. 19 Tahun 2002, maka sebenarnya setiap lagu telah dilindungi oleh hukum Indonesia dari kemungkinan pencurian gagasan secara total menyeluruh dengan perkecualian tertentu, tetapi hukum di Indonesia tidak mengakomodasi atas kemungkinan terjadinya pelanggaran atas etika akademis atau etika keilmuan secara menyeluruh, sebab hanya sebagian saja dari pelanggaran atas etika itu yang dapat dikenakan tindakan hukum. Dalam hal suatu sidang perkara dimana Hakim haruslah bersifat adil dan bijaksana, baik pada awal hingga akhir persidangan, dimana Hakim pada mulanya harus mendamaikan kedua belah pihak dulu secara arif dan keterbukaan sehingga para yang berperkara masih bisa untuk berdamai begitupun dalam jalan persidangan dan ahir persidangan, Hakim harus adil dan tidak berat sebelah pada satu pihak tertentu saja dalam pasal 130 HIR disebutkan bahwa Hakim sebelum memeriksa perkara tersebut, harus berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak, oleh karena perdamaian itu atas kesepakatan bersama sehingga dalam pasal 130 ayat 3 HIR disebutkan, yang bersangkutan ridak diperkenankan untuk mengajukan permohonan banding atau Kasasi. Beberapa asas yang sering ditemukan dalam peradilan, terutama dalam Hukum Acara Perdata dimana Hakim memiliki sifat yang berupa: 1. Hakim bersifat menunggu Dalam Hukum Acara Perdata, yang mengajukan tuntutan hak adalah para pihak yang berkepentingan, sedangkan Hakim bersifat menuggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya iudex no procedad ex officio asas ini disebut dengan asas Hakim bersifat menunggu Pasal118 HIR,142Rbg. Dengan kata lain, inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Bila tidak ada tuntutan hak daripara pihak, maka tidak ada Hakim wo kein klager ist, ist kein ridhter; nemo judex sine actor. Hakim tidak boleh menolak untuk menerima, memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya, walaupun dengan menggunakan alasan tidak ada aturan hukum yang mengaturnya atau terjadi kekosongan hukum, namun Hakim harus menjalankan fungsinya dalam memberikan kepastian hukum Pasal14 ayat 1 Undang-Undang Nomor.14 tahun 1970. Larangan bagi Hakim menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara disebabkan karena dianggap bahwa Hakim tahu hukum ius curia novit, dan bila mana Hakim tidak menemukan akan hukum tertulis, maka ia wajib menggali, mengikuti dan memahami akan nilai-nilai hukum dalam masyarakat pasal 27 Undang-Undang No.14 tahun 1970. 19 2. Hakim bersifat Pasif Lijdelijkeheid van rechter Batas akan ruang pokok perkara dimana tidak ditentukan Hakim, akan tetapi oleh para pihak berperkara dan Hakim dalam hak ini bersifat pasif saja, dan Hakim hanya bersifat membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi atas segala hambatan dan rintangan dengan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan 19 M.Nasir, Op. Cit, hlm.11. Pasal5 Undang-Undang No.15 tahun 1970 dimana Hakim hanya berdasarkan atas perkara yang diajukan oleh para pihak saja secum allegat iudicare. Dalam hal ini dimana Hakim tidak dapat mencegah bila para pihak mencabut gugatanya atau berdamai Pasal 130 HIR, 154 Rbg dan 14 ayat 2 Undang-Undang No.14 tahun1970, disamping Hakim hanya berhak mengadili luas pokok perkara yang diajukan para pihak dan dilarang mengabulkan atau menjatuhkan putusan melebihi dari apa yang dituntut Pasal178 ayat 2,3 HIR, pasal 189 ayat 2 Rbg. Namun dalam perkembangannya Hakim bersifat aktif sedangkan Mahkamah Agung tetap mempertahankan eksistensi ketentuan pasal 178 HIR dan Pasal 189 Rbg. Dalam perkembangan hukum yang akan datang dimana akan tetap memepertahankan Hakim bersifat Pasif Pasal133 ayat 4 RUU Hukum acara Perdata, sehingga dikenal dalam hal ini dikenal dengan asa Verhandlungs-maxime, dimana hanya pristiwa hukum yang disengketakan saja yang harus dibuktikan dan Hakim terikat pada perkara tersebut, Sehingga para pihak yang harus membuktikan, bukan Hakim, maka kebalikan asas ini adalah Universuchung-maxime, yaitu Hakim diwajibkan untuk mengumpulkan bahan pembuktian untuk kepentingan pemeriksaan sengketa. 