Bukti-Bukti Kajian Atas Putusan-Putusan Peradilan Dalam Sengketa Hak Cipta Lagu

gugatan kepada PN. Ketentuan ini, sejalan dengan yang digariskan pada Pasal 1231HIR yang mengatakan tentang kuasa dan surat kuasa khusus dalam tindakan di pengadilan, dalam hal ini mendampingi pemegang hak dalam upaya hukum tersebut perlu adanya bukti atau izin beracara seorang kuasa hukum tersebut sesuai wilayah dan wewenang kerjanya.

2. Bukti-Bukti

Dalam hal melakukan gugatan perlu adanya bukti-bukti yang otentik dalam hal mendukung pembuktian dalam persidangan, seperti : a. Pengumuman Hak menggugat dalam perlindungan secara hukum mengenai Hak Cipta Lagu perlu akan bukti-bukti yang otentik, sehingga pemegang hak tersebut dapat terlindungi dari kejahatan yang menimpanya.Perlindungan yang menjadi bukti dasar terhadap lagu perlu adanya bukti berupa pengumuman, sehingga masyarakat telah mengetahui dan menyaksikan akan keberadaan lagu tersebut dan Pencipta ada haknya untuk menggugat. Pengumuman adalah merupakan bukti awal dalam langkah-langkah berikutnya untuk menyatakan kepemilikan, bukti berupa Hak menggugat adalah merupakan hak dari pemegang hak terlindungi secara hukum, dalam hal ini lagu tersebut sudah menjadi bentuk yang utuh sebuah lagu dari mulai Pencipta, judul, lirik, musik. Bukti pengumuman yang disebutkan berupa lagu yang telah dituangkan dalam bentuk kaset sehingga secara otomatis telah melengkapi sebagai sebuah karya cipta yang berwujud atau disebut dengan perlindungan secara otomatis otomatical protection, sehingga telah memiliki perlindungan Hak Cipta walau tanpa didasari oleh pendaftaran. Pembuktian akan pemegang hak tersebut dengan adanya bukti pengumuman dan adanya bukti pendaftaran, sehingga hak nya secara yuridis telah sah menjadi miliknya sesuai pasal 42 dan 44 UUHC No.192002, Hak Cipta adalah merupakan Hak atas kepemilikan pemegang Hak Cipta tersebut dimana dalam hukum diatur akan perlindungan terhadap kepemilikan seseorang, sehingga tidak terjadinya penyalahgunaan atas kepemilikan orang lain, pada Pasal 58 UUHC No192002 tentang pencantuman Pencipta disebutkan: Pencipta atau ahli waris suatu Ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. Dalam Negara yang melindungi atas segala kepentingan rakyatnya terutama dalam hal Pemegang Hak Cipta dimana tercetus dalam butir-butir Pancasila Sila ke empat dan ke lima dimana disebutkan, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Serta Sila kelima, ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari keterangan diatas dimana pemegang Hak Cipta dalam Negara ini sangat dilindungi dan diperhatian akan kepemilikanya begitu juga dalam perlindungan dalam perkembangan keberadaanya, sehingga dalam sejarah atas Hak dari pemegang Hak Cipta muncul perlindungannya sejak penemuan mesin cetak moveable type oleh Gutenberg pada tahun 1455 berkaitan dengan karya tulis lalu yang melindungi hak Pencipta lahir pada tahum 1709 statute of Anne, di Inggris di Inggris perlindungan karya musik tahun 1883 dan undang-undang Inggris terlahir tahun 1953 dan ciptaan yang dilindungi yaitu: 1. Literary, dramatic and musical work, to which are often assimilated; Kesustraan, drama dan musik yang sering berasimilasi 2. Artistic work, and in a special section;Seni dalam bagian khusus 3. Sound recording, cinematograph film and broadcast Rekaman suara, sinema film dan Radio.demikian Edward ploman and L.Clark Hamilton 66 Dalam hal perlindungan terhadap pemegang Hak Cipta Lagu adanya hak menggugat dengan prinsip adanya upaya melakukan pengumuman, berbagai negara didunia dalam perlindungan terhadap hak mengggugat memberikan gambaran yaitu: 1. Sistem Hukum Sipil Negara yang tergolong dalam Eropa Kontinental yaitu: Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda dan di bidang Hak Cipta pada umumnya negara penganut sistem hukum sipil mempunyai tradisi yang sama memberikan perlindungan hukum Hak