Penilaian kebermanfaatan program pos gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010

(1)

PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Oleh: Ni’matu Aulia NIM : 106101003345

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2010 M


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , Desember 2010


(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

Skripsi, Desember 2010

Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345

Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010

xvii +118 halaman, 18 tabel, 1 gambar, 12 lampiran. ABSTRAK

Desa Pondok Jaya merupakan wilayah daerah Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang yang memilki persentasi rawan gizi 8,1%. untuk menanggulangi rawan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi. Puskesmas Sepatan harus berupaya menerapkan program yang terbaik bagi masyarakat sasaran. Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri untuk menilai penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang. Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap efektifitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

Hasil penelitian menunjukkan keefektifan program kurang terpenuhi secara umum. Program Pos Gizi dinilai cukup efektif untuk peningkatan status gizi balita, asupan makan, pemberian makan, dan pengasuhan balita, tetapi masih belum cukup efektif untuk kehadiran, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan. Sedangkan untuk efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program sebagian besar sudah memenuhi syarat program.

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan bagi pengambil kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas Kesehatan) untuk terus melakukan evaluasi program yang meliputi efektifitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian dari program Pos Gizi yang telah dilaksanakan agar dapat menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang. Sedangkan, untuk kader kesehatan sebaiknya meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu dan pengasuh keduanya dan melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi


(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY Skripsi, December 2010

Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345

Assessment Of Usefulness Of The Hearth Program Pondok Jaya Village Sepatan Tangerang District In 2010

xvii +118 pages, 18 tables, 1 charts, 12 appendices ABSTRAK

Pondok Jaya Village District area is the region on Sepatan District Tangerang Regency which have malnutrition percentage of 8.1% to combat malnutrition, Sepatan health center arranging Nutrient Post. Sepatan health center should strive to implement a program that's best for the target communities. Necessary program with a holistic program in overcoming the malnutrition become a big attraction for researchers to look further on how Sepatan run health programs and the extent of its success. Departing from this point, researchers are focusing on assessing the implementation of the Hearth Program by the health center in the village of Pondok Jaya Sepatan Tangerang regency. This intensive nutrition programs need to be evaluated in a practical way to assess the effectiveness, efficiency, adequacy and suitability (appropriateness) as consideration in order to determine the point improvement program to be continued and developed as an annual program in the future.

This research is a qualitative study that describes in depth about the usefulness of the assessment program in the Village Hearth Sepatan Pondok Jaya subdistrict of Tangerang District in 2010.

The results show the effectiveness of the program is less satisfied in general. Hearth program was considered quite effective for improving nutrition status, food intake, feeding, and parenting a toddler, but still not effective enough to attendance, cleanliness of toddlers, the search and delivery of health care. As for efficiency, adequacy and suitability of the program largely meets the requirements of the program.

Based on the research, it is advisable for policy makers (Sepatan District Health Center and Department of Health) to evaluate programs that include effectiveness, efficiency, adequacy, and appropriateness of the hearth program that has been carried out to determine the point improvement program to be continued and developed as annual program in the future. Meanwhile, for health cadres should improve home visit activities actively, so as to control the habits of both mother and nanny and hold discussions with the next day with the participant's mother hearth. References : 34 (1973 - 2007)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi

PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN, KABUPATEN

TANGERANG TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2010

Mengetahui,

Drs. M. Farid Hamzens. M. Si Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes Pembimbing 1 Pembimbing II


(6)

v

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 22 Desember 2010

Penguji I,

Drs. M. Farid Hamzens, M. Si

Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes Penguji III,


(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

With deep love,

this paper dedicated to my

“ALLAH + Muhammad SAW”

Beloved

father “lili” and mother “mun”

who never bored to give me pray and material.

Moreover, two sisters “enca+neng far”.

May Allah bless them all.

Amin


(8)

vii

DATA RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA

Nama : Ni’matu Aulia Jenis Kelamin : 106101003345

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Agustus 1988 Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. A. Rifa’i Arief No. 65 Rt 007/02 Kp. Gintung Jayanti Tangerang, Banten 15610

Nomor Telepon/Hp : (021) 92376562

Email : ade_cwuantieckh@yahoo.co.id

PENDIDIKAN FORMAL

1993-1999 : SDN Rancaleutik 1990-2002 : MTS Daar El-Qolam 2002-2005 : SMA Daar El-Qolam

2006-2010 : Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Shalawat dan salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak yang berupa motivasi, saran, dan dukungan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Bapak Drs. H. M. Kholilullah dan mamah Hj. Munasaroh yang telah membesarkanku dan memberikan kasih sayang yang begitu bernilai, serta dukungan semangat moril maupun materil untuk menyelesaikan laporan magang ini. Tetehku dan adekku tersayang Muflihatunnisa S. Pd. dan Farhatul Aisy’i yang selalu mendo’akanku secara tulus.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin S. Pd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

4. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing I skripsi.

5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II skripsi . 6. Seluruh staff pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran


(10)

ix

7. Seseorang yang telah dipersiapkan untuk menjadi separuh ruh dalam hidupku kelak

8. Seluruh teman-teman program studi kesehatan masyarakat angkatan 2006 dan non program studi khususnya Abdul Rahman Shaleh yang selalu menemaniku selama penyusunan skripsi ini. Abdullah Syafe’i dan Zulkifli yang selalu membantuku. Teman terbaikku bebs Yeni, Afni, Indah, Ine, Nura, Rena, Nawang dan Neneng yang selalu memberikan bantuan, support & hiburan dalam suka maupun duka.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini masih ada bagian yang belum sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca.

Wassalamu’alikum Wr.Wb.

Tangerang, Desember 2010


(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………. i

ABSTRAK…...………. ii

PENYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…...………. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN………..……… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…..….………. vi

KATA PENGANTAR………..……… vii

DAFTAR ISI………..……….. ix

DAFTAR TABEL………..……….. xv

DAFTAR GAMBAR………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1.2 Rumusan Masalah ….……….. 1.3 Pertanyaan Penelitian……….……….. 1.4 Tujuan Penelitian……..………... 1.4.1 Tujuan Umum………… .……….. 1.4.2 Tujuan Khusus………….………..………. 1.5 Manfaat Penelitian……….………... 1.5.1 Bagi Masyarakat………. 1 4 6 6 6 6 7 7 1.5.2 Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang………….……… 7


(12)

xi

1.5.4 Bagi Peneliti……… 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian………. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Status Gizi……….……… 2.1.1 Pengertian Status Gizi……….……….. 2.1.2 Penilaian Status Gizi……….……… 2.2 Metode Food Recall 24 jam……….. 2.2.1 Kelebihan Metode Food Recall 24 Jam…..………….……..………… 2.2.2 Kekurangan Metode Food Recall 24 Jam…………..……..………….. 2.3Penilaian Program………..………... …… 2.4Evaluasi Proses Intervensi………. 2.5Program Perbaikan Gizi………..………..

