Gambaran Efektivitas Penilaian Program

84 wawancara mendalam dari inforaman sebagai penilaian atas efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program.

6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak dapat melihat anggaran yang dianggarkan untuk program Pos Gizi Pergizi, jadi tidak bisa dinilai sisi kesesuaian antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan program. Seharusnya dibuat misi dan anggaran program sebelum berlangsungnya program, agar dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan.

6.2 Penilaian Program

Penilaian program Pos Gizi ini akan menilai dari segi efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program dapat di lihat di bawah ini:

6.2.1 Gambaran Efektivitas

Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi ini meliputi status gizi balita, asupan zat gizi, pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan kehadiran.

6.2.1.1 Status Gizi Balita

Dari hasil penelitian diketahui bahwa balita yang terehabilitasi setelah mengikuti program Pos Gizi sebesar 75. 85 Berdasarkan hasil ini, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari jumlah balita yang terehabilitasi sudah mencapai target. Kegiatan yang dilakukan dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya ditujukan untuk meningkatkan status gizi balita melalui kegiatan PMT bersama, pemeriksaan atau pengobatan, micronutrien, penimbangan BB, pengukuran TB, dan PMT biscuit atau susu. Selain itu ada kegiatan penyuluhan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dan pemberian keterampilan kepada ibu balita tentang cara meningkatkan status gizi balita dan mempertahankannya. Ditambah lagi adanya kegiatan kunjungan rumah untuk mengetahui apakah ibu dan balita melakukan sesuai dengan pengarahan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan di Pos Gizi. Semua kegiatan yang dilakukan terbukti efektif dalam meningkatkan dan merehabilitasi status gizi balita menjadi lebih baik. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan gizi yang dilakukan dalam Pos Gizi juga memaksimalkan potensi dari masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, program ini juga dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita atau ibu pengasuh untuk bertanggung jawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal Core, 2003. 86 Program ini juga merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan, kader, ibu balita, dan masyarakat sehingga pelaksanaan program ini merupakan tanggung jawab bersama. Berdasarkan hasil penilaian tersebut diharapkan pada puskesmas untuk terus meningkatkan program Pos Gizi secara berkesinambungan hingga anak yang malnutrisi terehabilitasi menjadi gizi baik. Sehingga dengan adanya program ini maka angka malnutrisi yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Tangerang dapat diminimalisir.

6.2.1.2 Asupan Zat Gizi

Asupan makan yaitu banyaknya zat gizi, khususnya energi dan protein yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 70,81 balita yang memiliki asupan energi yang baik setelah mengikuti Pos Gizi. Berdasarkan target program Pos Gizi maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan makan sudah mencapai target. Dalam pelaksanaan Pos Gizi asupan makan yang akan dikonsumsi anak dihitung nilai gizi makanan yaitu dengan tabel komposisi makanan, biasanya tersedia dari Departement Kesehatan, menyediakan rinciana nilai gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dalam bentuk energi, lemak, protein, dan mikronutrien. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi dan 87 makanan kecil per anak sehingga jumlah total kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai catch- up-growth mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan memastikan adanya asupan vitamin dan mineral yang cukup. Sehingga dengan cara ini asupan makanan yang diterima balita dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya. Untuk meningkatkan kepadatan kandungan kalori, makanan besar dan makanan kecil di dalam Pos Gizi makanan tersebut diperkaya dengan cara menambahkan kacang-kacangan atau minyak. Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur untuk meningkatkan kandungan kalori dapat mengurangi hingga setengah volume bubur yang harus dikonsumsi setiap anak. Sebelum berlangsungnya program Pos Gizi, Para pengelola Pos Gizi menentukan menu makanan bergizi. Cara memasak makanan juga di contohkan di dalam kegiatan Pos Gizi ini, salah satunya bagaimana zat gizi tidak hilang pada saat dimasak. Hal ini diharapkan agar para ibu terlatih untuk mempersiapkan makanan yang bergizi untuk anaknya sendiri. Selain itu, dalam kegiatan Pos Gizi terdapat PMT biskuit dan susu, pemberian mikronutriens dan PMT bersama. Ketiga kegiatan tersebut dapat mendukung asupan makan anak menjadi lebih baik. Sehingga kebutuhan akan gizi anaknya tercukupi dengan baik. 88 Kegiatan Pos Gizi yang dilakukan di atas merupakan kegiatan yang menjadikan program Pos Gizi ini efektif dalam meningkatkan asupan makan anak. Makanan yang dikonsumsi anak- anak harus berupa sumber yang baik dan sekurang-kurangnya mengandung lima macam zat gizi utama dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi balita tercapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan untuk bekerja dan kesehatan secara umum Almatsier, 2002. Dalam asupan makan ini, ibu merupakan bagian yang sangat penting. Ibu menentukan makanan yang baik dikonsumsi anak. Oleh sebab itu, disarankan kepada ibu untuk memilih makanan yang mengandung zat gizi yang banyak. Banyak orang tidak tahu bahwa makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh tidak selalu makanan yang mahal. Hal ini sejalan dengan anjuran agama untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 168: 89 Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Masyarakat harus mengetahui bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan gizi dengan konsumsi pangan yang sesuai dengan tingkat pendapatan mereka. Yang perlu dipertimbangkan disini adalah tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk pihak pengelola program Pos Gizi ini khususnya puskesmas dengan cara menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat.