Cipta kepada Pencipta, bukan kepada ciptaan yang merupakan produk Pencipta. Teori filosofis yang memberikan perlindungan hukum Hak Cipta kepada Pencipta adalah sejalan dengan ajaran-ajaran atau falsafah John Locke dan George Hegel yang sangat mengutamakan pemberian hak-hak kepemilikan kepada individu. Pada sistem hukum sipil, khusus mengenai Hak Cipta sangat dipengaruhi oleh budaya hukum Perancis, sampai sangat populer dengan sebutan “The ‘droit d’auteur’ or civil law system”. Di berbagai negara Eropa, peraturan yang melindungi karya sastra dan seni tidak dinamakan undang-undang Hak Cipta, tetapi undang-undang hak Pencipta — droit d’ auteur di Perancis, Urheberrecht di Jerman, diritto d’ autore di Italia. 67 66 Otto Hasibuan, Op. Cit, hlm.2. Sebagaimana diuraikan di bagian terdahulu Negara-negara pendiri Bern Union yang kemudian menggagasi the Bern Convention, untuk perlindungan ciptaan-ciptaan sastra literary dan seni Artistic yang ditandatangani pada 9 September 1886 pada umumnya adalah negara-negara penganut sistem hukum sipil. 2. Sistem Common Law Dalam sistem hukum di dunia diantaranya penganut The Common Law System, selain Inggris adalah Amerika Serikat dan beberapa negara di Amerika Latin. Dalam pandangan tersebut perlindungan Hak Cipta bukan untuk memperkaya Pencipta, melainkan memberikan perlindungan terhadap ciptaan-ciptaan Pencipta dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan dan seni. Menolak Hak Moral pada pertimbangan kegunaan untuk penyeimbang sehingga produsen karya berHak Cipta dengan kepentingan konsumen karya berHak Cipta tanpa memperhitungkan kepentingan Pencipta, kemudian pandangan negara-negara penganut Common Law System itu tercermin dalam Konvensi Hak Cipta Universal 6 September 1955 yang dalam Pasal 1 Konvensi yang dalam terjemahan bebas disebutkan bahwa: “Setiap negara peserta akan melaksanakan perlindungan memadai adequate dan efektif effective hak-hak Pencipta dan hak-hak pemilik Hak Cipta proprietors di bidang sastra, ilmu pengetahuaan, dan seni, termasuk tulisan-tulisan, musik, drama, dan ciptaan-ciptaan sinematografi, dan lukisan-lukisan, seni ukir, dan seni pahat.”Dalam hal lain juga disebutkan tentang perlindungan terhadap ciptaan, seperti pada ketentuan 67 Paul Goldstein, Hak Cipta: Dahulu, Kini Dan Esok, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1997, hlm.183. Undang-undang Hak Cipta Amerika Serikat menunjukkan bahwa perlindungan yang diberikan adalah pada ciptaan. 68 3. Sistem Sosialis Pada negara-negara sosialis bukan berarti kepentingan khusus para Pencipta tidak dilindungi atau dihargai, tetapi prinsip perlindungan itu didasarkan pada konsepsi harmonisasi antara kepentingan umum dan kepentingan khusus Pencipta. 69 Sistem hukum yang tersebut diatas, dalam penerapan akan pengumuman dan ketentuan dalam perlindungan Hak Cipta sekarang menganut akan ke tiganya mengenai kepentingan Pencipta dan masyarakat, sehingga melengkapi dari masing-masing sistem tersebut. Sehingga dalam hal perlindungan terhadap pengumuman yang dilakukan oleh Pencipta terlindungi sehingga adanya hak untuk melakukan gugatan.Bila berada diluar negeri, Hak menggugat berlaku sesuai system dimana Hak Cipta Lagu tersebut berada. Secara etimologi bahwa lagu dan musik sebenarnya memiliki perbedaan arti, lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut di samping itu irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu. 70 b. Pendaftaran Hak menggugat dapat dilakukan terhadap Lagu yang telah beredar dimasyarakat karena sangat rentan akan ancaman pelanggaran yang dilakukan oleh para plagiat, terlebih lagi lagu tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga perlu adanya bukti-bukti kepemilikan yang secara otentik berupa bentuk pendaftaran. Pendaftaran 68 Otto Hasibuan, Op. Cit, hlm. 80-81. 69 Ibit, hlm. 82. 