Pelanggaran Hak Moral Pelanggaran Hak Ekonomi

B. Pelanggaran Pidana

1. Pelanggaran Hak Moral

Disebutkan pula pelanggaran Hak Moral seperti pada pasal 72 ayat 6 UUHC Nomor 19 tahun 2002 : Hak Cipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap di cantumkan, dimana hak tersebut merupakan hak yang melekat pada Pencipta yang tidak boleh utuk dipisahkan begitu juga hak Pencipta atau Pengarang mengubah karyanya atau melarang orang lain untuk memodifikasi karyanya. Intinya adalah hak Pencipta atau pengarang mencegah pendistorsian atas karyanya sehingga karya cipta tersebut sesuai dengan aslinya tidak ada dikurang atau dilebihkan dari keadaan semula. Seperti pada hal akan perubahan lirik lagu dimana hal tersebut menjadi salah satu sengketa dalam Hak Cipta lagu bila hal tersebut tidak mendapatkan izin dari Pencipta sebab hal tersebut merupakan satu kesatuan terhadap Pencipta yang tidak bisa di pisahkan begitu juga akan halnya akan perubahan melodi lagu bahkan jenis musik serta temponya, yang mana menjadi satu kesatuan terhadap sang Pencipta yang tidak dapat terpisahkan terlebih lagi tidak boleh merubah judul ciptaanya.

2. Pelanggaran Hak Ekonomi

Pelanggaran pidana dalam Hak Ekonomi banyak menyangkut akan hak yang bersifat memperbanyak ataupun pengumuman seperti tersebut dalam pasal 72 ayat 2 UUHC Nomor 19 tahun 2002 bahwa : Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, tau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp.500.000.000.lima ratus juta rupiah. Dapat disimpulkan dimana hak tentang untuk menyiarkan serta memamerkan dan mengedarkan atau dengan tujuan menjual kepada umum, maka hal tersebut masuk dalam bagian hukum pidana, dimana seseorang tersebut sudah melanggar akan Hak Ekonomi dari pemilik Hak Cipta tersebut. Dalam era yang serba multi kasus, dimana dapat digambarkan bahwa pelaggaran sengketa kasus Hak Cipta selama 2008 sebanyak 167 kasus, selama semester kedua 2008 dimana POLRI menangani 106 kasus, Kejaksaan Agung 61 kasus dari jumlah tersebut POLRI menangani 122 kasus dengan sarana cakram padat yang diproses menggunakan 23 duplikator dan didistribusikan melalui 98 toko, sedikitnya 2.659.075 keping cakram padat telah disita yang berisi film, video porno, musik dan perangkat lunak Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual mengidentifikasi 18 kasus pelanggaran bidang merk, 5 kasus pelanggaran desain industri dan 1 kasus paten kasus- kasus ditangani POLRI dan Kejaksaan Agung Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM DEPKUMHAM, Andi N.Someng belum bisa mengindentifikasi potensi kerugian negara yang berhasil dicegah dalam pengungkapan kasus pelanggaran hak kekayaan intelektual, menurutnya nilai ekonominya bisa dihitung dari rumus: Estimasi= harga satuan barang sitaan x jumlah barang sitaan itu belum termasuk perhitungan dalam bidang pajak. 62 Pada pasal 72 ayat 5 UUHC No 19 tahun 2002 menyebutkan tentang pelanggaran Hak Cipta Ekonomi secara pidana seperti: Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 19, pasal 20 atau pasal 49 dipidana penjara paling lama 2 dua tahun danatau denda paling banyak Rp.150.000.000. seratus lima puluh juta rupiah. Prilaku masyarakat dalam hal melakukan pelanggaran atas Hak Cipta orang lain sering melakukan tanpa izin pemiliknya melakukan memperbanyak serta menyiarkan rekaman suara atau gambar, sehingga menimbulkan kerugian bagi si pemilik hak tersebut. Dalam kesimpulan tentang pasal 49 UUHC No 19 tahun 2002 dimana pelaku dalam hal Hak Terkait memilik Hak Ekslusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain dalam hal memperbanyak serta menyiarkan rekaman suara, ataupun akan gambar serta Produser Rekaman Suarapun memiliki Hak Ekslusif guna memberikan serta melarang terhadap pihak lain dalam hal menyewakan atas karya rekaman suara atau bunyi. Satu hal yang sangat terpenting dalan hal persengketaan dimana persengketaan tersebut bukan hanya antar perorangan atau terhadap perusahaan akan tetapi pesengketaan tersebut terhadap negara dimana dalam hal ini karya cipta tersebut bertentangan dengan segala yang dilarang oleh negara seperti disebutkan Pasal 17 UUHC No.19 tahun 2002 yaitu “Pemerintah melarang pengumuman setiap ciptaaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan 62 httpwww.Andi N.Someng, diakses Tgl.18 Mei 2010. pemerintah dibidang agama, pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan serta ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta”.

3. Dalam Perkara Pidana