6.2.1.3 Pemberian Makan

Pemberian makan adalah kebiasaan memberikan makan anak diatas 6 bulan dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan, menangani selera makan anak yang rendah, suasana makan Core, 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 70,8 ibu balita dalam hal perilaku pemberian makan berubah menjadi baik setelah mengikuti program Pos Gizi. Program Pos Gizi di lihat dari pemberian makan sudah efektif mencapai target. 90 Efektivitas program dapat di lihat dari kegiatan progam. Salah satu program Pos Gizi terdapat PMT bersama, PMT bersama disini adalah kegiatan makan bersama anak dan ibu balitanya. Setiap anak yang ikut serta akan mendapatkan sejumlah terentu makanan sesuai dengan kandungan kalori dan protein yang diperlukan. Makanan yang ada tidak boleh dibawa pulang karena tidak dapat dipastikan bahwa si anak yang akan menghabiskannya dan mikroba dapat berkembang dengan cepat dalam makanan matang. Selera makan anak mungkin akan meningkat selagi sesi Pos Gizi berjalan. Secara bertahap jumlah makanan ditingkatkan. Ketika anak tidak berselera makan mungkin dalam penyesuaian diri dengan makan padat kalori dan bergizi. Dalam menghadapi masalah tersebut di dalam Pos Gizi ibu balita atau ibu balita diajarkan membujuk untuk makan pada setiap sesi dan sepanjang hari, tidak lama anak-anak pasti akan berselera makan. Dalam program Pos Gizi juga diajarkan agar para ibu dan ibu balita balita tidak memaksa seorang anak untuk makan. Para kader mengajarkan lagu-lagu, permainan, kontak mata dan permainan interaktif agar secara perlahan dan sedkit demi sedikit anak berselera makan. Hal ini berguna untuk stimulasi usia dini dan interaktif dengan ibu atau ibu balita atau ibu balita . Cara tersebut sangat efektif untuk membuat si anak menyukai makanannya. 91 Berbagai cara yang diajarkan dalam pemberian makan diatas, menyebabkan program Pos Gizi ini efektif dalam hal pemberian makan. Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Pos Gizi menanamkan norma-norma positif kepada keluarga lain mengenai perilaku perwatan dan pemberian makan anak yang sehat. Pos Gizi tidak hanya mengubah perilaku anggota keluarga secara individual tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta kemampuan mereka mengubah situasi Core, 2003. Dalam pendekatan Pos Gizi sebaiknya kader terus menerus mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan dan mendukung perilaku-perilaku baru ibu pada saat kunjungan rumah. Dan untuk para ibu hendaknya selalu ingat pelajaran yang pernah di dapat dan mempraktekannya agar tebiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang baik. Oleh karena itu diharapkan bagi kader Pos Gizi untuk secara rutin melakukan penyuluhan kepada para ibu balita tentang bagaimana cara pemberiaan makanan yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan anak.