20 1. Hakim Mengadili Kedua Belah Pihak Horen van beide partijen 2. Hukum acara Perdata adalah merupakan salah satu bagian dari hukum privat yang mengatur kepentingan perseorangan bijzondere belangen konsekuensinya, Hakim harus bersifat adil dimana para pihak diberi kesempatan menyatakan pendapatnya asas ini dikenal dengan audi et alteram 20 M.Nasir, Op. Cit, hlm 12 partem, dan mendengarkan dan pengajuan alat bukti kedua belah pihak dimuka sidang dihadiri kedua belah pihak pihak Pasal 132, 121 ayat 2 HIR,145 ayat 2, 157 Rbg, 47 RV. 21 Hakim Niaga adalah merupakan Hakim yang khusus menangani bidang Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam hal ini adalah mengenai Hak Cipta lagu sehingga dengan kekhususan itu perlu pengetahuan tentang Hak Cipta dalam beracara tersebut. Dalam putusan pengadilan dimana memilik unsur yang harus dipenuhi, sehingga memiliki kekuatan penuh seperti disebutkan pada pasal 195 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum. Dalam pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata menyebutkan, Hakim sebelum mengambil putusan akhir dapat mengambil persiapan atau putusan sela. Putusan persiapan mencangkup putusan-putusan dan surat-surat perintah yang dikeluarkan untuk memberi petunjuk-petunjuk mengenai perkara dan yang bermaksud mempersiapkan keputusan akhir tanpa mempengaruhi pokok perkaranya. Putusan sela mencakup putusan-putusan dan surat-surat perintah yang memberi jalan kepada Hakim sebelum memutus perkara yang bersangkutan dalam memperoleh bukti, memerintahkan suatu penyelidikan ataupun pengarahan yang menentukan dalam pengambilan keputusan. Menurut H.L.A. Hart, hukum merupakan suatu sistem dan sistem hukum dibaginya dalam primary rules dan secondary rules, primary law obligation ini 21 M. Nasir, Op. Cit, hlm14 memuat aspek internal. Menurut H.L.A. Hart dengan sangat simpatik menyebutkan ”hukum harus mengandung aspek internal yang terdiri dari moral dan ketentuan sosial” yang termuat dalam norma-normanya, lalu secondary law memuat aspek keberlakuanya untuk siapa dan oleh siapa aturan itu berlaku atau disebut rule of recognition, rule of change, rule adjudication 22 Mengenai primary rules aturan utama terdapat dua model, model yang pertama adalah primary rules yang didalamnya berisi apa yang disebut aturan sosial social rules yang eksis apabila syarat-syarat sebagai berikut dipenuhi. Pertama adanya suatu keteraturan perilaku didalam beberapa kelompok sosial, suatu hal yang umum dan banyak dijumpai dalam masyarakat untuk tercipta kondisi yang demikian, diperlukan penyesuaian yang menitik beratkan pada perlunya tekanan sosial dengan memusatkan kepada perbuatan mereka yang menyimpang aspek internal. Kedua aturan itu harus dirasakan sebagai suatu kewajiban oleh suatu sebagian besar dalam anggota kelompok sosial yang relevan, dari sudut pandang internal anggota, masyarakat itu merasakan bahwa aturan yang hendaknya dipatuhi itu menyediakan alasan baik untuk menyesuaikan diri aspek eksternal. 23 Dalam teori ini bila dikaitkan dengan kajian putusan peradilan atas Hak Cipta Lagu maka perlu diperhatikan primary rulesnya, kemudian dari prinsip-prinsip dasar tersebut di sesuaikan dalam peraturannorma-norma lalu untuk mengetahui struktur untuk siapa dan oleh siapa hukum ini berlaku masuklah dalam secondary rules yang 22 H.R Otje Salman dan Anton F, Susanto, Teori Hukum, P.T. Refika Aditama, Bandung, 2004, hal.21. 23 Ibid, hal 91. seharusnya.Sehingga”Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu merupakan landasan diatas mana dibangun suatu tertib hukum. 24 Metode yang kedua yang disebut H.L.A. Hart secondary rules, yang dapat disebut tentang aturan rules about rules yang apabila dirinci meliputi : a. Aturan yang menetapkan persisnya aturan mana yang dapat dianggap sah rules of recognition. b. Bagaimana dan oleh siapa dapat diubah rules of change. c. Bagaimana dan oleh siapa dapat dikuatkandipaksakanditegakkan rules of adjudication. 