70 ibit, hlm.139. yang dilakukan merupakan hal yang terlindungi yang dilaksanakan oleh Direktur Jendral penyelenggara pendaftaran. Pembuktian yang dilakukan dalam peradilan adalah mengumpulkan bukti-bukti secara otentik, pendaftaran adalah merupakan bukti yang dapat menguatkan dimana adanya lembaga penjamin akan sahnya keberadaan lagu yang diciptakan tersebut, disebutkan dalam pasal 35 sd 36 UUHCNo.192002 tentang tata cara pendaftaran. Terhadap pembuktian akan pengumuman dan Pendaftaran yang perlu diperhatikan pula adalah: a Jangka Waktu Hak menggugat mengenai jangka waktu terhadap pemilik Hak Cipta Lagu tersebut dalam pasal 1 sampai dengan 11 UUHC Nomor 19 tahun 2002 Tentang Pencipta atau ahli warisnya, berhak menuntut pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaanya dan berlaku tanpa batas sesuai pasal 33 ayat 1 UUHC No. 19 tahun 2002 disebutkan: “Pasal 24 ayat 1 berlaku tanpa batas waktu”. Terhadap perlindungan pendaftaran Hak Cipta Lagu adalah undang-undang nomor 12 tahun 1997 konsolidasi. Terhadap perlindungan waktu Hak Cipta tersebut dalam pasal 34 UUHC Nomor 19 tahun 2002 yakni: 1. Selama 50 tahun; 2. Selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah Pencipta meninggal dunia, dan bila beberapa orang maka dihitung yang hidup terahir dimulai sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau setelah Pencipta meninggal dunia. Disebutkan dalam pasal 32 1 UUHCNo.192002: Jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas ciptaan yang diumumkan bagian demi bagian dihitung mulai tanggal pengumuman bagian yang terakhir. b Tempat Hak menggugat terhadap perlindungan tempat Hak Cipta Lagu adalah, dimana diumumkan di Indonesia dan didaftarkan haknya, maka dinegara tersebutlah berlaku peristiwa hukumnya dan berlaku di Negara yang menghormati Hak Cipta. Hak asing dapat dilidungi di Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Diumumkan untuk pertama kali di Indonesia. 2. Negara pemegang Hak Cipta asing yang bersangkutan, mengadakan perjanjian bilateral mengenai perlindugan Hak Cipta dengan Negara Republik Indonesia 3. Negara dari pemegang Hak Cipta asing yang bersangkutan, ikut serta dalam perjanjian multilateral yang sama di bidang Hak Cipta yang diikuti pula oleh Negara Republik Indonesia. 71 Menurut Catur Iriantoro Hakim Niaga PN.Medan “Dalam hal melakukan gugatan HAKI perlu adanya Legal Standing.” 72 Indonesia dalam melakukan kerja sama dan mengikatkan diri dengan dunia internasional, baik secara bilateral maupun multilateral dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual seperti: 71 Rachmadi Usman, loc. Cit, hlm.64 72 Catur Iriantoro, Hakim Niaga Medan,Wawancara, Pengadilan Negeri Medan Juli 2010. a. Perjanjian bilateral sebagaimana tertuang dalam : 1 Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1988, tentang Pengesahan Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Masyarakat Eropa tentang Perlindungan Hak Cipta atas Rekaman Suara. 2 Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1989, tentang Pengesahan Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat tentang Perlindungan Hak Cipta. 3 Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1988, tentang Pengesahan Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Perlindungan dan Pelaksanaan Hak Cipta. 4 Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1988, tentang Pengesahan Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Inggris dan Irlandia Utara tentang Perlindungan Hak Cipta. b. Perjanjian multilateral sebagaimana tertuang dalam: 1 Keputusan Presiden Nomor 24Tahun 1979, tentang Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial Property and Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor I S Tahun 1997. 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997, tentang Pengesahan Patent Cooperation Treaty PCT and Regulation under the PCT 3 Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997, tentang Pengesahan Trade Mark Law Treaty. 