2.6Pos Gizi…………..………

2.6.1 Definisi Pos Gizi…..………...……... …... 2.6.2 Tujuan Pos Gizi………. 2.6.3 Pendekatan Pos Gizi……….. 2.6.4 Indikator Pos Gizi……….. 2.6.5 Langkah-Langkah Utama Dalam Pendekatan Pos Gizi.……… 2.6.6 Kegiatan Program Pos Gizi……… 2.6.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi……….. 2.7Kerangka Teori………...………...

9 9 9 11 12 12 13 17 23 24 24 26 26 28 30 30 33 35


(13)

xii

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1Kerangka Pikir………..………. 3.2Definisi Istilah…….……..………....……..……..

3.2.1 Efektifitas……….. 3.2.2 Efisiensi………. 3.2.3 Kecukupan…..………..….. …….. 3.2.4 Kesesuaian,,,,……….……… 38 39 39 40 41 42 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1Metode Penelitian……….………... 4.2Waktu dan Tempat Penelitian……… 4.3Informan Penelitian………

4.3.1 Informan Utama……… 4.3.2 Informan Pendukung………. 4.4Instrument Penelitian ……… 4.5Sumber Data……….. 4.6Pengumpulan Data………. 4.7Pengolahan Data……… 4.8Analisa Data………... 4.9Validasi Data……….. 4.10Penyajian Data……….. BAB V HASIL PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Wilayah Penelitian ……….. 43 43 43 44 44 44 45 45 48 48 49 50 51


(14)

xiii

5.2Karakteristik Informan………... 5.3Penilaian Program……….. 5.3.1 Gambaran Efektifitas ……… 5.3.1.1 Gambaran Status Gizi Balita………. 5.3.1.2 Gambaran Asupan Zat Gizi ……….. 5.3.1.3 Gambaran Pemberian Makan……… 5.3.1.4 Pengasuhan Balita………... 5.3.1.5 Kebersihan Balita……….. 5.3.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan…………... 5.3.1.7 Kehadiran……….. 5.3.2 Gambaran Efisiensi ………... 5.3.2.1 Gambaran Dana ……… 5.3.2.2 Tenaga ………..

5.3.2.3 Waktu………

5.3.3 Gambaran Kecukupan……… 5.3.3.1 Gambaran Kebutuhan sasaran………...

5.3.3.2 Sarana………

5.3.3.3 Pelaksanaan………... 5.3.4 Kesesuaian……….

5.3.4.1 Misi………

BAB VI PEMBAHASAN

6.1Keterbatasan Penelitian……….. 51 52 52 53 56 60 63 65 68 71 72 73 74 75 76 76 77 78 80 80 82


(15)

xiv

6.2Penilaian Program……….. 6.2.1 Gambaran Efektifitas ……… 6.2.1.1 Status Gizi Balita………. 6.2.1.2 Asupan Zat Gizi………... 6.2.1.3 Pemberian Makan……… 6.2.1.4 Pengasuhan Balita……….... 6.2.1.5 Kebersihan Balita………. 6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan……... 6.2.1.7 Kehadiran Balita……….. 6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas……… 6.2.2 Gambaran Efisiensi………...

6.2.2.1 Dana……….

6.2.2.2 Sumber Daya Manusia………. 6.2.2.3 Waktu ……….. 6.2.2.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efisien………….. 6.2.3 Gambaran Kecukupan………... 6.2.3.1 Kebutuhan Sasaran………... 6.2.3.2 Sarana ……….. 6.2.3.3 Pelaksanaan……….. 6.2.3.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Kecukupan …….. 6.2.4 Gambaran Kesesuaian Misi………... 6.3Gambaran Kebermanfaatan Program Pos gizi………...

82 83 83 84 87 90 91 93 95 96 100 100 101 102 103 104 104 105 106 107 107 109


(16)

xv BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan……… 7.2 Saran ………. 7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan

Dinas Kesehatan)………... 7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi………..

111 112

112 112

DAFTAR PUSTAKA……….. ..

LAMPIRAN


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi 28 4.1

4.2 4.3

Tabel Pengumpulan Data Primer Trianglasi Metode

Triangulasi Sumber

47 49 50 5.1 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U sebelum Pos

Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

54

5.2 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

55

5.3 Distribusi Asupan Energi Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

57

5.4 Distribusi Asupan Energi Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

58

5.5 Distribusi Asupan Protein Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

59

5.6 Distribusi Asupan Protein Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

59

5.7 Distribusi Pemberian Makan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010


(18)

xvii

5.8 Distribusi Pemberian Makan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

62

5.9 Distribusi Pengasuhan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

64

5.10 Distribusi Pengasuhan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

66

5.11 Distribusi Kebersihan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

67

5.12 Distribusi Kebersihan Balita sesudah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

67

5.13 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

69

5.14 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Balita Setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

70

5.15

5.16

Distribusi Kehadiran Balita Peserta Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010

Jadwal Pelaksanaan Program Pos Gizi Pergizi Tahun 2010 dalam 3 Bulan

72


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Lampiran 1 Surat Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Lembar observasi Lampiran 4 Hasil Data Sekunder

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Tenaga Pelaksana Puskesmas dan Kader Puskesmas

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam Ibu balita Lampiran 7 Formulir Metode recall 24 jam

Lampiran 8 Matriks


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan (Depkes, 2005). Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Arah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya (Suhardjo, 2003).

Keadaan gizi masyarakat pada umumnya masih berada pada masalah gizi kurang dan gizi buruk. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius, karena apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Kasus gizi kurang dan buruk lebih kepada kerentanan pada penyakit, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Dengan demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat untuk melakukan perbaikan gizi (Sajogyo, dkk. 1994).

Adapun perbaikan gizi yang dapat dilakukan yaitu dengan senantiasa mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Ditinjau dari sudut islam, Allah


(22)

2

berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 168 agar mengkonsumsi makanan yang halal dan baik.

Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Makanan yang diberikan kepada balita sebaiknya makanan sehat dan bergizi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Karena balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat gizi dalam jumlah relatif besar (Djaeni, 2006).

Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah KEP (kekurangan energi protein), masalah anemia besi, masalah KVA (kurang Vit A), GAKY (Gangguan akibat kekurangan yodium), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian balita (Supariasa dkk, 2001).


(23)

3

Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian khusus. Pasalnya, Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007 menunjukan bahwa prevalensi nasional gizi buruk balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13%. Secara bersama-sama prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek (stunting) adalah 36,8%. Sementara itu prevalensi balita kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan balita sangat kurus 6,2% (wasting-kritis).

Kasus gizi buruk masih ditemukan di daerah Kabupaten Tangerang. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, tercatat data gizi buruk pada tahun 2007 sebesar 0,87 %, gizi kurang sebesar 6,33 %. Pada tahun 2008 mengalami penurunan dimana gizi buruk sebesar 0,84% dan gizi kurang 6,08% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,99% untuk gizi buruk dan 6,95 % untuk gizi kurang (Hasil BPB Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang) dan untuk wilayah Sepatan memilki angka malnutrisi sebesar 18.7% (BPB Puskesmas) dimana angka prevalensi tersebut melebihi standar WHO. Standar WHO untuk prevalensi gizi kurang yaitu 10%, (Depkes RI, 2009).

Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di beberapa desa untuk menanggulangi rawan gizi. Dengan pendekatan Pos Gizi dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku, selain itu di harapkan melalui program ini anak-anak yang kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik. Salah satu desa yang memiliki angka malnutrisi di kecamatan Sepatan yang menerapkan Pos Gizi yaitu Desa Pondok Jaya (8,1%).


(24)

4

Di berbagai daerah yang telah mengadakan Pos Gizi menunjukan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan status gizi balita yang ditandai dengan bertambahnya berat badan. Seperti di Kelurahan Palmeriem Jakarta Timur (Anisah, 2005), balita KEP mencapai 34.2% pada mei 2004, tetapi setelah putaran pertama Pos Gizi menunjukan hasil yang mengagumkan. Dari 25 balita Pos Gizi, 15 anak (60%) mengalami kenaikan berat badan di atas 400 gram, 5 balita mengalami kenaikan berta badan kurang dari 400 gram, hanya 5 anak dengan berat badan tetap.

Pemilihan Desa Pondok Jaya ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan Desa Pondok Jaya salah satu desa di kecamatan sepatan yang rawan gizi dan sudah menjalankan progam Pos Gizi selama 6 bulan sehingga dapat dilakukan penilaian. Dalam penilitian ini perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri untuk menilai kebermanfaatan penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang.

1.2Rumusan Masalah

Kecamatan Sepatan merupakan wilayah daerah Kabupaten Tangerang yang memiliki persentasi rawan gizi sebesar 18,7% dimana angka tersebut berada di atas standar WHO (Depkes RI, 2009). Salah satu inisiatif yang muncul untuk perbaikan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di


(25)

5

beberapa desa yang memiliki angka malnutrisi dengan menggunakan prinsip pendekatan partisipasi masyarakat adalah Positive Deviance – Pos Gizi.

Salah satu desa di Sepatan yang memiliki angka malnutrisi dan telah menjalankan program Pos Gizi selama 6 bulan yaitu Desa Pondok Jaya (8,1%) dengan pendekatan Pos Gizi diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memperdayakan ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Selain itu diharapkan melalui program ini diharapkan anak-anak yang kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik (Core, 2003).

Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang.

1.3Pertanyaan Penelitian

Berikut pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?


(26)

6

2. Bagaimana gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. 1.4.2Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

4. Diketahuinya gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.


(27)

7 1.5Manfaat Penelitan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain kepada:

1.5.1Masyarakat

Memberikan informasi mengenai efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program Pos Gizi sehingga masyarakat dapat menilai program yang terbaik dalam menanggulangi masalah gizi.

1.5.2Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk menyempurnakan pelaksanaan program Pos Gizi dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Daerah Kabupaten Tangerang.

1.5.3Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memberikan tambahan pustaka mengenai efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010.

1.5.4Peneliti

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai program penanggulangan masalah gizi buruk yang tepat dengan melihat keadaan sesungguhnya yang ada di lapangan.


(28)

8 1.6Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul penilaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, dilakukan oleh Mahasiswi peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan untuk mengetahui ketepatannya sebagai program.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

Teknik pengumpulan data kualitatif adalah dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Dalam rangka mendapatkan data yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif dengan wawancara menggunakan kuesioner didukung oleh data sekunder dari arsip, laporan dan minutes program Pos Gizi selama masa perencanaan dan pelaksanaan, kemudian dibuat penilaian atas program tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang pada bulan Oktober 2010.


(29)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Status Gizi

2.1.1Pengertian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan hasil zat gizi tersebut. Kebutuhan akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu : gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion dan destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh.

Status gizi berarti keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau dua kombinasi dari ukuran–ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000).

2.1.2Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa, dkk (2001), penilaian status gizi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung.


(30)

10

Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian secara tidak langsung survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.

Dalam mengukur status gizi balita, penilaian status gizi yang umum digunakan adalah antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2001).

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, dkk, 2001).

Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). Indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier. Indeks TB/U memberikan gambaran status gizi masa lampau dan erat kaitannya dengan status social-ekonomi. Indeks BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi secara kronis atau akut. Indeks BB/TB merupakan indkator yang baik untuk


(31)

11

menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, dkk, 2001).

2.2Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (Ukuran Rumah Tangga) seperti sendok, gelas, piring, dan lain-lain atau ukuran lainnya yang bias dipergunakan sehari-hari. Dalam recall 24 jam, untuk memudahkan penentuan jumlah konsumsi makanannya, biasanya digunakan food model (Supariasa, 2002). Recall 24 jam ini jangan dilakukan hanya 1 (satu) kali (1x24 jam) karena akan menghasilkan data yang kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut (Supariasa, 2002).

Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal dua kali recall 24 jam tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur dalam Supariasa, 2002).


(32)

12 2.2.1 Kelebihan Metode Recall 24 jam

1. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden 2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

tempat yang luas untuk wawancara

3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden 4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga bisa dihitung intake zat gizi sehari.

2.2.2 Kekurangan Metode Recall 24 jam

1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari

2. Ketepatanya sangat tergantung pada daya ingat responden

3. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat

4. Adanya kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsiya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit

5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian

6. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari, recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir hari pekan, pada saat


(33)

13

melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain (Supariasa, 2001).