6.2.1.4 Pengasuhan Balita

Pengasuhan balita yang dimaksud disini adalah adanya partisipasi para ayah yang ikut dalam Pos Gizi melaporkan bahwa 92 mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota keluarga peserta Pos Gizi juga melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa dan kemampuan berkomunikasi Core, 2003. Penilaian program untuk pengasuhan balita tergolong sudah efektif mencapai target program. Keefektifan program dalam pengasuhan balita terlihat pada hari dirumah sendiri, ayah berpartisipasi menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota keluarga peserta Pos Gizi seperti nenek, kakak, dan saudara juga mengajak anak-anak mereka bernyanyi dan bermain bersama anak untuk memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa dan kemampuan berkomunikasi. Faktor inilah yang memungkinkan pengasuhan balita sebagian besar baik sehingga program efektif. Kegiatan Pos Gizi merupakan kegiatan yang bersifat partisipatif. Partisipatif masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi, mulai dari menentukan perilaku dan strategi sukses 93 diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita atau ibu balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir Core, 2003. Sebaiknya kader kesehatan terus meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu balit. Kemudian melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi berkisar tentang pengalaman ibu balita ketika mereka mencobanya di rumah. 6.2.1.5 Kebersihan Balita Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar kebersihan balita terbilang buruk dan di bawahtarget, sehingga penilaian program tidak efektif untuk kebersihan balita. Kebersihan balita meliputi kebersihan tubuh yang baik yaitu menggunting kuku dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah memakai toilet Core, 2003. Pada pelaksanaan Pos Gizi berbagai perilaku kebersihan di contohkankan seperti cara mencuci tangan, memotong kuku. Pembagian sabun dan sikat gigi saat pelaksanaan juga sering dilakukan. Akan tetapi hal tersebut berhubungan dengan kenyataan bahwa sebagian besar ibu belum menerapkan dan mengembangkan pola hidup bersih dan sehat ketika berada di rumah. Kurang pedulinya ibu terhadap kebersihan balita dilatarbelakangi oleh kecenderungan ibu yang kurang memerhatikan 94 kebersihan anaknya. Ibu lebih memerhatikan dirinya untuk terlihat lebih menarik di depan masyarakat sekitarnya tanpa memperhatikan anaknya sendiri. Hal ini terlihat saat para peserta Pos Gizi kembali kerumah masing-masing. Padahal, Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa allah menyukai orang-orang yang bersih terutama pakaian. Hal ini bisa dilihat pada QS. At- Taubah ayat 108 dan QS. Al- Muddatstsir ayat 4:      Artinya: Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih    Artinya: ”Dan pakaianmu bersihkanlah” Dari ayat At- Taubah ayat 108 diatas dapat kita ketahui bahwasannya Allah sangat menyukai orang-orang yang bersih, baik bersih jasmani maupun rohani. Dan kemudian dalam surat QS. Al- Muddatstsir ayat 4 juga dijelaskan kebersihan bukan hanya di lihat dari fisik tapi pakaian merupakan cerminan dan tolak ukur kebersihan seseorang. Kewajiban menjaga pakaian agar tetap bersih itu baik untuk kesehatan. Dalam menyelesaikan hal ini sebaiknya petugas kesehatan lebih aktif mencontohkan kebiasaan-kebiasaan hidup bersih dengan 95 berbagai metode seperti pesan-pesan kesehatan, pembagian poster, atau pelatihan bahkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dan mengontrol kebiasaan- kebiasaan ibu pada saat dirumah.