25 Aturan yang dari pandangan diatas dapat dirinci sebagai berikut: a. Kedudukan Hak Cipta Hak Cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide Pencipta dibidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. 26 Hak Cipta adalah Hak Ekslusif bagi Pencipta atau pemerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 27 Hak Cipta itu hanya ada dan dimiliki oleh orang-orang tertentu, yang memang mempunyai bakat kreasi atau kemampuan untuk itu hak ekslusif dan 24 Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hlm.5. 25 H.R Otje Salman dan Anton. F. Susanto, Op cit, hlm. 91. 26 Ibid, hlm. 90. 27 Undang-Undang Hak Cipta, Cemerlang, Jakarta, 2004. dengan demikian menjadi pemilik berikut moralnya. 28 Maka Hak Cipta adalah hak untuk mengkopi. 29 Undang-Undang Hak Cipta juga memberikan perhatian yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan, ternyata dari ketentuan Pasal 15 UUHC 192002 yang menyatakan bahwa untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan pengembangan, sesuatu ciptaan yang dilindungi Hak Cipta dan selama tiga tahun sejak diumumkan belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indo- nesia, pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat mewajibkan pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan danatau perbanyakan ciptaan tersebut di wilayah Indonesia dalam waktu yang ditentukan. Untuk keperluan ini pula pemerintah dapat mewajibkan pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada orang lain, untuk menerjemahkan danatau memperbanyak ciptaan tersebut di wilayah negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan dalam hal pemegang hak yang bersangkutan, tidak melaksanakan sendiri atau akan ketidak sediaan untuk melaksanakan kewajiban sebab ini menerjemahkan atau memperbanyak ciptaannya itu. Dalam hal pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban untuk menerjemahkan atau memperbanyak sendiri atau memberi izin kepada orang lain, untuk itu maka pemerintah dapat melaksanakan sendiri penerjemahan danatau perbanyakan ciptaan tersebut. 30 28 Saidin, Aspek Hukum Hak KekayaanIntelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. 29 Tim Linsey, Dkk, Op Cit, hlm. 6. 30 Undang-Undang Hak Cipta No.19 Tahun 2002. Hak Cipta adalah sistem perlindungan bagi Pencipta, sehingga”manusia mempunyai hak yang sifatnya alamiah atas produk olah pikir manusia, baik materiil maupun immateriil yang berasal dan kerja intelektualnya dan harus diakui kepemilikannya. Jika konsep pemikiran yang demikian ini diterapkan pada Hak Cipta, dapat dikatakan bahwa teori tersebut di atas merupakan landasan yang paling hakiki yang dimiliki seseorang Pencipta yang karena kerja intelektualnya atau karena olah pikirannya menghasilkan ciptaan-ciptaan.” 31 Seorang filsuf terkenal yang mencermati gejala sosial adalah Thomas Aquinas, sebagaimana dikutip oleh W. Friedmann, mendefinisikan hukum sebagai: Ketentuan akal untuk kebaikan umum yang dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat dan menyebar luaskannya. 32 John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, dalam kaitan antara Hak Cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa: Hukum Hak Cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seseorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat 33 Dari pandangan locke disimpulkan bahwa Pencipta adalah pekerja yang perlu di perhatikan royaltinya atas karyanya, Intellectual property dirumuskan sebagai hak 31 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Cetakan II, P T.Alumni, Bandung, 2002, hlm. 27-28. 32 W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum ,Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum susunanII, Cv.Rajawali, Jakarta,1990, hlm.62. 