2.3Penilaian Program

Program kesehatan adalah respon terorganisir untuk mengurangi atau menghilangkan satu atau lebih masalah dengan meraih satu atau lebih tujuan, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat (Shortell dan Richardson, 1978 dalam Greenbowski, 2001). Program kesehatan selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak pasti (uncertainty), sehingga diperlukan penilaian (evaluation) sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan (decision making)(Azwar, 1996).

Secara harfiah, penilaian berarti proses untuk menentukan suatu jasa, manfaat, atau nilai sesuatu, atau hasil dari suatu proses (Scriven, 1991 dalam Bullen, 2004).

Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk pencapai, pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya (The World Health Organization dalam Azwar, 1996).

Penilaian menurut Marry Arnold, merupakan cermin dari pelaksanaan suatu program yang peranannya sangat besar dalam perencanaan program tersebut selanjutnya (Azwar, 1996). Intinya, program penilaian merupakan suatu proses bertanya dan menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan (Bullen, 2004).


(34)

14

Pada dasarnya, tujuan evaluasi (penilaian) adalah untuk menghilangkan informasi tentang penampilan suatu program dalam meraih tujuannya. Umumnya, penilaian dilakukan dengan menjawab dua pertanyaan mendasar: apakah program bekerja sesuai harapan? Mengapa terdapat masalah (seperti ini)? Penilain membantu manajer program dalam mengerti penampilan suatu program, yang akan berlanjut pada peningkatan atau perbaikan program. Intinya, penilaian program merupakan alat manejemen atau alat pembuat keputusan bagi para administrator program, perencanaan, pembuat kebijakan, serta pejabat kesehatan lainnya (Grembowski, 2001).

Penilaian bertujuan memperbaiki program-program kesehatan dan infrastruktur pelaksanaannya serta untuk mengarahkan alokasi sumber-sumbernya untuk program-program yang sedang berjalan dan yang akan datang. Dengan fungsi ini, penilaian menjadi proses yang berlanjut dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan kesehatan menjadi lebih relevan, efisien dan efektif (WHO, 1990).

Penilaian suatu program sosial merupakan akumulasi dari fakta-fakta untuk menyediakan informasi tentang keberhasilan keperluan dan tujuan program pada usaha, efektivitas dan efisiensi dalam tingkatan maupun pada pengembangan program. Hal ini membantu pembuatan keputusan tentang program-program sosial (Tripodi, et al, 1073). Sedangkan penilaian program kesehatan, pada khususnya, merupakan bagian dari proses majerial pembangunan kesehatan nasional yang lebih luas. Dengan demikian, evaluasi membutuhkan pikiran yang terbuka yang mampu memberi kritik yang membangun. Tanggung jawab


(35)

15

penilaian dibebankan kepada kelompok-kelompok yang bertanggungjawab atas pengembangan dan penerapan proses majerial untuk pembangunan kesehatan nasional di negara yang bersangkutan (WHO, 1990).

Menurut jenisnya, penilaian secara umum dibedakan atas penilaian pada tahap awal program (formative evaluation), penilaian pada tahap pelaksanaan program (promotive evaluation) dan penilaian pada tahap akhir program (summative evaluation). Sedangkan untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian melaui pendekatan sistem terbagi atas penilaian terhadap masukan, penilaian terhadap proses, penilaian terhadap dampak (Azwar, 1996). Dalam semua penilaian, kebermanfaatan suatu program tergantung baik pada penampilannya maupun pada keinginan akan tujuan-tujuannya, yang selalu merupakan pertanyaa akan nilai (Kane et al, 1974; Palumbo, 1987; Weiss, 1983 dalam Gremboski, 2001).

Penialaian seringkali ditentukan melalui keefektifan (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness). Dalam menjawab pertanyaan penilaian, diperlukan alat yang paling tepat untuk dapat mengubah proses yang sedang dinilai. Dengan demikian, menilai perkembangan masyarakat (Hullen, 2004).

Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan penilaian adalah mengetahui usaha (effort) program, efektivitas program dan efisiensi program. Usaha program dinyatakan dengan pengukuran jumlah dan jenis kegiatan program yang dianggap perlu untuk meraih tujuan program. Efektivitas program menekankan tujuan


(36)

16

apakah dari program yang telah dicapai, dan pada tingkat manakah tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan efisiensi program diukur dengan hubungan usaha program dan efektivitas program dengan menentukan biaya relatif dari keluaran yang telah diraih (Triopodi, et al, 1973).

Efektifitas dan efisiensi merupakan dua komponen yang umum dibahas dalam penilaian. Efektivitas adalah suatu ungkapan tentang efek yang dikehendaki dari suatu program, dinas, lembaga atau kegiatan penunjang dalam mengurangi masalah kesehatan atau memprediksi keadaan kesehatan yang tidak memuaskan. Dengan demikian, efektivitas mengukur tingkat pencapaian tujuan dan sasran program, dinas atau lembaga yang telah ditentukan sebelumnya (WHO, 1990).

Efisiensi adalah suatu ungkapan mengenai hubungan antara hasil-hasil yang diperoleh dari program atau kegiatan di bidang kesehatan dengan upaya yang lebih dilakukan dalam bentuk sumberdaya manusia, keuangan serta sumber-sumber lainnya, proses-proses teknologi kesehatan dan waktu. Penilaian efisiensi ditujukan untuk memperbaiki pelaksanaan dan membantu menelaah kemajuan dengan memperhatikan hasil-hasil pemantauan (WHO, 1990).

Penilaian pada dasarnya merupakan sesuatu yang sulit di setiap bidang. Di bidang kesehatan, penilaian menimbulkan masalah-masalah khusus yang disebabkan oleh cirri-ciri kegiatan-kegiatannya yang sering tidak mempermudah dilakukannya pengukuran terhadap hal-hal yang telah dicapai untuk dibandingkan dengan sasaran kuantitatif yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian,


(37)

17

penggunaan informasi kualitatif yang dapat dipercaya tidak dapat dihindarkan. Di samping itu, terdapat hubungan yang rumit antara faktor kesehatan dan sektor social ekonomi. Perubahan-perubahan dalam tingkat kesehatan evaluasi, terutama yang berhubungan dengan efektivitas dan dampak menjadi lebih sulit (WHO, 1990).

