Evaluasi Proses Intervensi. TINJAUAN PUSTAKA

17 penggunaan informasi kualitatif yang dapat dipercaya tidak dapat dihindarkan. Di samping itu, terdapat hubungan yang rumit antara faktor kesehatan dan sektor social ekonomi. Perubahan-perubahan dalam tingkat kesehatan evaluasi, terutama yang berhubungan dengan efektivitas dan dampak menjadi lebih sulit WHO, 1990. Ukuran besaranya suatu penilaian harus berada pada proporsi yang sesuai dengan tujuan penilaian. Hal ini seringkali berarti bahwa proyek kecil akan memperoleh skup penilaian yang lebih kecil jika dibandingkan dengan proyek besar Bullen, 2001. Langkah-langkah penilaian yang perlu ditempuh adalah: 1. Memahami program yang akan dinilai 2. Menentukan macam dan runag lingkup penilaian 3. Menyusun rencana penilaian 4. Melaksanakan penialaian 5. Menarik kesimpulan 6. Menyususn saran-saran Azwar, 1996.

2.4 Evaluasi Proses Intervensi.

Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey 1973 mengatakan, To evaluate is to make a value judment, it involves comparing something with another and then making either choice or action decision. Sedangkan Menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat 18 Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program Notoatmodjo, 2003. Evaluasi merupakan upaya penting dalam program komunikasi kesehatan yang bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh green, at. al, hal. 247. Sedangkan evaluasi diakhir program harus dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut ini: 1. Sejauh mana tujuan program telah tercapai 2. Seberapa besar pengaruh program terhadap perubahan perilaku 3. Akibat-akibat apa saja yang tidak diharapkan dari program. 4. Bagian program mana yang paling berhasil dan mana yang kurang berhasil. Pertanyaan-pertanyaan evaluasi ini seharusnya sudah dirancang pada tahap perencanaan ketika riset pengembangan dilakukan dan pada tahap pengukuran dilakukan selama program berlangsung. Sedangkan untuk melihat hasil akhir berupa dampak terhadap derajat kesehatan, upaya evaluasi harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini : 1. Sejauh mana jalur komunikasi yang digunakan dapat menjangkau sasaran. 19 2. Pesan-pesan apa saja yang disampaikan melalui jalur tersebut. 3. Apakah pesan yang disampaikan dapat diingat oleh kelompok sasaran dengan jelas. 4. Apakah telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran akibat adanya program. 5. Apakah telah terjadi peningkatan derajat kesehatn akibat perubahan perilaku. Tidak semua pertanyaan dapat terjawab dalam proses evaluasi, tetapi beberapa faktor penting sudah dapat diketahui. Proses evaluasi hanyalah salah satu dari berbagai pilihan kegiatan dan penentuan yang cermat atas prioritas sasaran, dana yang tersedia dan waktu yang terbatas. Proses atau kegiatan dalam evaluasi itu mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi. 2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi. 3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan. 4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut. 5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan. 6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut. 20 Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program. 1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain. 2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya. 3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya menurunnya angka kematian bayi IMR, meningkatnya status gizi anak balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya Notoatmodjo, 2003. Feurstein 1990 : H. 2-4 dalam Isbandi Rukminto Adi 2003 menyatakan 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan : 1. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai. 2. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. 3. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik. 4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu tersendiri 21 5. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6. Biaya dan manfaat cost benefit. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal reasonable. 7. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik. 8. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. 9. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. 10. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal. Ada 3 evaluasi guna mengawasi suatu program lebih seksama, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi proses. 1. Evaluasi input Memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. 3 unsur variabel utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Variabel klien ini meliputi aspek demografi dari staf, seperti : latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. 22 Dalam kaitan dengan evaluasi input program, ada 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kriteria tersebut adalah : a. Tujuan dan objektif b. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas c. Strandar dari suatu praktek yang terbaik d. Biaya perunit layanan. 2. Evaluasi Proses Menurut Pietrzak, et. al 1990 : h. 111-116 dalam Isbandi Rukminto Adi 2003 memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan line staf yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan objektif program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti : standar prakter terbaik best practice standart, kebijakan lembaga, tujuan proses proses goals dan kepuasan klien. 3. Evaluasi Hasil Menurut Pietrzak, et.al 1990:h.14 dalam Isbandi Rukminto Adi 2003 diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak overal impact dari suatu program terhadap penerima layanan resipients. Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia 23 menerima layanan tersebut?. Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemanjuan suatu program berorientasi pada program = programe oriented ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien berorientasi pada klien klien oriented. Dalam suatu perencanaan yang berorientasi pada program, kriteria keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program, misalnya presentasi cakupan program terhadap populasi sasaran. Akan tetapi, perencanaan ini tidak berkonsentrasi pada perubahan prilaku klien. Sebaliknya, evaluasi yang berorientasi pada klien akan melakukan pengukuran ataupun pengkajian berdasarkan perubahan perilaku klien. Misalnya saja, pada kasus penanganan anak jalanan, kriteria dikembangkan berdasarkan indeks perkembangan anak. 2.5 Program Perbaikan Gizi Program perbaikan gizi mikro diarahkan untuk menurunkan maslah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik pedesaan maupun perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di pos yandu dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk. 24 Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK. 2.6 Pos Gizi 2.6.1 Definisi Pos Gizi