33 Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta-Musik atau Lagu, Cetakan I, Universitas Indonesia UI- Press, Jakarta, 2003, hlm.19. yang bersifat pribadi sehingga timbul gagasan untuk melindunginya. Setiap karya manusia harus dihargai dan mendapat hak sehingga intellectual property rights mendapat basisnya pada hak milik dalam arti umum yakni hak milik sebagai hak asasi, jadi sumbangan pemikiran Locke terletak pada hak pribadi. Hak Cipta adalah mutlak milik si Pencipta karena merupakan hasil karya dan kerja seorang Pencipta yang harus dilindungi dan diperhatikan. Peter Drahos, dalam buku “A Philosophy of Intellectual Property — Locke, Labour and the Intellectual Commons” seperti dikutip oleh Hendra Tanu Atmadja, mengatakan: Sebelum Amerika Serikat meratifikasi Konvensi Bern tahun 1989, mereka tidak mengakui hak moral Pencipta. Dalam perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat menganut prinsip utilitarian, yakni melindungi Hak Cipta sebagai suatu insentif bagi pencipta untuk menciptakan karya-karya ciptanya sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 34 Pasal 27 ayat 2 Pernyataan Umum Hak-Hak Asasi Manusia, menegaskan: “Setiap orang mempunyai hak memperoleh perlindungan atas kepentingan- kepentingan moral dan materiil, yang merupakan hasil ciptaan-ciptaan seseorang Pencipta di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni.” Dalam konteks dunia yang moderen ini, dasar untuk mendukung atau justifikasi perlindungan dan penghargaan terhadap Hak Cipta mungkin tidak cukup lagi berdasarkan teori hukum alam. Pendapat S.M. Stewart berikut ini agaknya cukup 34 Ibid, hlm.21. representatif sebagai alasan atau argumentasi, mengapa Hak Cipta harus dilindungi dan dihargai: 1 Alasan keadilan pengarang adalah Pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya intellectual of spring. Pengarang seperti pekerjaan lain, diberi upah atas usahanya dan royalti yang diterima adalah upah karya intelektualnya. 2 Alasan ekonomi di dunia moderen, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi seperti pekerjaan arsitektur atau mungkin film, karena kreasi, semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik sehingga prosesnya juga seperti publikasi dan distribusi buku atau rekaman juga mahal. Investasi tidak akan ada jika tidak ada harapan ganti rugi atau untung. Lebih jauh doktrin hak memperkaya yang tidak tepat bisa terjadi, jika mereka yang melakukan kontribusi kreatif mulai dan Pencipta sampai pemakai tidak terkonpensansikan. 3 Alasan budaya karya yang dihasilkan oleh Pencipta merupakan asset nasional, oleh karena itu dorongan atau hadiah kreativitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional. 4 Alasan sosial penyebaran karya- karya terhadap sejumlah besar orang membentuk hubungan mata rantai antara kelompok tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia sehingga menciptakan perpaduan sosial, Pencipta dalam hal ini memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para Pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial. 35 b. Sifat Hak Cipta . Hak Cipta adalah sesuatu hak yang muncul sesudah adanya karya yang memiliki bentuk nyata atau berwujud, maka sebuah lagu dengan Peciptanya yang telah habis masa ekonominya tetapi bila telah direkam tidak pernah akan habis, Hak Cipta atas suatu karya lagu sebagai harta kekayaan bisa berkurang atau hilang nilai ekonominya, dasar Hak Cipta The Nature of Copyright yaitu: 1. Hak Cipta adalah hak milik Property Right; 2. Hak Cipta adalah hak yang terbatas waktunya Limited Duration; 3. Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif exclusive right; dan 4. Hak Cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya a multiple right, a bundle of rights in one work. 36 Mengenai sifat-sifat Hak Cipta sebagaimana dikemukakan di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hak Milik Pencipta adalah merupakan pemilik dari ciptaannya, sehingga dalam hal ini hak milik seseorang harus dilindungi dan diperhatikan dalam KUH Perdata, kita akan menemukan bahwa yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap 35 S.M. Stewart, International Copyright and Neighbouring right, Second Editio , Buuterworths Co Publisher Ltd, London.1989, hlm.3-4. 