Ukuran besaranya suatu penilaian harus berada pada proporsi yang sesuai dengan tujuan penilaian. Hal ini seringkali berarti bahwa proyek kecil akan memperoleh skup penilaian yang lebih kecil jika dibandingkan dengan proyek besar (Bullen, 2001).

Langkah-langkah penilaian yang perlu ditempuh adalah: 1. Memahami program yang akan dinilai

2. Menentukan macam dan runag lingkup penilaian 3. Menyusun rencana penilaian

4. Melaksanakan penialaian 5. Menarik kesimpulan

6. Menyususn saran-saran (Azwar, 1996). 2.4 Evaluasi Proses Intervensi.

Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey (1973) mengatakan, "To evaluate is to make a value judment, it involves comparing something with another and then making either choice or action decision". Sedangkan Menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat


(38)

18

Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program (Notoatmodjo, 2003).

Evaluasi merupakan upaya penting dalam program komunikasi kesehatan yang bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh (green, at. al, hal. 247). Sedangkan evaluasi diakhir program harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Sejauh mana tujuan program telah tercapai

2. Seberapa besar pengaruh program terhadap perubahan perilaku 3. Akibat-akibat apa saja yang tidak diharapkan dari program.

4. Bagian program mana yang paling berhasil dan mana yang kurang berhasil. Pertanyaan-pertanyaan evaluasi ini seharusnya sudah dirancang pada tahap perencanaan ketika riset pengembangan dilakukan dan pada tahap pengukuran dilakukan selama program berlangsung.

Sedangkan untuk melihat hasil akhir berupa dampak terhadap derajat kesehatan, upaya evaluasi harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini : 1. Sejauh mana jalur komunikasi yang digunakan dapat menjangkau sasaran.


(39)

19

2. Pesan-pesan apa saja yang disampaikan melalui jalur tersebut.

3. Apakah pesan yang disampaikan dapat diingat oleh kelompok sasaran dengan jelas.

4. Apakah telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran akibat adanya program.

5. Apakah telah terjadi peningkatan derajat kesehatn akibat perubahan perilaku. Tidak semua pertanyaan dapat terjawab dalam proses evaluasi, tetapi beberapa faktor penting sudah dapat diketahui. Proses evaluasi hanyalah salah satu dari berbagai pilihan kegiatan dan penentuan yang cermat atas prioritas sasaran, dana yang tersedia dan waktu yang terbatas. Proses atau kegiatan dalam evaluasi itu mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.

2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi.

3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.

4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.

5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.

6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.


(40)

20

Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program.

1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain.

2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.

3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Feurstein (1990 : H. 2-4) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) menyatakan 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan :

1. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

2. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. 3. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik.

4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu tersendiri


(41)

21

5. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.

6. Biaya dan manfaat (cost benefit). Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).

7. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik.

8. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

9. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. 10.Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan

kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.

Ada 3 evaluasi guna mengawasi suatu program lebih seksama, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi proses.

1. Evaluasi input

Memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. 3 unsur variabel utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Variabel klien ini meliputi aspek demografi dari staf, seperti : latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.


(42)

22

Dalam kaitan dengan evaluasi input program, ada 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kriteria tersebut adalah :

a. Tujuan dan objektif

b. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas c. Strandar dari suatu praktek yang terbaik d. Biaya perunit layanan.

2. Evaluasi Proses

Menurut Pietrzak, et. al (1990 : h. 111-116) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti : standar prakter terbaik (best practice standart), kebijakan lembaga, tujuan proses (proses goals) dan kepuasan klien.

3. Evaluasi Hasil

Menurut Pietrzak, et.al (1990:h.14) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overal impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (resipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia


(43)

23

menerima layanan tersebut?. Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemanjuan suatu program (berorientasi pada program = programe oriented ) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien (berorientasi) pada klien (klien oriented).

Dalam suatu perencanaan yang berorientasi pada program, kriteria keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program, misalnya presentasi cakupan program terhadap populasi sasaran. Akan tetapi, perencanaan ini tidak berkonsentrasi pada perubahan prilaku klien. Sebaliknya, evaluasi yang berorientasi pada klien akan melakukan pengukuran ataupun pengkajian berdasarkan perubahan perilaku klien. Misalnya saja, pada kasus penanganan anak jalanan, kriteria dikembangkan berdasarkan indeks perkembangan anak.

2.5Program Perbaikan Gizi

Program perbaikan gizi mikro diarahkan untuk menurunkan maslah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik pedesaan maupun perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di pos yandu dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.


(44)

24

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.

2.6Pos Gizi

2.6.1Definisi Pos Gizi

Strenin mengatakan bahwa pendekatan Pos Gizi adalah evolution

times two atau evolusi dikalikan 2. Pendekatan ini memungkinkan

perubahan perilaku gizi yang baik, tidak hanya statis tetapi praktek.

Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun kekurangan gizi setelah program tersebut selesai dilaksanakan.

Proses Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut keseluruh masyarakat.

Pos Gizi adalah alat menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, agar bekerjasama mengatasi masalah dan menemukan solusi sari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber


(45)

25

daya, keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipasi secara luas dan proses atau partisipatory learning and action (PD dan Heart USAID, 2004).

Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik) karena menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktek pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar, dengan adanya program Pos Gizi maka diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku. Pada saat kegiatan Pos Gizi orang tua belajar perilaku positif bersama-sama dan mempraktekannya dirumah (Core, 2003).

Sasaran utama pada program ini adalah semua anak usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat, alur kegiatan dari program Pos Gizi ini terdiri dari 10 hari sesi di Pos Gizi, dan 2 minggu berikutnya sesi praktek asuh, asih dan asah di rumah (Anonim, 2003).

Pos Gizi dilaksanakan di rumah penduduk dalam waktu 12 hari. Pada setiap sesi ibu balita mempersiapkan makanan yang padat energi dan diberikan kepada anak-anak mereka di bawah bimbingan kader. Mereka juga belajar mengenal makanan-makanan bergizi, perilaku ibu balita dan perawatan kesehatan anak yang positif, kegiatan Pos Gizi biasanya hanya 2 jam.


(46)

26

Setiap kegiatan terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan 2. Mencuci tangan

3. Memempersiapkan makan 4. Pemberian makan

5. Integrasi pesan-pesan dan perilaku-perilaku pendidikan kesehatan dan gizi (Core, 2003).

2.6.2Tujuan Pos Gizi

Adapun tujuan dari Pos Gizi antara lain:

1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.

