Pelanggaran Hak Ekonomi. Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu

3. Mengganti atau mengubah judul ciptaan;atau 4. Mengubah isi ciptaan.

2. Pelanggaran Hak Ekonomi.

Hak ekonomi adalah merupakan hak eklusif yang melekat pada Pencipta dan Pihak yang bersifat komersil, adapun pihak yang berkaitan dengan hak ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Pencipta. Dalam komponen terhadap Pencipta lagu, sering muncul pelanggaran akibat dari ketidak pastian peraturan dan ketidak tahuan masyarakat akan ketentuan yang berlaku tentang Hak Cipta lagu tersebut, seperti disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUHC Nomor19 tahun 2002, dimana Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspisarinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi, kesekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 2. Produser. Dalam komponen suatu Hak Cipta ataupun Karya Cipta tidak terlepas pada Produser seperti disebutkan dalam Pasal1 ayat 11 UUHC Nomor 19 tahun 2002, Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya, sehingga banyak hal yang salah dalam melakukan perekaman atau memodifikasi rekaman tanpa melalui prosedur yang berlaku. 3. Yayasan Karya Cipta Indonesia. Dalam melancarkan atas kepentingan Pemegang Hak Cipta dimana Yayasan Karya Cipta Indonesia didukung Departemen Kehakiman, dibawah direktorat Jendral Hak Cipta, Paten, Merek dagang dan KEPRES 34 yang berperan menjembatani kepada masyarakat akan hak yang dimiliki Pemegang Hak Cipta tersebut guna pembagian royaltynya, Pelanggaran secara Hak Moral adalah yang berkaitan dengan hak yang melekat pada diri Pencipta termasuk pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, antara Pencipta dan ciptaannya ada sifat kesatuan di antara keduanya. 4. Ahli Waris Kewajiban yang mutlak dilakukan ahli waris terhadap Hak Cipta Lagu Pencipta dalam hal berkaitan dengan mengumumkan dan penggandaan. Pelanggaran yang menyangkut hak ekonomi yang menyangkut akan hak-hak ekonomi sebuah lagu tersebut, sehingga ada dua hal pelanggaran yaitu: 1. Pelanggaran Hak Memperbanyak. 2. Pelanggaran Hak Mengumumkan. Pelanggaran dalam hal Hak Ekonomi tersebut timbul akan hal-hal yang berkaitan secara ekonomi, dalam hal ini pengaruh yang menjadi dasar persengketaan sengketa tersebut meliputi akan hal: 1. Pelanggaran Hak Memperbanyak a. Pelanggaran Reproduksi atau mengkopi Melakukan penggandaan atas jumlah ciptaan dengan berbagai cara, apakah dengan mencetak atau melalui cara mekanik seperti akan halnya dengan memperbanyak hasil karya tersebut, tanpa hak selain yang memegang hak akan penggandaan tersebut dalam ini adalah sebuah pembajakan. b. Pelanggaran Adaptasi Pelanggaran yang timbul tidak diberikan izin untuk melakukan adaptasi, aransemen atau untuk mengubah bentuk suatu karya dengan pengalih bahasaan, aransemen musik seperti dalam hal merubah kedalam suatu bahasa tertentu dari bentuk aslinya serta merubah aransemen apakah notasi jenis musik atau tempo. c. Pelanggaran Distribusi Pelanggaran yang muncul, akibat tanpa izin untuk menyebarkan atau mendistribusikan akan hasil dari penggandaan tersebut kepada publik begitu juga termasuk melakukan pelanggaran akan menjual dan menyewakan serta bentuk lain dari pengalihan akan perbanyakan suatu karya tersebut. d. Pelanggaran menampilkan kepada publik Pelanggran yang muncul akibat tidak ada izin untuk menampilkan karya tersebut kepada publik, baik penyiaran secara langsung maupun hanya penyiaran. 