6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan

Perilaku pencarian dan pemberian perawatan kesehatan erat kaitannya dengan perilaku kebersihan karena sama-sama berhubungan dengan penyakit infeksi. Dari hasil penelitian sebagian besar balita yang memiliki pencarian dan pemberian perawatan kesehatan tergolong buruk. Jika dibandingkan dengan target pencapaian 70 pencarian dan pemberian perawatan kesehatan yang ditetapkan program Pos Gizi Pergizi, maka pencarian dan pemberian perawatan kesehatan masih di bawahtarget. Kenyataan diatas terkait dengan hasil penelitian ini yang juga menunjukkan masih adanya anak yang belum memperoleh imunisasi lengkap. Selain itu, masih adanya anak yang pernah mengalami sakit satu bulan terakhir ini. Penyakit yang disertai yaitu flu, batuk, pilek, demam dan diare. Masih buruknya perilaku ibu balita ini dalam hal pencarian dan pemberian perawatan balita ke non medis berhubungan dengan masih kurangnya kesadaran ibu balita dalam melaksanakan perilaku tersebut. Selain itu, kurangnya pengawasan oleh kader dan anggota 96 keluarga lain terutama suami terhadap perilaku ibu balita ini juga berperan dalam merubah perilaku ibu balita. Dalam Al-qur’an dijjelaskan bahwasannya kesembuhan hanya dari Allah, yang tertera dalam QS. Asy-syu’araa’:80      Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku Dijelaskan pula pada surat Asy-syu’araa’:223 bahwasannya ada larangan berobat kepada dukun atau tenaga non medis karena terdapat kebohongan padanya. Berikut ayat yang menyatakan tentang berobat kepada dukun:      Artinya: “Mereka menghadapkan pendengaran kepada syaitan itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta”. Untuk mengatasi pemasalahan ini, sebaiknya para kader mensosialisasikan pencarian dan pemberian perawatan kesehatan yang baik. Seperti melaksanakan imunisasi lengkap dan menggunakan pelayanan kesehatan.

6.2.1.7 Kehadiran Balita

Kehadiran ibu maupun anak dalam kegiatan program Pos Gizi dianggap berkaitan erat dengan keberhasilan program yang di 97 capai. Lebih tinggi kehadiran peserta, diharapkan lebih berhasil program yang dijalankan. Hasil penelitian menunjukan target program kehadiran balita masih di bawahtarget. Hal ini dapat dikatakan bahwa program Pos Gizi Pergizi desa pondok jaya di lihat dari kehadiran balita kurang efektif. Kurang efektifnya program ini dalam hal tingkat kehadiran balita dikarenakan tebentur dengan keadaan musim yang terjadi saat pelaksanaan program berlangsung. Dari hasil penelitian masih adanya ibu yang tidak hadir dikarenakan faktor musim panen, musim pernikahan dan musim bala penyakit. Kedekatan geografis antara rumah juga menjadi pertimbangan ibu dalam menghadiri setiap kegiatan Pos Gizi. Karena pendekatan Pos Gizi akan berjalan dengan sangat baik jika jarak antara rumah saling berdekatan karena ibu dapat mengahdiri kegiatan setiap harinya tanpa harus menghabiskan waktu di jalan. Faktor kedekatan juga mempermudah para kader untuk lebih sering mengunjungi rumah-rumah keluarga peserta program Core, 2003. Berdasarkan hal diatas maka menjadi penting bagi pihak petugas puskesmas dan kader kesehatan untuk menumbuhkan motivasi para ibu untuk berpartisipasi dalam program Pos Gizi ini. Hal ini didukung oleh pernyataan Notoatmodjo 2007 yang 98 mengatakan bahwa motivasi merupakan syarat utama yang menentukan partisipasi masyarakat dalam suatu program kesehatan dan dalam hal ini adalah partisipasi ibu dalam mengikuti program. Kehadiran dari ibu dan balita sangatlah penting untuk kesehatan gizi balitanya. Karena program ini merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Hal lain yang mesti dipertimbangkan adalah penentuan lokasi kegiatan Pos Gizi yang strategis dan memungkinkan semua ibu balita dapat menjangkaunya.