2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.

3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, kebersihan balita dan mencari pelayanan kesehatan (Core, 2003).

2.6.3Pendekatan Pos Gizi

Pada pendekatan Pos Gizi, para kader dan ibu balita yang memilki anak-anak kurang gizi mepraktekan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi. Berbagai


(47)

27

kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan penyelidikan PD dan berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan satatus gizi anak yang sudah baik di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita.

Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah.

Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan ibu balita dalam berbagai perilaku pemberian makan, ibu balita dan pengasuhan balita, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan. Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, pendekatan ini telah berhasil mengurangi angka kurang masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu dan


(48)

28

memperaktekan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi (Core, 2003).

2.6.4Indikator Pos Gizi

Indikator dan target program Pos Gizi dapat di lihat pada table 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi

Output Indikator

Pos Gizi 70% dari peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi Perilaku pemberian

makan

Para ibu balita Pos Gizi yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makanan anak dengan makanan baru (khas positif) yang spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran dan lemak. Target 70%

Perilaku kebersihan balita

Para peserta yang telah mengembangkan perilaku kebersihan tubuh yang baik; menggunting kuku dan mencuci tangan (dengan sabun) sebelum makan & setelah memakai toilet. Para peserta melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan perilaku kebersihan yang baru; membersihkan makanan sebelum dimasak/menutup makanan. Target 70%

Perilaku ibu balita an

Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam Pos Gizi melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu

Anggota keluarga peserta Pos Gizi melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak; memperbaikikemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa, kemampuan berkomunikasi. Target 70%

Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Para ibu balita yang membawa anak mereka memperoleh imunisasi lengkap

% anak yang datang ke Posyandu. Target 70% (Sumber: Core, 2003 dan Puskesmas Sepatan).


(49)

29

Suatu kelompok pelaksana Pos Gizi bekerjasama dengan konsultan FANTA (Food and Nutrition Technical Assistance) untuk kemajuan Pos Gizi. di bawah ini adalah indikator Pos Gizi untuk memonitor dan menilai keamajuan program (Jurnal Positive Deviance, 2006). Persentase anak yang layak mengikuti PD-Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99 bulan yang berada pada garis kuning atau merah berdasarkan KMS.

1. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 400 gram atau lebih dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan 200-399 gram dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu 1 bulan.

2. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada garis hijau berdasarkan KMS pada 3 bulan setelah lulus, persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang berada pada garis hijau berdasarkan KMS pada 6 bulan setelah lulus.

3. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos Gizi.


(50)

30

2.6.5Langkah –langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi

Langkah-langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi layak dilakukan adalah sebagai berikut (Strenin, 1988) :

1. Menentukan apakah pendekatan Pos Gizi layak dilakukan pada target masyarakat.

2. Menggerakan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber masyarakat.

3. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance. 4. Melakukan penyelidikan Positive Deviance. 5. Merencanakan kegiatan Pos Gizi.

6. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi serta ibu balita mereka.

7. Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah 8. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan 9. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain 2.6.6Kegiatan Program Pos Gizi

Pos Gizi dengan kegiatan NERS (Nutrision Education and Rehabilitation Session) biasanya dilaksanakan berdasarkan hitungan bulan. Desain dari Pos Gizi merupakan tindak lanjut dari penyelidikan kebiasaan keluarga positive deviance. Praktek-praktek positif yang telah diinvestigasi dan observasi diterapakan dalam kegiatan Pos Gizi. Kegiatan tersebut terdiri dari dua yaitu pelaksanaan pembelajaran di Pos Gizi langsung selama 2


(51)

31

minggu (biasanya 12 hari) dan praktek di rumah yang diikuti dengan kunjungan rumah oleh kader selama 2 minggu (biasanya 12 hari ) (Strenin, 1998).

Untuk mengoptimalisasi manfaat dari program Pos Gizi, maka syarat minimum yang harus dipengaruhi agar suatu wilayah dapat menjadi target program adalah :

1. Prevalensi KEP balita sebesar sama dengan 30% atau lebih 2. Ketersediaan pangan local yang harganya terjangkau

3. Adanya sejumlah sukarelawan ibu yang potensial dalam masyarakat 4. Adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen dalam masyarakat

Dalam buku positive deviance & hearth suatu pendekatan perubahan perilaku & Pos Gizi yang diterbitkan oleh PCI- Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atas dukungan USAID disebutkan bahwa Kegiatan pelaksanaan Pos Gizi di suatu daerah meliputi: 1. Praktek Umum Khusus meliputi praktek pemberian makan, perilaku ibu,

pengasuhan balita, perilaku kebersihan, perilaku pencarian & pemberian perawatan kesehatan

2. Praktek memasak


(52)

32

Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukan dalam agenda harian:

1. Hari ke 1 dan ke 12 = Penimbangan Anak

Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan: timbangan, buku catatan Pos Gizi dan Kartu Menuju Sehat

Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi dan tunjukan berat tersebut dalam Kartu Meuju Sehat milik anak. Para ibu balita harus diberitahukan mengenai berta, pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka.

2. Hari ke 7 = hari dirumah sendiri

Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara berkelompok, pada hari ke tujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktekan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada hari ke-8 harus berkisar tentang pengalaman ibu balita atau ibu balita ketika mereka mencobanya di rumah.

3. Hari ke 11= 1 hari sebelum terakhir sesi Pos Gizi

Pada sesi Pos Gizi yang kesebelas, para kader meminta tiap keluarga untuk membawa semua bahan-bahan yang diperlukan pada hari terakhir sesi untuk dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir. Mereka juga mengingatkan para ibu balita untuk membawa KMS pada sesi terakhir.


(53)

33

4. Hari ke 12 = hari terakhir sesi Pos Gizi

Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita mempersiapkan makanan yang mereka harus lakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke 12, anak-anak ditimbnag. Kader Pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus mengulang Pos Gizi pada bulan depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita.

2.5.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi

Ada beberapa keuntungan pendekatan Pos Gizi, yaitu: 1. Cepat

Pedekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera. Anak-anak harus direhabilitasi sekarang juga, itu sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi perlu diawasi. Para ibu balita kemudian menerapkan praktek yang sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih lanjut juga diberikan kepada para ibu balita dan kader.