2. Pelanggaran Hak Mengumumkan Merupakan pelanggaran terhadap pengumuman tanpa izin pemegang hak, disebutkan dalam Pasal1 UUHC Nomor 19 tahun 2002 dimana: Hak Cipta adalah Hak Eklusif bagi Pencipta, atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin, untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasn menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Pelanggran Hak Penyiaran tanpa kabel yaitu Pelanggaran yang muncul dimana tanpa izin unruk melakukan penyiaran tanpa kabel yaitu seperti penyiaran secara radio dan televisi sering muncul akan penyiaran untuk kepentingan komersil dan memiliki izin sebelumnya dari pemilik Hak Cipta tersebut. b. Pelanggaran Hak Penyiaran dengan kabel Pelanggaran yang muncul dalam hal ini tanpa izin menyiarkan suatu hasil karya yakni dengan penyiaran pentransmisian kembali dengan kabel, suatu penyiaran yaitu meneruskan yang sudah ada dan pentransmisian asli dengan sebuah karya. 50 Selain pelanggaran akan hak di atas, ada lagi hak yang disebut dengan syncronization rights. Kalau sebuah lagu dipakai dalam sebuah karya cinematografi, iklan, dan karya drama misalnya, hak memberi izin untuk ini dinamakan dengan syncronization rights. Jika dihubungkan dengan keenam macam sengketa akan hak yang sudah dijelaskan di atas, boleh jadi syncronization rights termasuk bagian dan adaptation rights. Droit de suite adalah hak Pencipta hal ini diatur dalam 14 bis konvensi Berne revisi brussel 1948, yang kemudian ditambah lagi dengan pasal 14ter hasil revisi Stockholm 50 Otto Hasibuan, Op. Cit. hlm.74. 1967, ketentuan droit de suite sesui dari world Intellectual Property organizations WIPO tercantum dalam buku guide to the Berne Convention merupakan hak tambahan bersifat kebendaan. 3. Pelanggaran Hak Pinjam Masyarakat public lending right Pelanggaran Hak Pinjam Masyarakat yaitu hak yang dimiliki pemegang hak tersebut tidak diberikan kompensasi atas dipinjamnya oleh masyarakat sehingga menimbulkan pristiwa hukum dalam hal ini, hak karya Pencipta yang tersimpan di perpustakaan berhak atas pembayaran dari pihak tertentu karena karyanya dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan pemerintah di Inggris diatur dalam Public Lending Right Act 1979 ditambah peraturan lainya “the Public Lending Right Scheme 1982, menurut ketentuan tersebut mendapat perlindungan hak pinjam masyarakat dan terbatas pembayaran hak terbatas warga negara Inggris saja dan ditentukan bahwa pemerintah harus membayar setiap peminjaman masyarakat. 51 Diharapkan kedepan Hak Kualitas atas Hak Cipta Lagu dalam hal ini yang menjadi pokok permasalah, akan memproduksi ulang dengan kualitas yang baik bila tidak akan menimbulkan penurunan kualitas lagu tersebut, serta fasilitas pertunjukan karena pertunjukan yang buruk akan mengakibatkan penurunan akan kualitas lagu yang akan di pasarkan adapun pihak yang berkecimpung dalam pertunjukan mempunyai hak: 51 Muhamad Djumhana, R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm.72 a. Mengawasi penampilan yang digelar. b. Mengawasi badan penyiaran yang menyiarkan penampilan yang digelar. c. Mengawasi reproduksi penampilan-penampilan yang berikutnya. d. Mengawasi penyiaran rekaman pagelaran kepada umum. Pihak yang berkecimpung dalam usaha rekaman atau poroduser rekaman berhak: a. Merekam ulang reproduction Right. b. Mempertunjukkan rekamana kepada umum the public performance right. c. Menyiarkan rekaman broadcasting right. Badan penyiaran mempunyai hak: a. Menyiarkan dan mereproduksi suatu ciptaan. b. Merekam suatu ciptaan recording right. c. Menampilkan kepada umum public performance right. 