36 Ibid, hlm. 4-5. hak yang dapat dikuasai oleh hak milik Pasal 499 KUH Perdata. Pengertian benda dibatasi pada segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh subjek hukum. Pengertian benda yang demikian merupakan pengertian benda yang luas, sedangkan dalam pengertian sempit benda itu terbatas pada barang -barang yang berwujud atau bertubuh saja. Dalam KUH Perdata, ternyata benda tidak hanya terbatas pada benda- benda yang berwujud atau bertubuh tetapi juga termasuk benda benda yang tidak berwujud, berupa hak-hak atas benda yang berwujud sebagai bagian dan harta kekayaan seseorang. 37 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Usman, mengemukakan sebagian pasal-pasal dan Buku Kedua KUH Perdata, kata zaak memang dapat diartikan sebagai bagian dan harta kekayaan. Dalam pasal- pasal lain, zaak dapat diartikan sebagai barang yang berwujud. Sarjana-sarjana hukum perdata Belanda berpendapat bahwa kata zaak terutama dipakai dalam arti barang yang berwujud selain itu di dalam KUH Perdata terdapat juga istilah zaak yang tidak berarti benda tetapi dipakai dalam arti yang lain lagi. Di sini zaak mempunyai arti perbuatan hukum Pasal 1792 KUH Perdata, kepentingan hukum Pasal 1354 KUH Perdata dan kenyataan hukum 38 . Sesungguhnya perbedaan kebendaan atas kebendaan yang berwujud dan kebendaan yang tidak berwujud dapat dijumpai dalam pasal 503 KUH Perdata. Kebendaan yang berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan 37 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya di Indonesia,Cetakan I , P. T.Alumni, Bandung, 2003, hlm. 81. 38 Ibid, hlm. 82. mata atau diraba dengan tangan sedangan kebendaan yang tidak berwujud atau tidak bertubuh adalah kebendaan yang berupa hak-hak atau tagihan-tagihan. Perbedaan kebendaan berwujud dan tidak berwujud adalah penting bagi penyerahan dan cara menggadaikannya berbeda. Berdasarkan pasal 612 dan pasal 616 KUH Perdata, penyerahan kebendaan yang berwujud yang bergerak dilakukan dengan penyerahan yang nyata dan tangan ke tangan, sedangkan penyerahan kebendaan berwujud yang tidak bergerak dilakukan dengan balik nama dalam register umum sementara itu menurut Pasal 613 KUH Perdata: Untuk penyerahan kebendaan yang tidak berwujud dan piutang atas nama op naam dilakukan dengan cara cessie, penyerahan piutang atas tunjuk atau atas bawah aan toonder dilakukan dengan penyerahan surat itu dari tangan ke tangan dan penyerahan piutang atas pengganti dilakukan dengan endosernen, yang selanjutnya diikuti penyerahan surat itu dan tangan ke tangan. Ditinjau dari cara menggadaikan benda bergerak yang berwujud dan yang tidak berwujud juga berbeda, sehingga dapat diberikan pandangan, seperti menurut Pasal1152 dan Pasal 1153 KUH Perdata: Apabila yang digadaikan itu adalah kebendaan bergerak yang berwujud dan surat piutang atas benda yang digadaikan itu, harus berada di bawah kekuasaan pemegang gadai bisa yang berpiutang atau seorang pihak ketiga. Jika yang digadaikan itu objek kebendaan bergerak tidak bertubuh berupa piutang atas nama, penggadaian dilakukan dengan cara memberitahukan perihal penggadaiannya kepada debitornya. 39 39 Ibid, hlm.83. Konsekuensi logis pada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan: “Segala kebendaan, yang bergerak dan tidak bergerak milik debitor, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitor itu”. 