2. Terjangkau

Pos Gizi dapat dijangkau dan keluarga tidak bergantung pada sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku baru. Pelaksanaan Pos Gizi lebih murah tetapi efektif dibandingkan


(54)

34

mendirikan pusat reabilitasi gizi atau melakukan investasi di rumah sakit.

3. Partisipatif

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.

4. Berkesinambungan

Program Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Para ibu balita tidak hanya dilatih untuk merehabiitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan status gizi baik tersebut di rumah. 5. Asli

Asli karena solusi sudah ada di tempat itu, kemajuan dapat di capai secara cepat, tanpa banyak menggunakan analisis atau sunber daya dari luar.


(55)

35 6. Secara budaya dapat diterima

Pendekatan ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa dan agama di setiap masyarakat, maka perdefinisi hal ini sesuai dengan budaya setempat.

7. Berdasarkan perubahan perilaku

Pendekatan ini tidak mengutamakan perolehan pengetahuan, namun ada tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalamnya, yaitu, penemuan (penyelidikan positive deviance), demonstrasi (kegiatan Pos Gizi) dan penerapan (kegiatan Pos Gizi dan di rumah).

2.7Kerangka Teori

Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun kekuranagan gizi setelah program tersebut selesai dilaksanakan (Core, 2003).

Menurut Core (2003) Tujuan Pos Gizi yaitu dengan program ini akan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat, memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri dan mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarkat


(56)

36

mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan. Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan pengetahuan dan sumber daya lokal (Core, 2003).

Menurut A.A. Gde Muninjaya (2004) masukan (input) yaitu, sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem. Sumber daya suatu sistem adalah man, money, material, method, minute, dan market. Sedangkan menurut Azrul Azwar, masukan (input) dalam administrasi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi.

Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi keluaran. Sedangkan menurut Azrul Azwar, proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut esensinya, penilaian merupakan suatu proses bertanya dan menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan suatu program, yang seringkali ditetapkan melaui efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian (Bullen, 2004).

Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut. Efektivitas suatu program berbeda dari kecukupan administrasi program, yang berhubungan dengan efisiensi (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).


(57)

37

Efisiensi merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan. Efisiensi berhubungan dengan proses bagaimana program dilaksanakan, dan proses ini kemudian menghasilkan keluaran program (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).

Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup jika masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).

Pada sudut kesesuaian, program dinyatakan sesuai jika program sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).


(58)

38 BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1Kerangka Pikir

Kerangka berfikir ini berdasarkan pada teori dari Muninjaya (2004), Australian Department of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003) sehingga dapat dijelaskan dengan gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Pikir

(Sumber: Muninjaya (2004), Australian Depeartement of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003)).

1. Penilaian Status Gizi 2. Asupan Zat Gizi 3. Perubahan perilaku

- Pemberian Makan - Pengasuhan Balita - Kebersihan Balita - Pelayanan kesehatan 4. Kehadiran

Misi 1. Kebutuhan

Sasaran 2. Material 3. Pelaksanaan 1. Dana

2. SDM/Tenaga 3. Waktu

Kesesuaian Efisiensi Kecukupan

Efektivitas

Penilaian Kebermanfaatan


(59)

39 3.2Definisi Istilah

3.2.1Efektivitas

Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut.

1. Penilaian Status Gizi Balita

Definisi : Keadaan gizi balita yang diukur secara antropometri berdasarkan indeks BB/U dan dibandingkan dengan tabel kategori berat badan bayi dan anak balita menurut umur dan jenis kelamin.

2. Asupan Zat Gizi

Definisi : Banyaknya zat gizi, khususnya energi dan protein yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam.

3. Perubahan Perilaku a. Pemberian Makan

Definisi : Kebiasaan memberikan makan anak diatas 6 bulan dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan, menangani selera makan anak yang rendah, suasana makan (Core, 2003)


(60)

40 b. Pengasuhan Balita

Definisi : Interaksi positif antara anak dan ibu balita utama dan pengganti membantu perkembangan emosi dan psikologi anak (Core, 2003).

c. Kebersihan Balita

Definisi : Suatu kebiasaan yang bersih termasuk kebiasaan tubuh, makanan, dan lingkungan (Core, 2003).

d. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan

Definisi : Berbagai perilaku sehat yang preventif, memberikan imunisasi lengkap sebelum 1 tahun, tatalaksana rumah tangga ketika ada yang sakit serta penggunaan pelayanan kesehatan (Core, 2002).

4. Kehadiran

Definisi : Frekuensi kehadiran peserta (ibu dan anak) dalam kegiatan-kegiatan program Pos Gizi selama 6 bulan (24 minggu).

3.2.2Efisiensi

Efisiensi merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan.


(61)

41 1. Dana

Definisi : Dana yang tersedia untuk program intervensi.

2. Tenaga

Definisi : Sumber daya manusia yang digunakan dalam pelaksanaan program kesehatan.

3. Waktu

Definisi : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program. 3.2.3Kecukupan

Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup, jika masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

1. Market (Kebutuhan Sasaran)

Definisi : Sasaran pemberlakuan program kesehatan. 2. Sarana

Definisi : Alat-alat dan media yang digunakan untuk program intervensi.

3. Pelaksanaan

Definisi : Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga mengalatkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.


(62)

42 3.2.4Kesesuaian

Pada sudut kesesuaian program dinyatakan sesuai, jika program sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan.

1. Misi

Definisi : Pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi atau tujuan


(63)

43 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengenai kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam moleong (1991) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

4.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.

4.3Informan Penelitian

Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah diketahui sebelumnya (Baum, 1998). Infoman dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu:

4.3.1Informan Utama

Informan utama adalah objek utama dalam penelitian, yaitu tenaga yang berperan mengawasi program Pos Gizi secara aktif di Desa Pondok


(64)

44

Jaya selama 6 bulan. Informan utama dalam penelitian ini adalah tenaga pelaksana gizi Puksesmas. Jumlah tenaga pelaksana gizi puskesmas yang dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 1 orang.

4.3.2Informan Pendukung

Informan pendukung adalah informan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan teknis dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya. Informan pendukung terdiri dari:

1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6 bulan yang dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 2 orang.

2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 2 orang.

4.4Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan,

2. Pedoman observasi

3. Pedoman telaah dokumen 4. Perekam suara


(65)

45

6. Alat pencatat untuk kejelasan dan keakuratan instrumentasi. 4.5Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua data, yaitu:

4.5.1Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara langsung dengan informan, pengamatan terhadap pelaksanaan program dan hasil kuesioner.