52 UUHC 192002 Pasal 2 ayat 1, disimpulkan bahwa Hak Ekonomi disebut hak eksklusif dibagi dalam dua bagian besar yaitu hak untuk mengumumkan ciptaan dan hak untuk memperbanyak ciptaan selanjutnya disebut hak mengumumkan dan hak memperbanyak. Untuk mengetahui cakupan dan hak mengumumkan dan hak memperbanyak dapat dilihat pada Pasal1 ayat 1 UUHC 192002, yang menjelaskan bahwa pengumuman adalah pembacaan penyiaran pameran penjualan pengedaran atau penyebaran 52 Ibid, hlm.76. suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Selanjutnya perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanen atau temporer. Secara etimologi bahwa lagu dan musik sebenarnya memiliki perbedaan arti, lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut, di samping itu irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu. 53 Berbagai pemikiran yang berkembang tentang perlunya penghormatan terhadap hak milik, telah mendorong para Pencipta di berbagai bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan menuntut perlindungan atas haknya dan upaya peniruan atau penggandaan oleh orang lain. Di dalam UUHC 192002 Pasal 12 ayat 1 sd 3 disebutkan: Dalam Undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra serta dilindungi sebagai ciptaan tersendiri tanpa mengurangi Hak Cipta akan ciptaan asli, juga termasuk semua ciptaan yang belum diumumkan tapi sudah memilik bentuk kesatuan yang memungkinkan akan memperbanyak terhadap hasil karya itu dan dapat dijelaskan yaitu: 53 Rahmadi Usman, Op. Cit, hlm.139. Pertama ada kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dan sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat perlindungan tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun UUHC 192002. Kedua aransemen musik arrangement of music adalah karya turunan derivative work yang menurut Konvensi Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri, setara dengan karya terjemahan translation. Anehnya dalam UUHC No.192002 diakui bahwa karya terjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri, tetapi aransemen musik tidak. Ketiga dalam UUHC No.192002 diakui bahwa pemusik merupakan salah satu unsur dan pelaku yang merupakan pemegang hak terkait akan tetapi tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut sebagai pelaku itu adalah penata musik arranger atau pemain musik atau keduanya. Kerancuan dalam UUHC No.192002 di mana sebuah lagu yang sudah selesai diserahkan kepada produser lalu penata musik yang mengaransemenya sehingga menjadi bagian Pencipta jadi Hak Cipta hanya melindungi bentuk dan asli sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Masalah pelanggaranpun biasa muncul selain dari Hak Moral dan Hak Ekonomi diatas adapun yang bisa menimbulkan masalah, disebutkan dalam Pasal 50 angka 1 dan 2 UUHCNo192002 adalah: 1. Jangka waktu perlindungan: a Pelaku, berlaku selama 50 tahun sejak karya tersebut pertama kali dipertunjukan atau dimasukkan kedalam media audio atau media audio visual sehingga masalah yang sering timbul adalah dimana sebelum berahir masa perlindungan terjadi pembajakan terhadap karya cipta tersebut. b Produser Rekaman suara, berlaku selama 50 tahun sejak karya tersebut selesai direkam hal ini juga sering menjadi masalah dimana terjadi pengalihan kepemilikan terhadap hak produser rekaman oleh orang lain belum masa perlindungan berakhir c Lembaga. penyiaran berlaku selama 20 tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan sengketa yang sering muncul dimana sebelum berahir hak masa penyiaran dikuasai oleh orang yang bukan pemilik hak tersebut. 2. Perhitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dimulai sejak 1 Januari tahun berikutnya setelah: a Karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audio visual. b Karya rekaman suara selesai direkam. c Karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali. Perlu ditegaskan bahwa selain yang secara khusus diatur menyangkut hak-hak terkait, umumnya hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan Hak Cipta berlaku juga bagi perlindungan hak terkait sesuai Pasal 51 UUHC 192002.Selain persengketaan seperti tersebut diatas ada pula hal yang biasa menimbulkan persengketaan terhadap Hak Cipta Lagu dimana hal ini terkadang diluar dari pengetahuan bahkan luput dari sepengetahuan yang