6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas

Efektivitas dari program Pos Gizi dinilai dari seberapa efektif program ini dalam memperbaiki status gizi balita, asupan makan perubahan perilaku ibu dalam pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan balita, pelayanan kesehatan, dan berapa besar tingkat kehadiran balita dalam mengikuti program. Masing-masing variabel ini memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contohnya adalah keterkaitan antara status gizi dengan asupan makan khususnya energi dan protein dapat di lihat dari asupan makan yang baik akan mempengaruhi status gizi yang baik, begitu juga sebaliknya. 99 Tujuan utama pogram Pos Gizi yaitu memperbaiki keadaan status gizi balita yang salah satunya melalui kegiatan PMT dan micronutrien yang menekankan pada pemenuhan kecukupan asupan gizi balita dan usaha pemulihan status gizi karena pada umumnya status gizi yang tidak baik dipengaruhi dengan konsumsi makan yang buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman 2000 bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan energi maupun protein tidak baik pula. Oleh karena itu, jika kegiatan ini terus dilakukan baik akan berperan besar bagi kesuksesan program Pos Gizi dalam meningkatkan status gizi balita. Perilaku ibu balita dalam pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan balita, pelayanan kesehatan juga sangat berhubungan dengan status gizi balita. Misalnya ibu balita an balita dapat mempengaruhi status gizi balita. semakin baik ibu balita an balita maka akan semakin baik juga gizi balitanya. hal ini dikarenakan di dalam pengasuhan yang baik terdapat interaksi positif antara anak dengan ibu balita utama yang dapat membantu perkembangan emosi dan psikologi anak. Dengan pola asuh yang baik dan benar termasuk dalam memberikan perhatian dapat menciptakan perkembangan anak yang normal. Sebaliknya pola pengasuhan yang tidak baik akan berdampak pada status gizi yang kurang. karena pengasuhan 100 melibatkan ibu, ibu merupakan orang yang paling banyak terlihat, sehingga pengaruhnya sangat besar pada perkembangan anak. Jadi dengan melakukan pola ibu balita an pada anak secara baik termasuk memberi perhatian dalam kebutuhan makan dan menjaga kesehatan anak akan berpengaruh terhadap status gizinya. Pelayanan kesehatan juga berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi. pelayanan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat akan terpenuhi. Karena upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah Aritonang, 2003. Peran pelayanan telah lama diadakan untuk memperbaiki status gizi. Dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya, salah satu kegiatan yang berperan dalam perubahan perilaku ibu ini adalah kegiatan penyuluhan terkait pesan-pesan kesehatan yang berhubungan dengan bagaimana merawat balita. Selain itu, kader Pos Gizi juga memberikan contoh bagaimana cara memasak menu makanan bagi balita. 101 Dengan adanya kegiatan ini dalam Pos Gizi ternyata turut berperan besar dalam merubah perilaku ibu balita walaupun berdasarkan penelitian ini perilaku ibu masih kurang dalam menjaga kebersihan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan untuk balita. Oleh sebab itu, peningkatan dalam kegiatan penyuluhan dan praktek perawatan balita kepada ibu balita perlu diperhatikan karena sangat terkait dengan perubahan perilaku ibu. Dan dari perubahan perilaku ibu balita ini akan berdampak besar bagi perubahan status gizi balita. Kehadiran ibu dan balita di Pos Gizi ini juga erat kaitannya dengan status gizi yang akan di capai. Jika balita selalu hadir dalam program Pos Gizi ini, maka secara langsung ibu yang ikut hadir dan mengikuti beberapa kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, PMT bersama akan berpengaruh besar terhadap pengetahuan ibu. Sehingga dengan tingginya pengetahuan ibu akan dapat meningkatkan status gizi balitanya.

6.2.2 Gambaran Efisiensi