4.5.2Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari informan. Akan tetapi diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti laporan, buku, artikel, jurnal kesehatan, media massa, internet dan lain-lain.

4.6Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu:

4.6.1Wawancara mendalam

Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tatap muka terhadap informan. Proses wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan topik penelitian. Wawancara mendalam dilakukan kepada semua informan, yaitu informan utama dan pendukung.


(66)

46

Observasi langsung dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat situasi yang terkait dengan penelitian.

4.6.3Telaah Dokumen

Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui laporan, buku, artikel, internet, dan dokumen lain yang berhubungan dengan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya (Baum, 1998).

4.6.4Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini untuk menilai perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) dan form recall 24 jam untuk menilai asupan makan balita. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi untuk di lengkapi.

Pada kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba. Dari hasil uji coba kuesioner tersebut diadakan perbaikan. Pertanyaan-pertanyaan setiap variabel dalam kuesioner yang telah diisi dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti dan tim kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi, sedangkan untuk form recall 24 jam peneliti langsung mewancarai para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi.


(67)

47

Secara rinci dapat di lihat pada table 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1

Tabel Pengumpulan Data

No. Variabel Penelitian Metode Informan dan sumber data Efektivitas

1. Penilaian Status Gizi Wawancara mendalam telaah dokumen

a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader

d. Laporan kegiatan Pos Gizi Wawancara mendalam a. TPG Puskesmas

b. Kader 2. Asupan Zat Gizi

Form recall 24 jam c. Ibu balita

Wawancara mendalam dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Kader

3. Pemberian Makan

Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam

dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Kader

4. Pengasuhan Balita

Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam

dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Kader

5. Kebersihan Balita

Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam

dan observasi

a. Petugas gizi/kader b. TPG Puskesmas 6. Pelayanan Kesehatan

Kuesioner c. Ibu balita 7. Kehadiran Wawancara mendalam,

telaah dokumen dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Kader

c. Absensi balita Efisiensi

8. Dana Telaah dokumen dan observasi

a. Data sekunder 9. SDM Telaah dokumen dan

observasi


(68)

48

10. Waktu Telaah dokumen dan observasi

a. Data sekunder 12. Sarana Wawancara mendalam

dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader Kecukupan

13 Pelaksanaan Wawancara mendalam dan observasi

a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader Kesesuaian

14. Misi Wawancara mendalam dan telaah dokumen

a. TPG Puskesmas b. Kader

4.7Pengolahan Data

Data yang diperolah dalam penelitian kualitatif merupakan kumpulan kata, bukan angka-angka. Data-data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Membuat data mentah, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam, telaah dokumen, maupun hasil pengamatan.

2. Membuat transkip data hasil wawancara berdasarkan data mentah.

3. Transkip tersebut selanjutnya dilanjutkan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada lampiran VIII.

4. Data dikategorikan berdasarkan karakter dan pola jawaban yang sama. 5. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisa. 4.8Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis domain. Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif


(69)

49

menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu focus atau pokok permasalahan yang tengah diteliti (Sanapiah, 1990).

Dukungan data kuantitatif sederhana melalui penelusuran data sekunder dan kuesioner akan dibandingkan dengan perolehan data kualitatif sebagai data primer. Setelah itu, hasil transkip data primer dan penelusuran data sekunder akan diinterpretasikan dalam penulusuran hasil dan pembahasan.

4.9Validasi Data

Dalam penelitian ini dalam rangka mendapatkan data yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua jenis informan yaitu informan utama dan informan pendukung.

2. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data, yaitu dengan metode wawancara, telaah dokumen dan observasi.

Berikut dijelaskan validasi data berdasarkan variabel pada penelitian ini.

Tabel 4.2

Triangulasi Metode

No. Variabel Wawancara

Mendalam

Telaah

Dokumen Observasi

1. Penilaiaan Status Gizi X X -

2. Asupan Zat Gizi X - X

3. Pemberian Makan X - X

4. Pengasuhan Balita X - X

Kebersihan Balita X - X

5. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan

X - X

6. Kehadiran X X X


(70)

50

8. SDM - X X

9. Waktu - X X

10. Kebutuhan Sasaan X - X

11. Sarana X - X

No. Variabel Wawancara

Mendalam

Telaah

Dokumen Observasi

12. Pelaksanaan X - X

13. Misi X X -

Tabel 4.3 Triangulasi Sumber

No. Variabel TPG Ibu Kader

1. Penilaiaan Status Gizi X - X

2. Asupan Zat Gizi X - X

3. Pemberian Makan X - X

4. Pengasuhan Balita X - X

5. Kebersihan Balita X - X

6. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan

X - X

7. Kehadiran X - X

11. Kebutuhan Sasaan X X -

12. Sarana X X X

13. Pelaksanaan X X X

14. Misi X - X

4.10 Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan matriks berdasarkan unsur-unsur yang diteliti.


(71)

51 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya berada di naungan Puskesmas Sepatan. Puskesmas Sepatan merupakan pusat pengembangan, pembina dan pelayanan kesehatan masyarakat yang memegang peranan sangat penting dalam pelayanan tahap pertama. UPT Puskesmas Sepatan yang terletak di wilayah kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Banten mengemban tugas tersebut dengan wilayah yang terdiri 7 desa dan 1 kelurahan kecamatan Sepatan.

Pemilihan lokasi didasarkan pada banyaknya proporsi balita gizi kurang (Hasil BPB, 2009) serta kesediaan dan kemampuan masing-masing wilayah (RW).

5.2Karakeristik Informan

Dalam penelitian ini, informan yang digunakan peneliti terbagi menjadi dua yaitu informan utama dan informan pendukung, yaitu :


(72)

52

Dalam penelitian ini, informan utama adalah tenaga pelaksana gizi Puskesmas Sepatan yang aktif mengawasi selama 6 bulan kegiatan Pos Gizi berlangsung, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik.

5.2.2 Informan Pendukung

Informan pendukung merupakan informan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan teknis pada program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya. Informan pendukung terdiri dari:

1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6 bulan.

2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik.

5.3Penilaian Program

Penilaian terhadap efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program dapat di lihat di bawah ini:

5.3.1 Gambaran Efektivitas

Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya ini bertujuan untuk melihat tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut.

Adapun gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya ini meliputi gambaran status gizi balita, asupan zat gizi, gambaran pemberian makan, gambaran pengasuhan balita, gambaran kebersihan


(1)

(2)

(3)

     


(4)

(5)

     


(6)