4 Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pengesahan Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works. 5 Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997, tentang Pengesahan WIPO. Dalam hal lain perlindungan Hak Cipta dalam menggugat adalah sebagai berikut: 1. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli. Sebuah lagu yang benjudul diciptakan oleh Pencipta dan lagu itu berbicara tentang kerinduan seorang anak kepada ayahnya yang sudah meninggal dunia. Lagu tersebut sudah direkam sehingga ada wujud yang nyata berupa melodi, lirik, aransemen, bahkan notasi lagu yang dapat didengar, dilihat, atau dibaca, sampai di sini terpenuhilah syarat ide yang telah berwujud. Bagaimana dengan keaslian lagu itu perihal kerinduan seorang anak kepada ayahnya sudah hal biasa atau umum di masyarakat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kerinduan semacam ini bisa banyak ditemui dalam sajak, cerita, drama, lagu, dan lain- lain. Oleh karena itu, dan sudut ide maupun substansi lagu tersebut bukanlah hal baru dan orisinal asli. Akan tetapi ungkapan kerinduan seorang anak kepada ayahnya yang diwujudkan dalam syair lagu yang khas dengan iringan melodi yang mendayu-dayu lagu tersebut merupakan karya yang asli dengan kata lain bukan jiplakan karya lagu yang sudah ada. Dengan demikian lagu tersebut yang diciptakan tersebut telah memenuhi ciptaan yang mendapat perlindungan Hak Cipta. Dan uraian tersebut dapatlah ditegaskan bahwa adanya suatu bentuk yang nyata dan berwujud expression dan sesuatu yang berwujud itu adalah asli original, atau bukan hasil plagiat merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menikmati perlindungan hukum Hak Cipta dan menggugat. 2. Hak Cipta Timbul Dengan Sendirinya otomatis Hak Cipta ini muncul saat penciptanya mewujudkanya secara berwujud berupa lagu terdiri dari melodi, syair, lirik, Pencipta dengan syair dan sudah direkam untuk memperoleh Hak Cipta Lagu untuk dijual dan didengarkan masyarakat untuk serta disebut Pencipta dan dilakukan pendaftarannya di Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, untuk bukti dalam sengketa atau menggugat, bahwa sudah diperdengarkan di masyarakat pendaftaran hanya memperkuat kepemilikan. 3. Suatu Ciptaan Tidak Selalu Perlu Diumumkan Untuk memperoleh Hak Cipta seorang Pencipta yang telah merekam di cd atau sebagainya dan disimpanya dan tidak dipasarkanya. 4. Hak Cipta Suatu Ciptaan Merupakan Suatu Hak Yang Diakui Hukum legal right Yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dan peguasaan fisik suatu ciptaan pembeli kaset adalah, bukan pemilik Hak Cipta sehingga tidak berhak untuk tujuan ekonomi dengan penggandaan, sehingga ada hak pemegang hak untuk menggugat bagi pelanggar hak. 5. Hak Cipta bukan hak mutlak absolute Bahwa ciptaan yang muncul setelah adanya ciptaan terdahulu tidak dianggap pelanggaran tapi bukan penjiplakan atau penggandaan, tapi hal ini menimbulkan celah hukum, sehingga adanya hak menggugat akibat hal tersebut. Pasal 2 konvensi Bern ayat 6 disebutkan: The works mentioned in this article shall enjoy protection in all countries of the union. This protection shall operate for the benefid of author and his succerssors intitle. Perlindungan menjadi kesenangan dalam suatu Negara dan akan mengatur akan keuntungan bagi penulis akan karyanya. Perlindungan Hak Cipta dalam hal ini dapat diklasifikasikan yaitu: a. Subjeknya adalah pemilik atau pemegang hak. b. Predikatnya adalah pengumuman dan pendaftaran Hak Cipta Lagu. c. Objeknya adalah Hak Cipta Lagu. d. Keterangan waktunya adalah masa berlaku Hak Cipta Lagu yaitu selama hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal. e. Keterangan tempatnya adalah dimana sajakah Hak Cipta lagu tersebut didaftarkan. Dalam pandangan Islam tentang perlindungan terhadap pemegang hak adalah Fatwa MUI Nomor I Tahun 2003 tentang Hak Cipta. Fatwa MUI tersebut pada dasarnya berpendapat : a. Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafii, dan Hambali berpendapat bahwa Hak Cipta atas ciptaan yang orisinal dan manfaat tergolong harta berharga sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara hukum Islam. Fatwa tersebut dilandasi dari pendapat cendikiawan Muslim Beirut. 73 b. Berkenaan dengan hak kepengarangan haqq al-talif, salah satunya Hak Cipta, MLTI mengutip pendapat Wahbah al-Zuhaili. Ilmuwan Muslim itu berpendapat bahwa hak kepengarangan dilindungi oleh hukum Islam. Karenanya, mencetak ulang atau mengopi buku tanpa izin merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang. Berdasarkan hal bahwa hak kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara hukum Islam, atas dasar qaidah istishlah tersebut mencetak ulang atau mengopi buku tanpa izin yang sah dipandang sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang, dalam arti bahwa perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam pandangan syara dan merupakan pencurian yang mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan zalim serta menimbulkan kerugian moril yang menimpanya. 74 Dari pendapat di atas maka ditetapkan sebagai berikut : a Dalam hukum Islam, Hak Cipta dipandang sebagai salah satu huquq malilyah hak kekayaan yang mendapat perlindungan hukum mashun sebagaimana mal kekayaan. b Hak Cipta yang mendapat perlindungan hukum Islam, sebagaimana dimaksud poin tersebut adalah Hak Cipta atas ciptaan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. 73 Fathi Al-Duraini, Kitab Haqq al Ibtikar fi al-fiqh al-Islam al-muqarn , Beirut:Mua’assasah al- Risalah, 1984, hlm. 20. 74 Wahbah Al-Zuhaili, Al Filth Al-Islami Wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-fikr al- Muakhir, 1998, juz 4, hlm. 2862. c Sebagaimana mal, Hak Cipta dapat dijadikan objek akad al-maqud alaih, baik akad muawadhah pertukaran, komersial, maupun akad tabarruat non komersial, serta diwaqafkan dan diwarisi. d Setiap bentuk pelanggaran terhadap Hak Cipta, terutama pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya haram. Hak Cipta Tradisional adalah yang sudah jadi suatu budaya dalam hal ini musik yang menjadi budaya dan letak geografisnya, Forum dan lembaga internasional yang memperhatikanya di antaranya The IGC of WIPO, the TRIPs Council, the Ad Hoc Open-Ended Inter-Sessional Working Group on Article 8 j and Related Provisions of the CBD, IJNCTD. Kajian putusan-putusan adalah menganalisa tentang putusan-putusan yang dijadikan sumber dalam suatu pokok permasalahan. Menurut Runtung pakar HAKI disebutkan: “Hak Cipta lagu adalah merupakan Hak Eklusif dan merupakan hak milik dari pemiliknya yang merupakan hasil karyanya yang harus dihormati dan dilindungi.” 75 Menurut Erwin Mangantas Malau Wakil Ketua Hakim P.N. Medan: “Yang menjadi perlindungan bagi pemegang Hak Cipta Lagu yaitu melakukan pengumuman lalu pendaftaran.” 76 Hak menggugat pemegang Hak Cipta atas Karya Ciptanya yang dirugikan oleh orang lain, baik terhadap Hak Moral ataupun Hak Ekonomi sehingga berhak untuk menuntut akan peritistiwa tersebut ke Pengadilan Niaga, atas benda-benda yang menjadi barang bukti kejahatan untuk disita serta berhak untuk menyerahkan seluruh ataupun 75 Runtung, Dekan Fakultas Hukum USU, Wawancara, Medan, Mei 2010. 76 Erwin Mangantas Malau,Wakil Ketua Hakim Pengadilan Negeri Medan, Wawancara, Medan, Juli 2010. sebagian atas hasil kejahatanyya tersebut, dalam Pasal 24 ayat 1 UUHCNo.192002 disebutkan: Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. Dalam Pasal 56 ayat1UUHC No.192002 disebutkan; Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Pasal 56 ayat 2 UUHC No192002: Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan drama, pertenuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. Upaya pemegang Hak Cipta dalam hal melakukan gugatan adalah seperti dinyatakan dalam Pasal 56 sd 70 UUHC No 192002, sehingga pemegang Hak tersebut terlindungi serta proses peradilan pun sudah secara baku tertuang dalam Pasal tersebut Berdasarkan Pasal 72 UUHC 192002 dalam titel Ketentuan Pidana, perbuatan melanggar Hak Cipta, baik yang berkenaan dengan Hak Moral maupun Hak Ekonomi, dibagi atas sembilan kategori perbuatan. Akan tetapi kalau diurai secara rinci ke sembilan kategori perbuatan itu sebenarnya terdiri dan tiga belas kelompok perbuatan yang semuanya adalah sebagai berikut: 1. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 tentang hak ekslusif Pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan; 2. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat 1 tentang hak ekslusif pelaku untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar pertunjukannya. 3. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat 2 tentang hak ekslusif Produser Rekaman Suara, untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi. 4. Dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dan Hak Terkait sesuai Pasal 2 ayat 1, Pasal 49 ayat 1, dan Pasal 49 ayat 2; Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer; 5. Dengan sengaja melanggar pasal 17 tentang larangan mengumumkan setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang agama, pertahanan atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia dari hak Pencipta mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; 6. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 25 tentang larangan meniadakan atau mengubah informasi elektronik tentang informasi manajemen hak Pencipta, 7. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 tentang larangan merusak, meniadakan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak pencipta, kecuali atas izin Pencipta, 8. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 28 tentang kewajiban memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang bagi ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optik optical disc. Ancaman hukuman terhadap semua perbuatan di atas terdiri dan ancaman pidana penjara dan denda sekaligus artinya, tidak ada perbuatan pelanggaran Hak Cipta yang ancaman hukumannya hanya pidana penjara atau hanya denda. Adapun ancaman pidana pelanggaran Hak Cipta dapat dibagi dalam 4 kategori, yaitu: 1. Ancaman pidana penjara paling singkat 1 bulan dan denda satu juta rupiah dan pidana penjara paling lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp.5 miliar terhadap perbuatan yang melanggar UUHC Nomor 19 tahun 2002 : a Pasal 2 ayat 1 tentang Hak Ekslusif Pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan; b Pasal 49 ayat 1 dan 2 tentang hak ekslusif pelaku untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar pertunjukannya; 2. Ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp.500 juta terhadap perbuatan: a Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1 dan 2; b Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer; 3. Ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp.1 miliar, terhadap perbuatan yang melanggar pasal 17 tentang larangan mengumumkan setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta; 1. Ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp.150 juta, terhadap perbuatan yang melanggar: a Pasal 49 ayat 3 tentang Hak Ekslusif Lembaga Penyiaran untuk memberi izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan atau menyiarkan karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektro magnetik lain. b Pasal 24 atau Pasal 55 tentang hal-hal yang menyangkut hak moral pencipta dan Hak Moral pemegang hak terkait. c Pasal 25 tentang larangan meniadakan atau mengubah informasi elektronik tentang informasi manajemen hak Pencipta. d Pasal 27 tentang larangan merusak, meniadakan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta kecuali atas izin Pencipta. 4. Ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp.1,5 miliar, terhadap perbuatan yang melanggar pasal 28 tentang kewajiban memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi, yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang bagi ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi khususnya di bidang cakram optik optical disc. Pada Pasal 45 angka 1UUHCNo192002 disebutkan: Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 46 UUHCNo192002 disebutkan: Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Dalam hal perlindungan bagi pemilik Hak Cipta Lagu yaitu mengenai royalti, dalam hal ini penanganannya melalui Yayasan Karya Cipta Indonesia YKCI. YKCI tersebut akan mengeluarkan Sertifikat Lisensi Penggunaan Musik SLPM, dengan membebaskan user dari segala tuntutan Pencipta yang tergabung pada YKCI setiap bulan maret satu tahun tertentu, YKCI mendistribusikan royalti kepada kepada Pencipta lagu selama waktu pemantauan bulan Januari hingga Desember tahun sebelumnya 77 . 77 Tim. Lindsey, dkk, Op.Cit, hlm.120. Dalam hal kasus pidana Hak Cipta Lagu dimana pasal I bab I Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 disebutkan: 1. Penyidik pasal 1 butir 1. 2. Penyidik pembantu pasal 1 butir 3. 3. Penyelidik pasal 1butir 4. 78 UUHC No. 19 tahun 2002 hanya menyediakan satu pasal yang mengatur penyidikan kasus pidana Hak Cipta, yaitu Pasal 71. Pasal ini menegaskan tiga hal yaitu: a. Bahwa Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan pidana Hak Cipta dapat dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu, yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP; Sehubungan dengan hal ini perlu kiranya dicatat, bahwa sudah ada Surat Keputusan Menteri Hankam Pangab tertanggal 13 Juni 1974 No. Kep.B17VI1974 yang telah menentukan antara lain bahwa penyidik yang dijabat oleh kepolisian negara harus berpangkat sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua dan harus memenuhi syarat: 1. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Atas, atau sekurang- kurangnya berpendidikan Sekolah Bintara Polisi; a Mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang berhubungan dengan penyidikan; b Mempunyai kecakapan dan kemampuan, baik psikis maupun fisik untuk melakukan tugas penyidikan, dan berkelakuan baik tidak tercela. 78 Sudarsono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm,70. b. Wewenang Penyidik disebutkan yang bukan Polisi dalam penyidikan kasus pelanggaran pidana Hak Cipta dalam Pasal 72 angka 2 adalah: 1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta. 2. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Hak Cipta. 3. Meminta keterangan dan pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta. 4. Melakukan pemeriksaaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Hak Cipta. 5. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti pembukuan, catatan, dan dokumen lain. 6. Melakukan penyitaan bersama-sama dengan Kepolisian terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran, yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Hak Cipta. 7. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Hak Cipta. c. Penyidik yang bukan Polisi sebagaimana dimaksud memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai ketentuan yang diatur dalam KUHAP. d. Perlindungan Terhadap Ciptaan Asing. e. Penyidikan dilakukan pula oleh Polisi Militer terhadap pelaku seorang militer. Dengan demikian perlindungan akan Hak Cipta Lagu sangat terlindungi dan diperhatikan baik dari segala lini, baik dalam hal penyidikan serta perkara di peradilan hingga undang-undang yang berlaku, menurut Syarifuddin Hasibuan Ilmuan HAKI disebutkan bahwa perlindungan Hak Cipta Lagu terlindungi dengan peraturan dan pelaksanaan yang baik 79 sedangkan pandangan tokoh HAKI T.Keizerina Devi Azwar bahwa hak moral dan Hak Materil dalam Hak Cipta lagu merupakan mutlak milik pemegang hak. 80

B. Peradilan Tempat Menggugat

1. Peradilan Niaga