40 Pemahaman makna ekonomis dalam konteks Pasal 499 jo Pasal 1131 KUH Perdata tersebut harus dilihat dan dinilai secara kasuistis, dan dalam hal ini merupakan kewajiban bagi pihak debitor untuk memelihara kebendaan yang dimiliki olehnya dan tidak untuk melakukan suatu tindakan yang tidak diperlukan, yang dapat mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis dan kebendaan yang merupakan harta kekayanan tersebut. Dalam hal debitor melakukan tindakan yang tidak diperlukan yang tidak diwajibkan dan yang ternyata mengakibatkan kerugian pada harta kekayaannya, Pasal 1341 KUH Perdata memberikan hak kepada kreditor untuk menuntut pembatalan tindakan atau perbuatan yang tidak diwajibkan tersebut . Karya intelektual seperti lagu atau musik, buku, sinematografi, dan lain-lain jelas mengandung nilai ekonomis Akan tetapi perlu dipahami bahwa nilai ekonomis benda umumnya dan Hak Cipta khususnya berbeda. Jika benda umumnya memiliki standar nilai ekonomi atau standar harga, Hak Cipta tidak memiliki standar baku nilai ekonomis. Nilai ekonomis Hak Cipta sangat bergantung kepada kualitas ciptaan dan sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap ciptaan tersebut. Sebuah mobil, rumah, atau sebidang tanah dapat ditentukan nilai ekonomisnya berdasarkan standar yang 40 Kartini Muljadi Wijaja, Gunawan, Kebendaan pada Umumnya, Perdana Media, Jakarta, 2003, hlm. 31-32. ada, sedangkan nilai ekonomis sebuah lagu yang baru selesai diciptakan hampir tidak dapat dipastikan nilai ekonomisnya, bisa tinggi, bisa rendah, bahkan bisa tidak ada, yang hanya dapat dilihat setelah ciptaan lagu tersebut diumumkan kepada masyarakat. 2. Batasan Waktunya Hak Cipta sebagai hak milik membawa konsekuensi, bahwa hak Pencipta mendapat proteksi hukum terhadap pemanfaatan Hak Cipta secara tidak sah atau tanpa izin Pencipta yang berkaitan dengan ini. 3. Hak Khusus Hak Cipta adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga pemegang hak dapat mencegah orang lain untuk meniru atau memperbanyak karyanya. Pengertian ini sering ditafsirkan sebagai hak monopoli, padahal tidak demikian sebagai contoh meskipun seorang dikenal sebagai Pencipta spesialis lagu-lagu bertemakan cinta, tapi dia tidak memiliki hak monopoli atas lagu- lagu bertemakan cinta sehingga siapa saja bisa menulis lagu-lagu cinta. Sementara Stewart memberikan ilustrasi yang jika seseorang membuat sebuah kursi dan kursi itu menjadi miliknya, dia dapat menggunakan kursi itu sesuai keinginannya dia dapat menaruh di rumah untuk diduduki atau menjualnya, kalau kursi itu sangat unik dan bagus dia dapat memamerkannya kalau ada orang mencuri kursi itu dia bisa menantut dan si pencuri akan diadili. Akan tetapi orang lain dapat juga membuat kursi dan bersaing dengan pembuat kursi pertama, dia si pembuat kursi pertama tidak memiliki hak monopoli membuat kursi jika pun ada hak monopoli di dalam hak itu maka itu adalah dalam bentuk lain, walaupun Hak Cipta bersifat eksklusif pemegang Hak Cipta tidak mudah mempertahankannya 41 . 4. Gabungan Hak Cipta adalah merupakan kumpulan dari Hak Moral dan Hak Ekonomi yang mana Pencipta tidak boleh disamarkan tapi dalam Hak Ekonomi bisa disamarkan, dalam hal ini Yang berkaitan dengan Hak Moral harus jelas sehingga tidak ada secara samar ataupun ketidak jelasan akan menyangkut Hak moral Pencipta. c. Perlindungan Hak Cipta Pasal36 UUHC No192002 disebutkan: Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar. Dasar perlindungan Hak Cipta adalah sebagai berikut: 1. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli. Karya yang asli dengan kata lain bukan jiplakan karya lagu yang sudah ada. Dengan demikian lagu tersebut yang diciptakan yang berwujud tersebut telah memenuhi ciptaan yang mendapat perlindungan Hak Cipta. 2. Hak Cipta Timbul Dengan Sendirinya otomatis. Hak Cipta terdiri dari melodi, syair, lirik, pencipta dengan syair dan dijual dan didengarkan didaftarkan Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen 41 S.M Stewart, Op. Cit, hlm.4. Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia bukti dalam sengketa bahwa sudah diperdengarkan pada publik memperkuat kepemilikan dilakukan pendaftaran. 3. Suatu Ciptaan Tidak Selalu Perlu Diumumkan Hak Cipta diperoleh Pencipta yang telah merekam di cd atau sebagainya dan disimpanya dan tidak dipasarkanya. 4. Hak Cipta Suatu Ciptaan Merupakan Suatu Hak Yang Diakui Hukum legal right Pembeli kaset bukan pemegang Hak Cipta sehingga tidak berhak untuk penguasaan tujuan komersil. 