mengumumkan kepada masyarakat. Sering timbul masalah dalam dunia musik atau lagu dimana seseorang yang merasa memiliki suatu karya cipta lagu padahal sebelumnya sudah ada yang telah mengumumkanya terlebih dahulu kepada masyarakat, dimana dalam hal ini sering timbul kekeliruan antar pemilik Hak Cipta Lagu seperti contoh seorang Pencipta melantunkan ciptaanya kepada masyarakat, walaupun terkadang belum didaftarkanya hal ini sudah merupakan suatu syarat atas bukti kepemilikan seseorang, pada intinya siapa yang mengumumkan pertama sekali kepada masyarakat maka itulah pemilik yang berhak atas suatu karya cipta lagu tersebut. Pergolakan yang sering muncul dimana sebuah karya cipta lagu diakui oleh pendaftarnya atas hak milik ciptaanya, padahal karya cipta tersebut adalah sebuah lagu yang telah dikenal dan telah popular ditengah masyarakat serta menjadi suatu lagu khas suatu daerah sesuai geografisnya, hal ini disebut sebagai hasil budaya rakyat atau foklor seperti lagu-lagu daerah seperti disebutkan pada pasal 10 UUHC No19 tahun 2002 disebutkan bahwa: 1. Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan pra sejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainya. 2. Negara memegang Hak Cipta atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainya. 3. Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut pada ayat 2 orang yang bukan warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur dengan peraturan pemerintah. Satu sisi yang menimbulkan suatu celah bagi kepemilikan Hak Cipta Lagu dimana sebuah lagu tanpa Pencipta yang telah dikenal masyarakat sering dijadikan seseorang untuk didaftarkanya sebagai pemilik hak atas karya cipta tersebut, dimana dalam hal ini sebuah lagu tanpa pencipta yang telah dikenal dimasyarakat adalah merupakan lagu dengan istilah “NN”atau No Name, atau tanpa Pencipta dimana dalam hal ini yang berhak atas karya tersebut adalah negara sebagai pemiliknya. Seperti disebutkan pada pasal 11 UUHC No19 tahun 2002 disebutkan: 1. Jika suatu ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan, negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. 2. Jika suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. 3. Jika suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya dan atau Penerbitnya, negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. Ketentuan Pencipta atas suatu lagu pun sering timbul masalah terhadap suatu karya cipta lagu yang diciptakan oleh dua orang dimana sering timbul perseteruan akan siapa pemilik atas karya cipta tersebut disini disebutkan bahwa Pencipta tersebut adalah siapa yang memimpin dan mengawasi terhadap penyelesaian ciptaan tersebut seperti dalam ketentuan pasal 6 UUHC No19 tahun 2002 yaitu: “Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu atau dalam hal tidak ada orang tersebut yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian ciptaanya itu”. Hak Cipta Lagu pun sama seperti hak milik yang mana dapat diwariskan sehingga karya cipta tersebut merupakan suatu hak yang kuat dan dijamin akan kepemilikanya seperti disebutkan pada pasal 4 UUHC No19 tahun 2002 yaitu: 1. Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta yang setelah Penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli warisnya, atau milik penerima wasiat dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita kecuali hak itu diperoleh secara melawan hukum. 2. Hak Cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. Dalam hal suatu ciptaan tersebut yang berkaitan dengan sarana produksi yang dengan kapasitas teknologi tinggi, dimana dalam hal ini wajib untuk memenuhi segala peraturan-peraturan tentang syarat akan produksi tersebut dari pihak yang berwenang seperti akan hal disebutkan pasal 28 UUHC No.19 tahun 2002 bahwa: 1. Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi khususnya di bidang cakram optic optical disk, wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi cakram optic sebagaimana diatur pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sisi lain yang bisa menimbulkan pelanggaran dalam bidang Hak Cipta Lagu dimana dalam hal ini disebutkan bahwa, pelanggaran tersebut disebabkan akan masalah pengiriman ekspor-impor atau dalam hal ini disebutkan sebagai pelanggaran terhadap kepabeanan. Dalam hal yang menimbulkan pelanggaran terhadap Hak Cipta Lagu diantaranya juga seperti yang tersebut pada pasal 3 ayat 2 UUHC No19 tahun 2002:” Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena: 1. Pewarisan. 2. Hibah. 3. Wasiat. 4. Perjanjian tertulis; atau 5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Disini sering terjadi pristiwa hukum terhadap pelanggaran akan pewarisan yang dalam pembagian yang tidak sesuai dengan keinginan bersama, atau dalam hal ini ada yang tidak mendapatkan akan haknya, begitu pula terhadap hibah dalam hal ini hibah terkadang tidak sesuai dengan pembagian hak keluarga dimana hibah ini atas kemauan pribadi terhadap siapa yang disukainya untuk diberikan hibah, adapun sering menjadi sengketa si pemilik memberikan hibahnya terhadap orang yang bukan dalam hubungan keturunan langsung atau terhadap yang bukan dalam posisi derajat pertama dalam pembagian waris perdata. Pemberian porsi hibah juga menimbulkan peristiwa hukum, dimana penghibahan tersebut diberikan seluruhnya kepada penerima hibah, sehingga menimbulkan ketidak adilan bagi pihak-pihak yang seharusnya mendapatkan akan haknya tersebut. Wasiat dalam hal pembagian sering timbul akibat tidak sesuai dengan porsi-porsi yang seharusnya didapatkan oleh mereka yang berhak, wasiat pun bisa dibuat oleh si pemberi wasiat atas seluruh yang akan diwasiatkanya sehingga disinilah menimbulkan permasalahan . Namun akan halnya Hak Cipta Lagu yang dikuasai oleh lain pihak tapi tidak menimbulkan pelanggaran misalnya lagu atau Hak Cipta tersebut dijadikan untuk pendidikan, sehingga pemilik Hak Cipta tersebut tidak bisa untuk mempermasalahkanya seperti pada pasal 15 huruf a UUHC No.19 tahun 2002 disebutkan: Pengguna ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. Begitu pula halnya pengambil-alihan Hak Cipta oleh Negara bila dianggap perlu sesuai pidato Ali Said memberikan keterangan Pemerintah didepan sidang Paripurna DPR dalam pembahasan RUU Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002 seperti: 1. Hak Cipta atas suatu lagu yang dijadikan lagu kebangsaan. 2. Hak Cipta atas lambang yang dijadikan lambang Negara. 3. Hak Cipta atas rumusan Pancasila yang dijadikan dasar Negara. 54 Menurut JCT Simorangkir istilah dapat dijadikan milik Negara yang dipakai oleh undang-undang Hak Cipta nomor 19 tahun 2002 bahwa atas peralihan kepada Negara hanya suatu kemungkinan saja dan bukan suatu kekhususan tapi ada syaratnya yaitu: 1. Demi kepentingan Negara. 2. Dengan sepengetahuan pemegangnya. 3. Dengan keputusan Presiden. 4. Atas dasar pertimbangan Dewan Hak Cipta.Kepada pemegang Hak Cipta diberi imbalan penghargaan yang ditetapkan oleh presiden. 55 Ada tiga hal yang melakukan pelanggaran Hak Ekonomi yaitu: 1. Pirate yaitu melakukan pembajakan dengan mengumpulkan lagu-lagu Hits dalam satu album kaset. 2. Counfeit yaitu melakukan pembajakan dengan memperbanyak dengan meniru persis album keseluruhan. 3. Bootleging yaitu melakukan pembajakan dengan merekam pada saat pertunjukan langsung live show. 56 Dalam hal Hak Ekonomi didalam penerapanya secara Perdata sehingga para pelaku pelanggarannya hanya dikenakan sangsi denda ataupun penghentian atas peredaranya. 54 Ajip Rosyidi, ibid , hlm.24. 55 JCT Simoramgkir, Op. Cit, hlm. 24. 56 Otto Hasibuan. Op. Cit, hlm237-238.

3. Perkara Perdata