5. Hak Cipta bukan hak mutlak absolute Ciptaan yang baru bukan merupakan jiplakan dari karya sebelumnya. d. Hak Moral Dan Hak Ekonomi Hak-hak di dalam Hak Cipta itu isinya pertama-tama dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Hak Moral moral rights dan Hak Ekonomi economic rights dan selanjutnya nanti Hak Moral dan Hak Ekonomi masih dibagi lagi menjadi berbagai macam hak. 1. Hak Moral. Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta termasuk pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, antara Pencipta dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau dengan kata lain ada hubungan integral di antara keduanya. Sesuai dengan sifat manunggal Hak Cipta dengan Penciptanya dan segi moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, apalagi Penciptanya, hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dan Pencipta atau ahli warisnya jika Pencipta meninggal dunia, dengan demikian Pencipta atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan, meskipun demikian jika Pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin Penciptanya untuk melaksakan pengerjaannya. 42 Sistem hak moral pada dasarnya bersumber dari kenyataan bahwa karya cipta adalah refleksi kepribadian Pencipta dan Hak Moral, dalam konteks Hak Cipta sangat tidak bisa dipisahkan dari negara Perancis sebab dari sanalah munculnya istilah itu droit moral yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa Kontinental dan berujung masuk ke dalam Konvensi Bern. Menurut pendapat Stewart ”Droit de divulgation atau the right of publication walaupun menonjol dalam hukum Perancis, hal itu tidak termasuk bagian dan hak moral dalam Konvensi Bern, inti dan hak ini Pencipta atau Pengaranglah yang berhak memutuskan apakah dan di manakah karyanya akan dipublikasikan. Droit de paternite atau the right of integrity berkaitan dengan penerbitan sebuah karya yang bisa dibagi menjadi tiga hak yaitu: hak menuntut pencantuman nama Pencipta atau Pengarang pada semua hasil perbanyakan karya untuk selamanya, hak mencegah orang lain menyebut dirinya sebagai Pencipta karya dan hak mencegah penggunaan 42 Rahmadi Usman , Op. Cit, hlm.112-113. atau pencantuman namanya pada sebuah karya orang lain. Droit de respect de l’oeuvre atau the right of integrity adalah Hak Pencipta atau Pengarang mengubah karyanya atau melarang orang lain untuk memodifikasi karyanya, intinya adalah hak Pencipta atau Pengarang mencegah pendistorsian atas karyanya. 2. Hak Ekonomi Hak Ekonomi itu muncul setelah Hak Moral dimana Hak Ekonomi tersebut terdiri dari: 1. Hak Reproduksi. 2. Hak Adaptasi. 3. Hak Distribusi. 4. Hak Memperkenalkan ke masyarakat. 5. Hak Penyiaran tanpa kabel. 6. Hak Penyiaran dengan kabel. Hak yang disebut dengan syncronization rights selain keenam macam hak di atas, kalau sebuah lagu dipakai dalam sebuah karya cinematografi, iklan, dan karya drama misalnya, hak memberi izinya dinamakan dengan syncronization rights. Jika dihubungkan dengan keenam macam hak yang sudah dijelaskan di atas, boleh jadi syncronization rights termasuk bagian dan adaptation rights. 43 Uraian tentang Hak 43 Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, PT.Alumni, Bandung, 2008, hlm70-74. Cipta dalam konteks pembagian Hak Moral dan Hak Ekonomi dapat didiagramkan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4. Mengenai hak yang berkaitan dengan Hak Ekonomi Pencipta terdapat banyak istilah atau terminology, selain enam macam hak yang dikemukakan Stewart, juga dikenal istilah stilah lain, seperti: The printing right the mechanical right the alteration right the translation right the performing right the syncronization right. Berbeda dan pembagian Hak Ekonomi menurut Stewart di atas, dalam UUHC 192002 pada Pasal 2 ayat 1 UUHC 192002, hak ekonomi disebut hak eksklusif dibagi dalam dua bagian besar yaitu hak untuk mengumumkan ciptaan dan hak untuk memperbanyak ciptaan selanjutnya disebut hak mengumumkan dan hak memperbanyak. Untuk mengetahui cakupan dan hak mengumumkan dan hak memperbanyak dapat dilihat pada Pasal1 UUHC N0 192002 yang menjelaskan bahwa pengumuman adalah pembacaan penyiaran pameran penjualan pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain, selanjutnya perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama termasuk mengalih wujudkan secara permanen atau temporer. Dalam pandangan Stewart dimana pembagian antara keduanya yaitu tentang pentingnya hak ekonomi yang 90 dan hak moral yang 10. 44 e. Sistem Hak Cipta Karena adanya perbedaan setiap negara akan penekanan atau prioritas menyangkut untuk apa Hak Cipta dilindungi, dikenalah adanya dua sistem besar Hak Cipta, yakni The Civil Law System droit d’auteur’ system dan The Common Law System. Ada kalanya disebut tiga sistem dengan mengikutkan The Socialist System. f. Definisi Lagu Dan Musik Secara etimologi bahwa lagu dan musik sebenarnya memiliki perbedaan arti, lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada- nada tersebut di samping itu irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu 45 . Menurut Ensikiopedia Indonesia, sebuah lagu terdiri dan beberapa unsur yaitu: melodi, lirik, aransemen, dan notasi. Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada, mempcroleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu kesatuan organik. Lirik adalah syair atau kata-kata yang disuarakan mengiringi melodi, aransemen adalah penataan terhadap melodi selanjutnya notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not angka. 44 S.M Stewart, Op. Cit , hlm.59. 45 Op. Cit, hlm.139. Dalam UUHC No.192002 di penjelasan Pasal12 huruf d terdapat rumusan pengertian lagu atau musik sebagai berikut: Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi, yang dimaksud dengan utuh adalah: 1. lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta. 2. Dan penjelasannya itu dapat diambil suatu kesimpulan. 3. Lagu dan musik dianggap sama pengertiannya. 4. Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks. 5. Lagu atau musik merupakan satu karya cipta yang utuh, ada unsur melodi, lirik, aransemen, dan notasi, bukan merupakan ciptaan yang berdiri sendiri. Pengertian ini tampak ada tiga unsur karya musik, yaitu musik, syair, dan penampilan musik. Musik memiliki unsur yang sangat kompleks, yakni melody, harmony, rhythm, and timbre regardless, words uric, notation. Di samping itu, bahwa musik juga memiliki dimensi yang begitu luas bukan saja untuk dinyanyikan atau ditampilkan melainkan juga disajikan dalam bentuk sheet music dan direkam dalam bentuk kaset dan disk. g. Pengaturan Hak Cipta Lagu Dan Musik Di dalam UUHC No.192002 mengenai pengaturan perlindungan karya musik sebagai ciptaan dapat dilihat Pasal12 ayat 1. Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup: Pertama ada kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dan sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat perlindungan tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun UUHC No.192002. Kedua aransemen musik arrangement of music adalah karya turunan derivative work, yang menurut Konvensi Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri setara dengan karya terjemahan translation. Anehnya dalam UUHC No.192002 diakui bahwa karya terjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri tetapi aransemen musik tidak. Ketiga dalam UUHC No.192002 diakui bahwa pemusik merupakan salah satu unsur dan pelaku yang merupakan pemegang hak terkait, akan tetapi tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut sebagai pelaku itu adalah penata musik arranger atau pemain musik atau keduanya. Kerancuan dalam UUHC dimana sebuah lagu yang sudah selesai diserahkan kepada produser lalu penata musik yang mengaransemennya sehingga menjadi bagian Pencipta, jadi Hak Cipta hanya melindungi bentuk dan asli sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, dan didengar.

2. Kerangka Konsepsi